Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi Jelaskan Vaksinasi Covid-19 Dapat Memperlambat Penularan Virus

Baca di App
Lihat Foto
ANTARA FOTO/ADITYA PRADANA PUTRA
Petugas menyuntikkan vaksin COVID-19 kepada pesepak bola Timnas sepak bola U-23 Miftahul Hamdi (kiri) di Istora Senayan, Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, Jumat (26/2/2021). Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) bersama Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melakukan vaksinasi COVID-19 perdana kepada insan olah raga nasional dengan menyasar 820 orang, termasuk atlet, pelatih dan tenaga kesehatan dari 40 cabang olahraga (cabor). ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/rwa.
Penulis: Mela Arnani
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Sebuah penelitian di Rumah Sakit Addenbrooke, Cambridge menyebutkan bahwa vaksin Covid-19 buatan Pfizer tampaknya memperlambat penyebaran virus corona.

Selain itu, peneliti mengungkapkan suntikan vaksin dapat mencegah orang yang terinfeksi menjadi sakit parah.

Melansir BBC, temuan ini mendukung penelitian serupa yang dilakukan Public Health England (PHE) dan studi AstraZeneca-Oxford, yang meneliti kemampuan vaksin dalam menghentikan penyebaran virus.

Meskipun hal ini menjadi kabar baik, para ahli menegaskan bahwa tindakan pencegahan seperti memakai masker, menjaga jarak, menjaga kebersihan tangan tetap diperlukan untuk memerangi virus.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Kemenkes Beri 6 Tips Sebelum Disuntik Vaksin Covid-19

Vaksin memblokir infeksi

Penelitian di RS Addenbrooke dilakukan dengan menguji staf terhadap virus corona secara rutin, termasuk mereka yang tidak menunjukkan gejala apa pun.

Peluncuran vaksin di RS Addenbrooke dilakukan pada awal Desember tahun 2020 lalu, dengan sebulan setelahnya terdapat petugas yang sudah divaksinasi dan belum divaksin.

Hasil pemeriksaan rutin menunjukkan, sebanyak 17 dari 1.000 staf yang tidak divaksinasi dinyatakan positif pada pertengahan Januari 2021, sedangkan hanya empat dari 1.000 petugas yang mendapat dosis pertama vaksin terindektifikasi positif.

Terdapat penurunan serupa di antara orang-orang yang tidak memiliki gejala, tapi masih dites positif. Sehingga, masih ada potensi seseorang menyebarkan virus tanpa disadari.

Baca juga: Studi: Virus Corona Bisa Bertahan 3 Hari di Permukaan Kain Poliester

Sementara itu, dikutip dari Business Insider, studi Sars-Cov-2 Immunity & REinfection EvaluatioN (Siren) yang dijalankan oleh PHE menjelaskan, satu dosis Pfizer mengurangi risiko infeksi hingga 70 persen dan dua dosisnya mampu menekan risiko infeksi hingga 85 persen.

Sementara vaksin Oxford-AstraZeneca diperkirakan mengurangi infeksi sekitar dua pertiga.

"Anda tidak dapat menyebarkan virus jika tidak terinfeksi. Penelitian ini menunjukkan bahwa vaksin memblokir infeksi pada seseorang yang tidak memiliki gejala," kata Prof Lawrence Young, dari Warwick Medical School.

Baca juga: Kemenkes: Vaksin Guru Perlu Perhatikan 4 Syarat Ini

Jalan keluar pandemi

Sementara itu, seorang ahli virus di Universitas Nottingham Prof Jonathan Ball menyatakan, penemuan ini menawarkan jalan keluar terhadap pandemi yang terjadi.

"Penurunan tingkat infeksi setelah satu dosis vaksin Pfizer sangat mengesankan dan menunjukkan bahwa vaksinasi benar-benar menawarkan jalan keluar dari pembatasan saat ini dan masa depan yang jauh lebih cerah," tutur dia.

Sebelumnya terdapat studi di Israel yang menyebutkan bahwa mulai 12 hari setelah vaksinasi, orang yang tertular Covid-19 walau sudah mendapatkan suntikan Pfizer, mempunyai virus empat kali lebih sedikit di tubuhnya.

Pengurangan viral load dikaitkan dengan tingkat penularan yang lebih rendah.

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa semakin banyak partikel virus yang ada di mulut dan hidung seseorang, semakin besar kemungkinannya menularkan virus corona ke orang lain.

"Dengan kata lain, viral load lebih tinggi, penularan juga tinggi; viral load rendah, penularan rendah," kata Dr. Anthony Fauci, Direktur Institut Nasional untuk Alergi dan Penyakit Menular.

Baca juga: Pemerintah Diminta Gencarkan Sosialisasi Mutu dan Manfaat Vaksin Covid-19

Sejumlah epidemiolog juga meyakini bahwa vaksinansi Covid-19 dapat menurunkan kemungkinan penularan virus.

"Kami yakin vaksinasi terhadap Covid-19 mengurangi kemungkinan penularan virus," ujar M. Kate Grabowski dan Justin Lessler, dua ahli epidemiologi dari Johns Hopkins dilansir dari Daily Beast.

Meskipun kemungkinan, lanjut mereka, ini merupakan perlindungan terhadap penularan, yang mengartikan tidak cukup untuk melindungi dari penyakit parah.

Sementara itu, menurut data yang dirilis Rabu dari Food and Drug Administration (FDA), vaksin dosis tunggal Covid-19 yang dikembangkan Johnson & Johnson, meskipun belum diizinkan di AS, kemungkinan juga efektif dalam mencegah infeksi tanpa gejala.

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: 7 Tahapan Pengembangan Vaksin Covid-19

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi