Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan
Bergabung sejak: 24 Mar 2020

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Stephen Hawking Meramal Kiamat

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK
Fisikawan Sthepen Hawking
Editor: Heru Margianto

Menurut pendapat saya yang tentu saja subyektif, ilmuwan paling popular sejak belahan akhir abad XX sampai dengan saat naskah ini ditulis adalah penulis buku supra laris The Brief History of Time yang diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa termasuk bahasa Indonesia. Ilmuwan hiper popular itu adalah Stephen Hawking.

Survival

Pada tahun 2006, Stephen Hawking memposting sebuah pertanyaan terbuka di internet kepada segenap umat manusia di planet bumi:

“Di dunia yang secara politis, sosial dan lingkungan hidup sedemikian kacau-balau, bagaimana umat manusia mampu bertahan selama 100 tahun lagi?”

Pertanyaan itu disusul pernyataan. 

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

“Saya tidak tahu jawabannya. Maka saya mempertanyakannya agar umat manusia berpikir tentangnya dan waspada terhadap marabahaya mahaprahara yang dihadapi bersama”.

Hawking mengungkapkan kekhawatiran tentang kelestarian kehidupan di planet bumi atas ancamanan malapetaka akibat perang nuklir, pagebluk virus jenis baru yang belum ada vaksinnya, pemanasan global serta marabahaya lain yang belum terbayangkan oleh manusia.

Misalnya mahaprahara asteroid collision akan sempurna menghancur-leburkan planet bumi yang hanya bisa menyelamatkan umat manusia apabila manusia sudah berhasil membangun koloni baru di planet lainnya di galaksi Bima Sakti.

Sains

Di samping atheis, Stephen Hawking sempat sesumbar mirip Nietzche pada Muktamar Google’s Zeitgeist 2011 bahwa “filosofi sudah mati”.

Hawking menuduh para filosofer mustahil berhasil mengejar ketertinggalan terhadap perkembangan sains maka diyakini bahwa para saintis menjadi pembawa obor perjuangan manusia mengejar ilmu pengetahuan.

Hawking bersabda bahwa segenap problematika filosofikal pasti dapat terjawab oleh sains terutama teori-teori saintifik yang akan membawa umat manusia ke gambaran alam semesta dan tempat manusia baru yang sama sekali baru dan sama sekali beda gambaran yang masa kini kita miliki.

Sebagai atheis, Hawking yakin bahwa "the universe is governed by the laws of science, There is a fundamental difference between religion, which is based on authority, [and] science, which is based on observation and reason. Science will win because it works.".

Paradoks

Adalah hak asasi Stephen Hawking untuk menjadi atheis serta meyakini bahwa sains adalah satu-satunya jalan bagi umat manusia demi menyelamatkan diri dari ancaman mahadahsyat mahaprahara kiamat.

Namun tanpa mengurangi rasa hormat kepada Stephen Hawking sebagai mahamanusia, mahasaintis dan mahapemikir dengan kedigdayaan mandraguna tidak perlu diragukan lagi, mohon dimaafkan bahwa saya tidak setuju.

Secara subyektif saya menganggap pernyataan Stephen Hawking bahwa “filsafat sudah mati” merupakan paradoks terhadap pernyataan itu sendiri.

Sebab sudah jelas secara tak terbantahkan lagi bahwa pernyataan “filsafat sudah mati” pada dasarnya merupakan keyakinan Stephen Hawking sebagai hasil pemikiran yang berasal dari otak Stephen Hawking sendiri.

Bobot paradoksa terkandung pada pernyataan “filsafat sudah mati!” setara dengan bobot paradoksa terkandung di dalam pernyataan mahasastrawan Indonesia, Muchtar Lubis bahwa “orang Indonesia munafik”.

Pernyataan Muchtar Lubis bahwa “orang Indonesia munafik” sertamerta berbenturan dengan dirinya sendiri akibat Muchtar Lubis sendiri adalah orang Indonesia.

Akhlak

Sebagai seorang umat Nasrani yang berupaya mematuhi ajaran Yesus Kristus tentang jangan menghakimi saya tidak berani memandang rendah sains sama halnya saya juga tidak berani memandang rendah agama.

Maka saya justru khawatir bahwa tanpa filsafat, agama, etika, moral, akhlak kearifan leluhur yang dianggap oleh Stephen Hawking sebagai sekedar khayalan abstrak mubazir belaka justru umat manusia akan diseret lalu dijebloskan oleh sains ke alam kiamat sebelum kiamat akibat perbenturan antar bintang terjadi.

Sejarah peradaban di planet bumi sudah membuktikan fakta bahwa mahakarya sains seperti senjata api, atom, hidrogen, nuklir, biologi tanpa pedoman akhlak yang mengutamakan kemanusiaan dapat dipastikan alih-alih membawa kesejahteraan malah kesengsaraan bahkan kematian secara sangat mengerikan bagi umat manusia.

Malapetaka yang tidak perlu terjadi selama manusia mau mengendalikan nafsu angkara murka diri sendiri masing-masing sesuai makna adiluhur terkandung di dalam jihad al nafs. Kalau mau pasti mampu.

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi