Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Nenek Moyang Manusia Berayun di Pohon dan Berjalan seperti Simpanse?

Baca di App
Lihat Foto
La Trobe University/IFLSCIENCE
Kerangka Paranthropus robustus, manusia purba yang ditemukan di Afrika Selatan.
|
Editor: Rendika Ferri Kurniawan

KOMPAS.com - Nenek moyang jauh manusia modern diduga bergerak dengan cara berayun di cabang-cabang pohon dan berjalan seperti simpanse.

Kesimpulan tersebut berasal dari analisis Ardipithecus ramidus, fosil salah satu hominin yang berusia lebih dari 4,4 juta tahun yang diduga merupakan salah satu nenek moyang manusia.

Melansir NewScientist, Rabu (24/2/2021), peneliti dari Texas A&M University Thomas C. Prang, melakukan penelitian dan pengukuran terhadap fosil tangan Ardipithecus ramidus.

Ia membandingkan ukuran tangan dari fosil tersebut dengan 416 ukuran tangan dari 53 spesies primata yang masih hidup, termasuk simpanse, bonobo dan manusia.

Seperti apa hasil penelitiannya? Simak fakta berikut:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Lukisan Goa Tertua Sulawesi, Ungkap Migrasi Manusia Purba di Indonesia

Ukuran tangan sama

Dari hasil penelitian Prang, diketahui bahwa ukuran dan dimensi dari tulang Ardipithecus ternyata memiliki ukurang yang hampir sama dengan tangan simpanse.

Peneliti menemukan bahwa tulang metacarpal dan tulang jari-jari dan telapak tangan tersebut berukuran sama dengan milik kera, primata besar yang tak berekor, dengan sambungan yang relatif besar dan dimensi kepalan tangannya.

Dengan begitu, dimungkinkan manusia dan simpanse ini berevolusi dari nenek moyang yang sama seperti simpanse.

"Analisis dari tangan yang berasal dari salah satu fosil tertua manusia tersebut, memperlihatkan tangan itu seperti tangan simpanse. Menyiratkan bahwa manusia dan simpanse berevolusi dari nenek moyang seperti simpanse," katanya.

Berayun di atas pohon

Analisis tangan tersebut menunjukkan morfologi yang sama dari hewan primata yang masih hidup sampai saat ini.

Hominin tersebut bergerak di dalam hutan dengan cara berayun melalui cabang-cabang pohon layaknya primata-primata tersebut.

Primata berbadan besar memang cenderung bergelantungan dari dahan ke dahan dan memanjati pohon. Sementara, hewan yang lebih kecil seperti monyet dapat berjalan di atas dahan.

"Ardipithecus ramidus memiliki tulang jari yang panjang dan melengkung. Kita melihat lengkungan dan panjang tulang jari ini pada hewan yang biasa bergelantungan di dahan pohon," kata Prang.

Baca juga: Satgas Covid-19 Tidak Sarankan Penggunaan Strap untuk Masker, Apa Solusinya?

Berjalan dengan tangan mengepal

Selain berayun di atas dahan-dahan pohon, nenek moyang manusia satu ini juga diperkirakan berjalan dengan tangan mengepal.

Hal tersebut dibuktikan dengan perbandingan tulang metacarpal dan jari fosil Ardhipithecus dengan primata yang masih ada saat ini dan berjalan dengan tangan mengepal.

"Penelitian ini cukup memperlihatkan bahwa tangan Ardhipithecus beradaptasi yang mana lebih masuk akal melihat ukuran tubuhnya," kata Tracy Kivell, peneliti dan ahli Paleoantropologi dari University of Kent, Inggris.

Pemahaman akan morfologi tangan dari kerabat terdekat manusia ini, membawa manusia selangkah lebih dekat atas pertanyaan mengapa manusia sangat berbeda dengan kerabat terdekatnya.

Hal ini mungkin menunjukkan bahwa nenek moyang terakhir manusia mirip dengan simpanse, sebelum perubahan besar ketika manusia menggunakan kakinya berdiri.

Perlu bukti lebih

Sementara itu, Tim White, peneliti dari University of California, Berkeley yang menemukan fosil Ardhipithecus tersebut mengatakan bahwa tangan dari Ardhipithecus di samping memiliki lima jari dan kemampuan menggenggam, tidak secara spesifik seperti simpanse.

Perlu bukti-bukti lain dan penelitian-penelitian selanjutnya untuk mengkonfirmasikan hubungan evolusioner antara manusia dan simpanse. 

"Kita perlu lebih banyak fosil kera Miocene sebelum manusia dan simpanse untuk membuktikan hubungan nenek moyang kita dengan kera," kata Sergio Almecija, peneliti dari American Museum of Natural History.

Baca juga: Anak-anak Jangan Main Air Saat Banjir, Ini 6 Penyakit yang Bisa Muncul

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Sumber: NewScientist
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi