Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[KLARIFIKASI] PCR dan Rapid Test Disebut Tak Tepat Baca Infeksi Virus

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/AKBAR BHAYU TAMTOMO
Ilustrasi klarifikasi
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Sebuah unggahan di media sosial Facebook memuat sejumlah poin mengenai tes Covid-19 dan kematian akibat Covid-19.

Unggahan itu dibagikan oleh akun Ardiwiansya Malik di grup BUTON TENGAH (GULAMASTA) pada 4 Januari 2021.

Narasi yang dituliskan cukup panjang, di antaranya menyebut ketidakakuratan hasil tes Covid-19, baik menggunakan metode rapid test  maupun PCR.

Ia juga menyebut kasus meninggal akibat Covid-19 selama ini tidak ada yang murni akibat Covid-19, tetapi karena penyebab lain yakni banyaknya virus dalam tubuh seseorang yang tidak tertangani dengan antibodinya.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menurut ahli, klaim-klaim itu ada yang benar, ada pula yang salah sehingga perlu diluruskan.

Narasi yang beredar

Seperti disebutkan di atas, informasi itu diunggah Ardiwiansyah Malik di grup Facebook BUTON TENGAH (GULAMASTA) pada 4 Januari 2021.

Pada Minggu (7/2/2021), unggahan itu masih dapat diakses dan sudah mendapatkan 58 tanda emoji, 13 komentar, dan 24 kali dibagikan ulang.

Berikut ini adalah narasi selengkapnya:

PEMBODOHAN YANG TERSTRUKTUR..KITA BUKAN BODOH TAPI DIBODOHKAN
KITA TIDAK MISKIN TAPI DIMISKIN OLEH SEBUAH SISTEM
PENTING DI BACA dan DI PAHAMI

Rapid tes itu cek DARAH...sedangkan covid-19 GAK masuk ke darah

Rapid tes cuma CEK antibodi reaktif/muncul atau non reaktif..Bukan cek VIRUS..

Jika antibodi muncul/reaktif dianggap ada virus atau bakteri..Tapi gak tau itu virus/bakteri apa..Itu sudah dianggap hasilnya POSITIF.

Orang FLU kalo ikut rapid tes hasilnya kemungkinan POSITIF KARENA antibodinya muncul..

Jadi hasil rapid tes POSITIF belum tentu blm tentu kena CORONA. Itu hanya menunjukkan ANTIBODINYA reaktif/muncul.

PCR tes pun hanya menunjukkan keberadaan/adanya VIRUS tapi gak bisa MEMBEDAKAN antara virus hidup dan virus mati akibat sudah di bunuh sama antibodi kita.

Tes PCR akan memberikan hasil positif jika ada virus, entah itu virus hidup atau virus mati..

Gak ada yang meninggal disebabkan MURNI HANYA karena virus corona..
Disebabkan karena terlalu banyak bermacam2 virus yg ada dlm tubuh sehingga antibodi kalah dan tidak mampu kalahkan virus yg terlalu banyak dan bermacam2 itu..

Jika ada ribuan yg meninggal itu menunjukkan sebelum adaya covid-19 banyak ribuan orang sdh terjangkit virus..
Sehingga ketika kena covid kondisi semakin parah..
antibodi gk ngatasi lagi..

Jadi kemungkinan yg kata media bertambah banyak yg kena, diliat dar hasil rapid tes itu belum tentu kena covid-19. Sekali lagi rapid tes cuma mendeteksi antibodi seseorang muncul/reaktif apa gak..Sedangkan orang flu aja antibodinya pasti muncul atau reaktif..
Jika di rapid tes hasilnya juga bisa positif..

Jadi waspada boleh..Takut juga bolej..
Tapi gak perlu berlebihan sampai ketakutann akut/depresi..Sebab itu akan mempengaruhi imun kita..

Semisal CONTOH kasus:
Bbrpa hari yg lalu ada orang, waktu mlm tubuhnya panas..besoknya sesask nafas trus meninggal..Ternyata orang ini kena typus (makanya tubuhnya panas)
Tapi dipikir-pikir takut kena corona..dia panik..jantungnya berdebar kencang..
sesak trus meningggal..Jadi meninggalnya KARENA serangan jantung

Hasil tes medis tidak ada virus corona maupun virus/ penyakit menular lainnya..
Meninggal karena serangan jantung..Kalo sakitnya kena typus..

Semoga seluruh rakyat indonesia semakin aham tentang Covid-19 ini shgg mindset/pola pikirnya berubah menjadi tenang dan positif. 

Dari unggahan di atas, ada beberapa poin yang perlu diklarifikasi. Poin-poin itu adalah:

  1. Rapid test (antibodi) itu cek darah sementara virus corona tidak masuk ke dalam darah.
  2. Rapid test itu cek antibodi bukan cek virus, setiap ada antibodi muncul maka hasilnya positif tanpa tau jenis antibodi dari virus/bakteri apa yang muncul.
  3. Orang flu saat lakukan rapid tes hasilnya mungkin positif, karena antibodi muncul.
  4. Tes PCR hanya menunjukkan keberadaan/adanya virus tanpa bisa membedakan apakah virus itu hidup atau mati, dan tidak bisa juga mengetahui jenis virus apa yang ada di dalam tubuh.
  5. Tidak ada orang yang murni meninggal karena Covid-19.

Penelusuran Kompas.com

Mengonfirmasi informasi yang dibagikan pengunggah, Tim Cek Fakta Kompas.com mengonfirmasinya kepada dokter sekaligus pakar epidemiologi dari Universitas Airlangga, dr. Windhu Purnomo, Minggu (7/2/2021).

Berikut beberapa hal yang diklarifikasi:

1. Rapid tes (antibodi) itu cek darah sementara virus corona tidak masuk ke dalam darah.

Untuk pernyataan ini, Windhu membenarkannya.

"Jadi kalau cek antibodi ya yang dicek kan antibodi, wong namanya saja antibodi, bukan virusnya. Jadi memang pernyataan ini benar," kata Windhu.

2. Rapid test itu cek antibodi bukan cek virus, setiap ada antibodi muncul maka hasilnya positif tanpa tau jenis antibodi dari virus/bakteri apa yang muncul.

Untuk poin kedua ini, Windhu mengatakan, meskipun tes cepat antibodi tidak tepat untuk mendeteksi infeksi Covid-19, namun metode tes ini mampu mengenali atau mengidentifikasi jenis virus corona.

"Itu tidak sepenuhnya benar, karena rapid test antibodi itu sebenarnya mengecek antibodi spesifik untuk Covid-19," kata dia.

3. Orang flu saat lakukan rapid tes hasilnya mungkin positif, karena antibodi muncul...

Poin ketiga ini juga dinilai Windhu tidak tepat karena tes cepat antibodi bisa mengenali virus yang dideteksi.

"Antibodinya spesifik, jadi bukan antibodi-antibodi lain di luar Covid-19 (yang dideteksi), ya memang Covid-19. Enggak begitu (flu akan positif rapid tes antibodi), karena kalau flu nanti kan antibodinya spesifik antibodi flu, bukan antibodi Covid-19," jelas Windhu.

4. Tes PCR hanya menunjukkan keberadaan/adanya virus tanpa bisa membedakan apakah virus itu hidup atau mati, dan tidak bisa juga mengetahui jenis virus apa yang ada di dalam tubuh.

Untuk poin keempat, Windhu membantah bahwa tes PCR tidak bisa membedakan virus corona dan virus yang lainnya.

"PCR bisa menunjukkan virus itu virus apa, virus Covid-19 atau bukan. Kalau bukan ya dia enggak akan positif (hasilnya)," ujar dia.

Namun, Windhu membenarkan bahwa metode ini tidak bisa secara gamblang membedakan mana virus yang sudah mati dan mana virus yang masih hidup.

"Meski sudah mati virusnya, masih tetap terdeteksi positif, fragmennya itu masih terdeteksi PCR dengan hasil yang positif, padahal sudah mati, dia sudah sembuh sebetulnya, sudah tidak menulari," kata dia.

Akan tetapi, pada tes PCR ada nilai Cycle Trasehold (CT) yang bisa menjadi petunjuk, apakah virus yang terdeteksi masih aktif atau sudah berupa fragmen-fragmennya saja.

"Kalau CT-nya lebih dari 30 itu menunjukkan bahwa yang positif adalah fragmennya, tapi virusnya sudah mati. Makanya kita tidak hanya melihat dari positivitasnya saja, harus ditambahkan nilai CT-nya," sebut Windhu.

5. Tidak ada orang yang murni meninggal karena Covid-19.

Windhu tidak sepakat dengan pernyataan ini. Kasus seperti ini memang ada, tetapi hanya sedikit.

"Ini enggak benar. Ada memang orang yang meninggal dengan Covid-19, tapi bukan karena Covid-19. Misalnya dia positif, terus ketabrak kereta api, kan dia matinya bukan karena Covid-19 nya. Dia death with Covid-19, bukan death due to Covid-19," jelas dia.

Namun, sebagian besar pasien Covid-19 lain yang meninggal, mereka meninggal akibat infeksi virus corona yang ada dalam tubuhnya.

"Komorbidnya itu yang memperberat gejala Covid-19-nya. Covid-19 yang membuat dia mati itu apa sih, karena dia tidak bisa bernapas. Mengalami ARDS (Accute Respiratory Distress Syndrom) kalau dia kebetulan punya hipertensi, diabet, maka hipertensi dan diabetnya itu memperberat ARDS-nya," jelas Windhu.

Ia mengatakan, mungkin saja jika orang tersebut tidak terinfeksi Covid-19, penyakit bawaannya itu tidak akan membuatnya meninggal pada saat itu.

Kesimpulan

Tidak semua informasi yang dibagikan pengunggah adalah informasi yang benar. Menurut ahli, ada yang benar, ada pula yang salah dan perlu diklarifikasi.  

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi