Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Vaksin Nusantara Masuk Uji Klinis Fase 2, Bagaimana Keamanannya?

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com / KRISTIANTO PURNOMO
Vaksin Covid-19 saat vaksinasi tahap kedua untuk pedagang Pasar Tanah Abang, Jakarta, Rabu (17/2/2021). Vaksinasi Covid-19 hari ini menyasar kurang lebih 1.500 orang pedagang pasar Tanah Abang dari total 10.000 dosis.
|
Editor: Rendika Ferri Kurniawan

KOMPAS.COM - Vaksin Nusantara yang merupakan hasil kerja sama Aivita Biomedical dari Amerika Serikat, Universitas Diponegoro dan RSUP dr Kariadi Semarang, telah masuk uji klinis fase II.

Penggagas atau inisiator dari Vaksin Nusantara sekaligus mantan Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto, uji klinis fase I terhadap vaksin ini telah selesai dengan hasil yang baik.

"Uji klinis satu sudah selesai dengan hasil dan imunitas yang baik, hasilnya safety. Uji klinis satu sebenarnya hanya mengontrol safety dan safety-nya bisa baik. Dari 30 pasien, hasil imunitasnya atau imunogenitas-nya sangat baik," katanya dalam wawancara dengan Kompas TV pada Selasa (16/2) di RSUP dr Kariadi, Semarang.

Terawan mengatakan, vaksin ini berbasis dendritic cell yang dikenakan kepada antigen Covid-19, sehingga akan mempunyai memori dendritik terhadap Covid-19.

Vaksin ini berkonsep personal atau individual vaccination, menyesuaikan kondisi komorbid dari masing-masing individu.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Prosesnya simpel, mengalami inkubasi dan seminggu kemudian sudah menjadi vaksin individual dan disuntikkan ke dalam tubuh si pasien penerima vaksin dan pembuat vaksin itu sendiri. Dampaknya apa, tentu akan memberikan kekebalan terhadap Covid-19, karena ini sifatnya menjadi imunitas yang seluler, tentunya akan bertahan lama," tuturnya.

Lantas bagaimana dengan tanggapan dokter atau akademisi akan keamanan dan efektivitas vaksin tersebut?

Baca juga: Anggota Komisi IX DPR Siap Jadi Relawan Uji Klinis Fase 2 Vaksin Nusantara

Butuh Waktu

Pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair) sekaligus Dokter Anak RSUD Dr Soetomo Surabaya, Dr. dr. Dominicus Husada, Sp. A(K), mengatakan, vaksin ini menggunakan sel dendritik yakni salah satu sel yang maju pertama di dalam tubuh ketika terjadi infeksi virus.

Sel dari orang yang akan divaksin diambil melalui proses dari darahnya dan diolah, diberi tambahan bahan dan dimasukkan kembali ke dalam tubuh.

"Vaskin ini menggunakan sel dendritik. Salah satu sel yang akan maju paling pertama di tubuh kita, ketika terjadi infeksi virus maupun bakteri. Sel dari orang yang mau divaksin diambil melalui proses dari darahnya, selanjutnya sel itu diolah dan diberi tambahan beberapa bahan, untuk selanjutnya dimasukkan kembali ke tubuh yang bersangkutan," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Rabu (17/2).

Ia mengatakan, berbeda dengan vaksin umumnya yang tinggal suntik, vaksin ini membutuhkan waktu beberapa hari untuk memproses dan memasukkan kembali.

Vaksin Bersifat Personal

Dengan demikian, vaksin ini menjadi vaksin personal atau personalized vaccine yang spesifik hanya untuk orang itu saja.

"Oleh karena itu vaksinnya menjadi "personalized vaccine". Spesifik untuk orang itu saja. Kalau untuk produksi masal, itu bukan sasarannya. Biayanya pasti juga lebih tinggi," tutu Dominicus.

Meskipun bersifat perorangan, menurut Dominicus, biasanya vaksin ini efektif. Namun, untuk ia melihat vaksin ini tak ditujukan untuk massal.

"Untuk masal, bukan 'kurang ramah', namun vaksin ini biasanya tidak ditujukan untuk masal," katanya.

Baca juga: Vaksinasi Tahap Dua: 7,5 Juta Dosis Vaksin Segera Didistribusikan

Tunggu Uji Klinis

Soal keamanan dan manfaat dari vaksin baru ini, BPOM akan menunggu data dari fase ketiga dulu. Saat ini yang sudah selesai adalah fase 1 dan tim sedang melangkah ke fase 2.

Butuh data fase 3 untuk bisa menilai secara lengkap.

"Untuk mengatakan aman dan bermanfaat, BPOM akan menunggu data dari fase 3. Di dunia ilmuwan juga akan menunggu data fase 3. Selama ini yang ada adalah dari fase 1. Tim sedang melangkah ke fase 2," ujarnya.

Meski baru, upaya memperbanyak jenis vaksin perlu disambut baik. Entah nanti ada kelemahan maupun kelebihan vaksin, layaknia dua sisi mata uang.

Perusahaan yang bekerja sama dengan Rumah Sakit Kariadi Semarang juga telah memiliki reputasi penelitian vaksin.

"Selalu ada kelebihan dari setiap jenis vaksin. Namun tentu saja juga ada kelemahannya. Namun, saya kira tim Dokter Terawan cukup optimis," ujarnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi