Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Viral Unggahan Cerita Seseorang yang Disebutkan Tinggal di Hutan dan Memasak Silica Gel, Bagaimana Ceritanya?

Baca di App
Lihat Foto
Tangkapan layar Twitter
Viral silica gel disangrai
|
Editor: Sari Hardiyanto

ung

KOMPAS.com - Sebuah unggahan mengenai cerita seseorang yang tinggal di hutan dan harus 'memasak' gel silika saat libur, baru-baru ini viral di media sosial Twitter.

Postingan tersebut diunggah oleh akun @indiratendi.

"Rutinitasku libur: masak silika. Hidup di tengah hutan yang super lembab bisa membuat alat elektronik cepet rusak & karatan," tulis Indira dalam unggahannya.

Baca juga: Viral Video Detik-detik Kapal Feri KMP Bili Terbalik di Pontianak, Bagaimana Ceritanya?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dalam unggahan tersebut, ia juga mengatakan pihaknya menggunakan silica gel yang bisa dipakai berulang untuk menyerap kelembapan.

"Kalo warnanya udah pink, tinggal disangrai 10 menit sampe warnanya biru lagi," tulisnya lagi.

Ia juga menceritakan alat elektronik juga harus dimasukkan ke dalam kotak tahan udara dan kelembapan dengan penutup karet kedap air dan udara.

Dalam unggahannya ia menyertakan gambar silica gel yang telah disangrai yang berubah warna dari pink ke biru.

Hingga Selasa (23/2/2021) pagi,unggahan tersebut telah disukai 7.400 kali, dibagikan ulang lebih dari 1.200 kali.

Baca juga: Viral Unggahan Modus Penipuan Nomor Telepon +1500888 Atas Nama BCA

Baca juga: Viral Video Mobil Pikap Standing hingga Terguling di Tegal, Bagaimana Ceritanya?

Lantas, bagaimana cerita sesungguhnya?

Konfirmasi Kompas.com

Terkait dengan unggahan tersebut, Kompas.com menghubungi Indira Nurul Qomariyah selaku pemilik akun @indiratendi.

Saat dikonfirmasi, ia menceritakan dirinya tengah melakukan penelitian untuk tesis S2-nya di Cagar Alam Tangkoko, Sulawesi Utara.

Indira mengatakan, kondisi di hutan Cagar Alam Tangkoko, Sulawesi Utara sangatlah lembap.

"Saya sedang penelitian di tengah hutan yg sangat lembap. Saya pakai silika supaya peralatan penelitian saya enggak rusak," ceritanya saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (20/2/2021).

Baca juga: Kominfo Buka Pendaftaran Beasiswa S2 Luar Negeri, Ini Syarat dan Berkas yang Harus Disiapkan

Indira mengaku merupakan mahasiswi S2 Biosains Hewan di Institut Pertanian Bogor (IPB).

Saat disinggung terkait penggunaan silica gel, menurut dia berfungsi untuk mengurangi kelembapan. Selain itu, harganya murah cukup praktis untuk orang lapangan.

"Di sini tidak ada listrik jadi tidak bisa pakai silika elektrik atau dehumidifier," kata dia.

Guna menyiasari ketiadaan listik, maka dipergunakannya silica gel untuk mengurangi kelembapan pada penggunaan sejumlah peralatan elektronik.

"Biar praktis saja, jika jika harus menggunakan oven kompor, ukurannya terlalu besar dan tidak praktis saat dibawa ke hutan," jelas Indira.

Baca juga: Viral Video Unta Disebut Kebingungan dengan Adanya Salju di Arab Saudi

Berubah warna

Guna menjaga kelembapan peralatan yang dipergunakannya selama penelitian di hutan, Indira menjelaskan, silica gel yang berwarna biru tersebut ia tempatkan dalam wadah kaus kaki.

Baru setelahnya kamera dan alat elektronik lainnya dimasukkan bersama silika tersebut ke dalam wadah kedap udara.

"Kalo udara lembab sekali seperti sekarang, dalam seminggu (silika) warnanya udah berubah pink," cerita dia.

Akan tetapi, jika musim panas silica gel berubah warna sekitar 2-3 minggu.

Baca juga: Mengapa Imlek Identik dengan Warna Merah?

Jika warna silika sudah berubah menjadi pink, ia biasa menyangrai silika tersebut, megeringkannya dan membuatnya kembali berwarna biru.

"Tujuan sangrai ya supaya silikanya kering, jadi bisa dipakai lagi sebagai penyerap kelembaan. Reusable," tutur dia.

Sekali sangrai, imbuhnya, silika tersebut membutuhkan waktu sekitar 10 menit.

Baca juga: Vitiligo, Penyakit yang Sebabkan Seseorang Kehilangan Warna Kulit

Proses penelitian

Indira bercerita, penelitiannya di dalam hutan Cagar Alam Tangkoko, Sulawesi Utara sudah berjalan sejak September 2020, atau sekitar 6 bulan lamanya.

Selama penelitian, dirinya tinggal di camp, semacam stasiun riset yang dibangun dari kayu.

"Ada juru masaknya. Kami sarapan jam 4 pagi, siap-siap, lalu berangkat ke hutan sekitar jam 5 dengan membawa bekal untuk makan siang," kata dia.

Nantinya, setiap malam, ia dan timnya akan kembali ke camp  sehingga tidak sampai mendirikan tenda.

Baca juga: Ramai soal Unggahan Gambar Penyusutan Hutan Kalimantan, Benarkah Separah Itu?

Indira mengaku melakukan penelitian bersama 5 orang peneliti lain, 2 manajer, 1 juru masak dan 1 janitor.

Selain harus menyangrai silica gel saat libur, pengalaman lain selama penelitian yakni kerap bertemu dengan beraneka binatang dengan ragam jenis dan ukuran.

"Pernah suatu kali bertemu dengan ular piton berukuran 3 meter yang masuk ke dalam camp," katanya lagi.

Baca juga: Banjir Kalsel, Meluasnya Lahan Sawit, dan Masifnya Pertambangan...

Tentang gel silika

Diberitakan Kompas.com (15/8/2020), gel silika biasa kita temui pada makanan kemasan atau produk tertentu.

Fungsinya yakni untuk menjaga kelembapan agar tidak merusak makanan atau produk dalam kemasan.

Gel silika rata-rata terbuat dari silikon dioksida yang merupakan komponen alami pada pasir.

Baca juga: Viral, Video Ledakan Balon Helium Saat Kasih Kejutan Ultah, Ini Penjelasan Ahli Kimia

Biasanya, gel silika yang ada dalam makanan atau produk kemasan dikemas dalam bentuk manik-manik kecil atau batu bening.

Gel silika biasanya kita temukan dalam produk berikut:

  • botol minuman dan vitamin
  • etalase museum
  • sepatu dan dompet
  • makanan kemasan.

Baca juga: 7 Cara Menjaga Kesehatan Ginjal

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi