Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cap Go Meh, Sejarah dan Tradisi yang Mengiringinya

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO
Kie Lin Perguruan Silat PGB Bangau Putih mengambil Hu ke Vihara Dhanagun (Hok Tek Bio), Bogor, Jawa Barat usai dimandikan, Selasa (12/2/2019). Memandikan Kie Lin di aliran Sungai Ciliwung di Pulo Geulis adalah salah satu tradisi persiapan menyambut Cap Go Meh.
|
Editor: Rendika Ferri Kurniawan

KOMPAS.com - Tahun Baru Imlek merupakan suatu perayaan penting bagi masyarakat Tionghoa di seluruh dunia.

Pada momen itu, tak hanya sembahyang, doa dan harapan yang dipanjatkan untuk menyambut tahun baru, tetapi juga tradisi dan perayaannya yang diperingati dengan suka cita.

Tahun Baru Imlek sejatinya adalah festival musim semi yang digelar oleh para petani China kuno dalam menyambut musim tanam. Imlek diperingati selama 15 hari dan ditutup dengan perayaan Cap Go Meh dengan berbagai tradisi dan perayaan yang menyertainya.

Jika Sin Cia (nama lain dari Imlek) identik dengan sunyi, doa dan keluarga, Cap Go Meh adalah pesta-pesta yang dirayakan secara meriah di jalanan untuk menghibur masyarakat.

Dengan mengundang Barongsai, Liong dan menyalakkan ratusan cahaya lampion, Cap Go Meh menjadi momen yang selalu dinanti-nanti masyarakat. Tak hanya masyarakat Tionghoa, tetapi masyarakat pada umumnya. 

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana sejarah dari Cap Go Meh ini, dan apa saja tradisi yang mengiringinya?

Baca juga: Cap Go Meh, Serba-serbi Pesta Rakyat

Sejarah Cap Go Meh

Cap Go Meh merupakan dialek Hokkian yang berarti malam ke-15 atau puncak dari Imlek.

Cap artinya sepuluh, Go berarti lima dan Meh yang artinya malam. Sehingga, Cap Go Meh berarti malam ke-15 setelah tahun baru Imlek atau Sin Cia.

Seperti diberitakan Harian Kompas, Kamis (5/2/2004), pada hari ke-15 itu para dewa ke luar dari surga membagi-bagikan keselamatan, kesejahteraan dan nasib baik.

Mereka merayakannya dengan menyalakan lampion, menggelar pertunjukkan Barongsai tonggak dan Liong dan makanan-makanan khas seperti lontong Cap Go Meh.

Diyakini tradisi tersebut berasal dari daratan Cina Selatan yang merupakan asal mayoritas etnis Tionghoa di Indonesia.

Merujuk buku "Hari-hari Raya Tionghoa" yang ditulis oleh Marcus A.S., Cap Go Meh juga disebut sebagai Pesta Goan Shiauw.

Hari ke-15 ini dipercaya sebagai hari lahirnya Goan Shiauw atau juga disebut Siang Goan Thian Koan, yakni roh yang memerintah langit dan bumi.

Akhirnya, Cap Go Meh ini dirayakan sebagai bentuk penghormatan kepada Goan Thian Koan yang dipercaya membawa pengampunan bagi dosa-dosa manusia di bumi.

Di Indonesia, perayaan Imlek ini sempat dilarang dirayakan di depan umum di masa orde baru. Namun, pada masa pemerintahan Abdurrahman Wahid, Imlek boleh dirayakan di muka umum, bakan ditetapkan sebagai hari raya nasional oleh Presiden Megawati Soekarnoputri.

Baca juga: Momen Cap Go Meh, Ini 5 Diskon Menarik yang Dapat Anda Coba

Perayaan Cap Go Meh dulu

Diberitakan Kompas.com, Minggu (9/2/2020), Perayaan ini sudah ada sejak zaman pemerintahan Kaisar Tong Jwee Cong pada 710-712 Masehi.

Cap Go Meh dirayakan besar-besaran dengan mendirikan pohon setinggi 10 kaki yang diperintahkan oleh kaisar. Lilin-lilin itu ditaruh di dalam gelas dan dipasang sebanyak 50.000 buah untuk menerangi pohon yang diberi nama Go San.

Jika di hari-hari biasa, masyarakat dilarang berada di istana, selama perayaan Cap Go Meh, kaisar memperbolehkan rakyatnya mendekati istana.

Mereka akan memadati halaman istana dan membawa lentera Kie An Po Siu Teng yang berarti "datang untuk mohon berkah, selamat dan panjang umur".

Selama Cap Go Meh, masyarakat menghias rumahnya dengan berbagai tulisan yang berisi doa yang ditujukan kepada roh yang memerintah langit dan bumi, Goan Thian Koan. Intinya untuk memohon keselamatan untuk seisi rumah tersebut.

Tradisi Cap Go Meh

Berbagai tradisi mengiringi perayaan malam puncak Tahun Baru Imlek, Cap Go Meh. Tradisi ini berbeda antara daerah satu dengan daerah yang lain. Tergantung dari kearifan lokal yang dibawa oleh masyarakat Tiong Hoa yang berada di sana.

Secara umum, Tradisi Cap Go Meh dimulai dari memasak hidangan khas seperti kue kerangjang atau ti kwe. Hidangan serupa dodol china ini disantap bersama keluarga saat perayaan Imlek.

Selain itu, berbagai pertunjukkan digelar selama puncak perayaan. Masyarakat akan menggelar arak-arakan Toapekong, yakni patung dewa-dewi yang berada di kelenteng ke jalan untuk menolak bala di jalan yang dilaluinya.

Toapekong diarak dengan pertunjukkan singa Barongsai dan naga Liong. Ada juga atraksi yang menyeramkan seperti Tatung yang sering digelar di Kota Singkawang, Kalimantan Barat.

1. Kue keranjang

Kue keranjang adalah makanan khas Imlek yang terbuat dari tepung beras ketan. Dalam bahasa Mandarin, keu keranjang disebut Nian Gao atau Ti Kwe dalam bahasa Hokkian.

Seperti diberitakan Harian Kompas, Sabtu (13/2/2010), kue keranjang dijadikan sesaji di meja abu leluhur warga Tionghoa saat Tahun Baru Imlek tiba.

Setelah melewati 15 hari pada bulan pertama Imlek atau bertepatan dengan Cap Go Meh, kue keranjang baru diturunkan dari meja abu dan disantap bersama keluarga.

Bentuk kue yang bundar melambangkan keutuhan keluarga dan bahannya yang lengket menunjukkan kedekatan ikatan anggota keluarga.

Biasanya kue dipotong-potong persegi dan dicampur dengan telur dan garam sebelum digoreng. Rasanya yang manis dan legit, menyiratkan makna agar kehidupan di tahun ini akan lebih baik dari tahun sebelumnya.

Tidak ada catatan pasti kapan pertama kali kue keranjang dibuat.Bisa jadi, perantau dari daratan Tiongkok sana,membawa resep ini ke Indonesia bersama dengan sutra dan keramik China.

Mereka membawa kue ini dan memberikannya sebagai bentuk persahabatan kepada warga pribumi.

Baca juga: Perjalanan Perayaan Imlek di Indonesia dari Masa ke Masa..

2. Barongsai

Barongsai merujuk kepada sebuah pertunjukkan tarian singa. Sai dalam bahasa Hokkian berarti singa.

Tarian Barongsai dimainkan oleh dua orang penari yang bertindak sebagai singa. Satu orang memegang kepala singa dan satunya lagi menjadi bagian tubuh dan ekor. Ada satu orang lagi yang memegang bola sutra dan Barongsai akan mengejarnya.

Permainan Barongsai ini seperti diberitakan Harian Kompas, Minggu (30/1/2000), merupakan salah satu permaian tertua di dunia.

Ia diperkirakan berasal dari Tiongkok pada era Jwen Chiu pada 475-211 tahun sebelum Masehi di akhir Dinasti Zhou Timur.

Konon Barongsai ini adalah sesosok makhluk fabel yang muncul dari dasar sungai Huang Hoo dengan membawa kitab Pakua untuk mengajarkan rahasia hukum alam semesta kepada manusia agar terbebas dari kebodohan dan mendapatkan pengetahuan.

Binatang tersebut disebut-sebut sebagai Ma Lung Tze. Ma berarti kuda, Lung berarti naga, dan Tze berarti guru. Artinya, kuda berkepala naga yang menjadi guru.

Sebutan Ma Lung Tze ini kemudian menjadi barongsai di Indonesia. Barongsai melambangkan kebajikan yang sempurna, umur panjang, kepatuhan dan rasa hormat kepada orang tua, keturunan yang cemerlang dan pemerintahan yang baik.

Ada tiga jenis barongsai yang dikenal di dunia. Mulai dari Xuang Shi berwarna kuning emas dari Tiongkok Utara, Qing Shi atau singa hijau yang berasal dari Tiongkok Tengah, dan Xing Shi atau singa sadar yang siuman dari tidur yang berasal dari Tiongkok Selatan.

Masing-masing Barongsai memiliki cirinya. Seperti Xuang Shi dengan ciri permainan akrobatik. Ia bermain di atas patok-patok setinggi setengah meter, berdiri susun tiga di atas pundak pemainnya.

Qing Shi mengeluarkan gerakan silat seperti salto, berguling-guling dan sebagainya. Sementara Xing Shi dengan ciri permainan meniru gerakan singa yang sedang bangun tidur, mencuci muka di sungai, kemudian mencari makan dan sebagaianya.

3. Liong

Lain halnya dengan Barongsai, Liong adalah tarian naga yang dimainkan oleh banyak penari yang memegang tongkat di bawah perut naga. Para penari menggerakkan liong layaknya seekor naga.

Melansir Kompas.com, Sabtu (7/2/2020), asal mula Liong ini dari cerita rakyat Tiongkok pada masa Dinasti Han pada 230-180 sebelum Masehi. Huang yang berasal dari dinasi Han menciptakan lambang naga atau Liong ini.

Panjang Liong bervariasi. Dari sekitar 8 meter, bahkan ada juga yang sepanjang 100 meter, dengan warna badan merah, hijau atau kuning.

Atraksi ini menggunakan tongkat yang terpasang di bawah perut yang diusung oleh 9 orang atau lebih. Mereka menggerakkannya meliuk seolah seekor naga yang sedang bergerak dan terbang.

Baca juga: Imlek 2021: Ucapan, Kue Keranjang, Angpao, dan Makna Warna Merah

4. Tatung

Seperti yang diberitakan Harian Kompas, Jumat (7/2/2020), Tatung dalam dialek Hakka disebut Tah Thung, awalnya kebudayaan dari daratan China yang bersiat keagamaan bagi penganut Taoisme.

Tatung adalah kondisi seseorang yang dirasuki roh yang umumnya roh arwah pahlawan atau satria.

Selain mempertunjukkan kemampuan supranatural seperti menusuk tubuh dengan benda dan senjata tajam, Tatung dapat mengobati orang sakit yang aneh atau misterius.

Tatung sendiri adalah produk akulturasi budaya Tionghoa dan Dayak yang sudah berlangsung ratusan tahun silam.

Akulturasi budaya ini terjadi sejak pertengahan 1700-an hingga 1800-an di mana pada saat itu banyak kongsi pertambangan di Monterado (saat ini masuk Kabupaten Bengkayang) sehingga akulturasi itu terjadi.

Menurut cerita, dulu terjadi wabah penyakit di kawasan tersebut, sehingga perlu diadakan penyucian kota atau tolak bala. Dilaksanakanlah ritual mengarak tatung Tionghoa dan Dayak ini.

Seiring wabah yang menghilang, ritual ini terus dilakukan secara turun temurun dan menjadi tradisi yang dilaksanakan saat perayaan Cap Go Meh di Singkawang dan berbagai tempat lainnya.

Perayaan Cap Go Meh ini kini tak hanya milik masyarakat Tionghoa saja. Cap Go Meh sudah menjadi satu perayaan keberagaman yang diikuti oleh semua lapisan masyarakat, tanpa memandang usia, suku, bahkan agama.

Dengan pertunjukkan, atraksi, tradisi, makanan, semua merasakan aura kebahagiaan dalam pesta perayaan tahun baru yang diharapkan akan lebih sejahtera.

Baca juga: Mengapa Imlek Identik dengan Warna Merah?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi