Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Analisis BMKG soal Banjir Jakarta, dari Penyebab hingga Fenomena La Nina

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/IHSANUDDIN
Jalan Kemang Raya, Jakarta Selatan, terendam banjir hingga 2 meter, Sabtu (20/2/2021), akibat hujan deras yang mengguyur sejak dini hari.
Penulis: Mela Arnani
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi seluruh wilayah DKI Jakarta masih berpotensi hujan dengan intensitas lebat hingga sepekan ke depan.

Oleh karena itu, warga diimbau untuk tetap waspada terhadap potensi banjir.

"Prediksi kami, hari ini masih berpotensi terjadi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat hampir di seluruh wilayah DKI Jakarta, terutama di malam hari, yang dapat menerus hingga dini hari dan esok hari menjelang pagi," ujar Kepala BMKG Dwikorita seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Sabtu (20/2/2021).

"Pada Minggu (21/2/2021), intensitas hujan cenderung melemah menjadi intensitas rendah hingga 22 Februari, dan akan meningkat kembali menjadi hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi pada 23-24 Februari," lanjut dia.

Baca juga: Bagaimana Solusi Hentikan Banjir Jakarta?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Analisis banjir DKI Jakarta

Dwikorita menyampaikan, BMKG telah mengeluarkan peringatan dini terkait potensi hujan dengan intensitas lebat hingga sangat lebat dengan curah hujan antara 100-150 mm di DKI Jakarta pada 18-19 Februari 2021.

Berdasarkan data yang dihimpun BMKG, tercatat curah hujan tertinggi terjadi di Pasar Minggu mencapai 226 mm/hari, kemudian di Sunter Hulu 197 mm/hari, Lebak Bulus 154 mm/hari dan Halim 176 mm/hari.

"Umumnya kejadian hujan terjadi malam hingga dinihari dan berlanjut sampai pagi hari. Ini merupakan waktu-waktu yang kritis dan perlu diwaspadai," kata dia.

Baca juga: Analisis BMKG soal Cuaca Ekstrem Januari-Februari 2021...

Sementara itu, Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto menjelaskan, kondisi cuaca ekstrem di wilayah Jabodetabek tersebut disebabkan sejumlah faktor.

Faktor tersebut antara lain, adanya seruakan udara dari Asia yang cukup signifikan mengakibatakan peningkatan awan hujan di Indonesia bagian barat pada 18-19 Februari 2021.

Selain itu, terpantau aktivitas gangguan atmosfer di zona equator (Rossby equatorial) yang mengakibatkan adanya perlambatan dan pertemuan angin dari arah utara membelok tepat melewati Jabodetabek.

"Sehingga terjadi peningkatan intensitas pembentukan awan-awan hujan," papar Guswanto.

Baca juga: Fenomena Topi Awan yang Terjadi Serentak di 4 Gunung, Ada Apa?

Pertumbuhan awan hujan

Tak hanya itu, adanya tingkat labilitas dan kebasahan udara di sebagian besar wilayah Jawa bagian barat yang cukup tinggi, turut menyebabkan peningkatan potensi pertumbuhan awan hujan di wilayah Jabodetabek.

BMKG juga mencatat adanya daerah pusat tekanan rendah di Australia bagian utara yang membentuk pola konvergensi di sebagian besar Pulau Jawa dan berkontribusi juga dalam peningkatan potensi pertumbuhan awan hujan di barat Jawa termasuk Jabodetabek.

Baca juga: 5 Cara Memantau Kondisi Banjir di Jakarta

Guswanto menambahkan, curah hujan yang terjadi di DKI Jakarta saat ini masih lebih rendah dibandingkan curah hujan pada Januari 2020, yang juga menyebabkan banjir di wilayah Jabodetabek.

"Ada beberapa faktor penyebab banjir di DKI Jakarta yaitu hujan yang jatuh di sekitar Jabodetabek yang bermuara di Jakarta, kemudian hujan yang jatuh di Jakarta sendiri serta ada pasang laut. Selain itu daya dukung lingkungan juga sangat berpengaruh," tuturnya.

Ia menuturkan, wilayah Jabodetabek masih masuk puncak musim hujan yang diperkirakan akan berlangsung pada akhir Februari hingga awal Maret 2021.

Baca juga: Banjir di Indonesia, Benarkah karena Curah Hujan dan Cuaca Ekstrem?

Selain itu, seluruh wilayah Indonesia masih berpotensi terjadi hujan dengan intensitas lebat disertai kilat petir dan angin kencang sepekan ke depan, mulai dari Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Banten, DKI Jakarta, hampir semua wilayah di Pulau Kalimantan dan Sulawesi, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat.

"Kami mengimbau masyarakat untuk tetap tenang namun waspada dan berhati-hati terhadap dampak cuaca ekstrem seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin kencang dan gelombang tinggi," imbuh Dwikorita.

Baca juga: Waspada, Ini yang Perlu Kita Pahami soal Fenomena La Nina

Fenomena La Nina

Lebih lanjut, Deputi Bidang Klimatologi BMKG Herizal menjelaskan, musim hujan 2020-2021 dipengaruhi dengan fenomena iklim global La Nina yang dapat meningkatkan curah hujan hingga 40 persen.

Fenomena iklim La Nina diperkirakan masih akan berlangsung setidaknya hingga Mei 2021.

"Saat ini hampir sebagian besar wilayah Indonesia yaitu 96 persen dari Zona Musim telah memasuki musim hujan," ujarnya.

Baca juga: Tak Ada Mendung Tak Ada Petir, Kok Bisa Ada Suara Dentuman?

Diprakirakan pada Maret-April 2021 curah hujan di sebagian besar Wilayah Indonesia masih berpotensi menengah hingga tinggi (200-500 mm/bulan).

Sedangkan, sebagian besar Papua dan sebagian Sulawesi berpotensi mendapatkan curah hujan bulanan kategori tinggi-sangat tinggi atau lebih dari 500 mm/bulan.

Sementara itu, Indonesia akan memasuki masa transisi dari musim hujan ke kemarau pada Mei.

Baca juga: Banjir Bandang di Tengah Musim Kemarau, Mengapa Bisa Terjadi?

Pada Juni-Agustus sebagian besar wilayah seperti Riau, Jambi, Sumsel, Lampung, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi Selatan dan Papua diprakirakan mendapatkan curah hujan kategori menengah hingga rendah (20-150 mm/bulan).

Pada September, diprediksikan masih terjadi kemarau, sementara Oktober memasuki transisi musim kemarau ke musim hujan dan diprakirakan November kembali memasuki musim hujan.

Herizal menambahkan, musim kemarau diperkirakan lebih basah dibandingkan normalnya, sehingga tetap perlu diwaspadai potensi bencana hidrometeorologi hingga April 2021.

"Musim kemarau tahun ini tidak sekering musim kemarau pada biasanya atau juga dibandingkan musim kemarau 2019," kata dia.

Baca juga: Refleksi Bencana Awal Tahun: Banjir Jakarta 2020 dan Gempa Sumba 2021...

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Cara Tangani Dokumen agar Tak Rusak Parah karena Banjir

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi