Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mungkinkah Jakarta Bebas Banjir?

Baca di App
Lihat Foto
Banjir merupakan salah satu dampak dari cuaca ekstrem
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Masyarakat DKI Jakarta dan sekitarnya tengah bergelut dengan bencana banjir yang terjadi di tengah pandemi Covid-19 saat ini.

Setiap tahunnya, bencana banjir selalu melanda Ibu Kota dan kota penyangga di sekitarnya.

Apa yang membuat Jakarta selalu langganan dihampiri banjir selain karena curah hujan ekstrem yang terjadi?

Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) DKI Jakarta, Tubagus Soleh Ahmadi mengatakan, ada sejumlah faktor yang saling berkaitan sehingga banjir tak bisa dihindari terjadi di Ibu Kota.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Tidak ada faktor dominan. Menurut hemat kami ada 3 penyebanya. Satu, luapan sungai; dua hilangmya wilayah tangkapan air; dan tiga sistem drainase. Ya (ketiganya) saling memengaruhi," kata Bagus saat dihubungi Kompas.com, Minggu (21/2/2021).

Di luar tiga faktor itu, Bagus mengatakan, banjir Jakarta tidak bisa dilepaskan dari faktor di hulu dan adanya cuaca ekstrem.

Menurut Bagus, Walhi telah memperingatkan sebelumnya, bahwa banjir di Jakarta dipicu oleh berbagai permasalahan yang kompleks.

Persoalan itu di antarana, krisis lingkungan hidup di Jakarta maupun di wilayah-wilayah penyangganya.

Permasalahan-permasalahan itu akan terakumulasi hingga memicu bencana ekologis yang intensitasnya akan semakin meningkat serta bisa menimbulkan korban.

Dan banjir yang terjadi dua hari ini, merupakan bentuk dari situasi darurat ekologis.

Baca juga: Video Viral Driver Ojek Online Terobos Banjir, Ini Tanggapan Gojek dan Grab

6 desakan untuk pemerintah

Walhi menyampaikan 6 poin desakan kepada Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, dan Pemprov Banten serta Pemprov Jawa Barat sebagai wilayah penyangga Jakarta, jika menginginkan kisah banjir di Jakarta "tutup buku" dan tidak kembali terulang.

Berikut 6 hal yang disampaikan Walhi:

  1. Melakukan penanggulangan bencana, penyelamatan terhadap warga korban banjir, khususnya bagi kelompok rentan seperti, dan memastikan terpenuhinya hak-hak warga (aspek keselamatan dan kesehatan);

  2. Melakukan koreksi mendasar dan evaluasi menyeluruh terhadap kebijakan pembangunan yang berisiko tinggi terhadap lingkungan hidup dan keselamatan warga seperti proyek reklamasi dan pemberian izin bangunan;

  3. Melakukan upaya pemulihan, baik pemulihan lingkungan hidup yang sebelumnya telah dihancurkan oleh kebijakan pembangunan, maupun pemulihan sosial-ekonomi warga yang terdampak banjir;

  4. Bertanggung jawab terhadap kerugian yang dialami oleh warga terdampak;

  5. Memastikan langkah-langkah adaptasi dan mitigasi bencana yang sejalan dengan mandat UU Penanggulangan Bencana dengan melibatkan partisipasi warga;

  6. Mengoreksi komitmen penurunan emisi (kebijakan NDC) Indonesia agar lebih ambisius, mengingat Provinsi DKI Jakarta rentan dengan bencana iklim.

Baca juga: [HOAKS] Video Bajaj Hanyut Terbawa Arus Banjir Diklaim di Semarang

Bagus meyakini, jika keenam poin rekomendasi tersebut dijalankan dengan optimal, maka Jakarta bisa menangani banjir yang selalu terjadi.

"Bisa jika asalkan serius (meskipun wilayah Jakarta terbilang rendah, meskipun terjadi cuaca ekstrem)," ujar dia.

Terkait dengan cuaca ekstrem, Bagus menilai, hal berkaitan dengan pemanasan global.

Oleh karena itu, tidak hanya Jakarta, Indonesia harus mulai menunjukkan komitmennya untuk menghentikan hal itu.

"Yakni meninggalkan segera penggunaan energi kotor dan beralih ke energi baru terbarukan dgn transisi yg berkeadilan juga memastikan tidak ada lagi kebakaran hutan dan alih fungsi hutan menjadi perkebunan monokultur," kata Bagus.

Ia menilai, saat ini pemerintah belum menunjukkan keseriusannya dalam mengatasi permasalahan bajir.

"Alih-alih melakukan tindakan mitigasi dan adaptasi untuk meminamilisir dampak bencana ekologis, Pemerintah tak juga memiliki political will untuk melakukan koreksi terhadap arah kebijakan ruang yang semakin eksploitatif terhadap alam," kata Bagus.

"Kita tahu, bahwa krisis iklim disebabkan oleh kebijakan pembangunan dan ekonomi yang terus menggerus alam," ujar dia.

Baca juga: Anies Tinjau Banjir di Kemang, Warga: Pak Tolong, Enggak Ada Air

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Cara Tangani Dokumen agar Tak Rusak Parah karena Banjir

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi