KOMPAS.com - Pandemi virus corona SARS-CoV-2 telah menginfeksi 114.349.402 orang di seluruh dunia.
Data tersebut dilansir dari worldometers pada Minggu (28/2/2021) pukul 06.00 WIB.
Dari total infeksi, sebanyak 89.873.334 orang telah dinyatakan sembuh dan virus yang menyerang saluran pernapasan tersebut telah menewaskan 2.536.281 orang secara global.
Baca juga: Simak 3 Gejala Baru Covid-19, dari Anosmia hingga Parosmia
Adapun lima negara yang melaporkan kasus infeksi terbanyak di dunia sebagai berikut:
1. Amerika Serikat
Amerika Serikat masih menjadi negara dengan kasus infeksi virus corona terbanyak di dunia.
Kasus terkonfirmasi positif virus Covid-19 di negara ini mencapai 29.197.183 kasus.
Jumlah kematian tertinggi secara global juga terjadi di AS, setidaknya 524.544 orang dilaporkan meninggal dunia akibat terinfeksi virus.
Sementara itu, pasien yang dikabarkan sembuh dari Covid-19 mencapai 19.625.057.
Baca juga: Pemerintah Gratiskan Vaksin Covid-19, Mengapa Diberikan Lewat Suntikan?
2. India
Menyusul di posisi kedua, kasus positif Covid-19 di India juga terus merangkak naik, dengan dilaporkan terdapat 17.346 kasus baru dalam satu hari terakhir.
Sejauh ini, secara total kasus infeksi corona di India tercatat sebanyak 11.096.440 kasus.
Dari total tersebut, sebanyak 10.773.275 orang telah dinyatakan pulih dan virus menewaskan 157.087 orang di negara ini.
Baca juga: Bukan China, India Jadi Episentrum Baru Virus Corona di Asia
3. Brasil
Brasil berada di posisi ketiga.
Virus corona SARS-CoV-2 di negara berkembang ini dilaporkan telah menginfeksi 10.517.232 orang.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 9.355.974 orang telah sembuh.
Sementara itu, dilaporkan sebanyak 254.221 orang meninggal dunia akibat terpapar Covid-19.
Baca juga: Saat Rusia Memulai Vaksinasi Sputnik V di Moskow...
4. Rusia
Kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Rusia terus naik, membuat negara ini berada di urutan keempat dengan kasus infeksi terbanyak di seluruh dunia.
Tercatat adanya 11.534 kasus baru selama satu hari terakhir.
Total kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Rusia sebanyak 4.234.720 kasus.
Dari total kasus infeksi yang ada, sebanyak 3.799.406 orang telah dinyatakan pulih dan 85.743 orang meninggal dunia.
Baca juga: Varian Baru Virus Corona B1525 Ditemukan di Inggris, Berpotensi Mengkhawatirkan
5. Inggris
Berada di urutan kelima, Inggris melaporkan 4.170.519 kasus positif infeksi virus corona, dengan 7.434 kasus baru dalam satu hari terakhir.
Dari total kasus terkonfirmasi positif, sebanyak 2.846.208 orang telah dinyatakan sembuh.
Adapun orang meninggal dunia akibat terinfeksi virus SARS-CoV-2 di Inggris dilaporkan sebanyak 122.705 orang.
Baca juga: Mutasi dari Varian Covid-19 di Inggris Disebut Dapat Memengaruhi Vaksin
Vaksin Sputnik V Rusia bekerja baik lawan mutasi Covid-19
Uji coba Rusia yang menguji keefektifan vaksinasi ulang dengan suntikan Sputnik V untuk melindungi dari mutasi baru virus corona diklaim membuahkan hasil yang baik.
Penelitian dilakukan oleh Gamaleya Center di Rusia. Para ahli mengungkapkan penemuan ini pada Sabtu, 27 Februari 2021.
Melansir CNA, bulan lalu, Presiden Vladimir Putih memerintahkan peninjauan pada 15 Maret, dari vaksin yang diproduksi Rusia untuk keefektifannya terhadap varian baru yang menyebar di berbagai belahan dunia.
"Studi baru-baru ini yang dilakukan oleh Gamaleya Center di Rusia menunjukkan bahwa vaksinasi ulang dengan vaksin Sputnik V bekerja sangat baik melawan mutasi virus corona baru, termasuk jenis virus corona Inggris dan Afrika Selatan," kata Wakil Direktur Pusat yang mengembangkan suntikan Sputnik V, Denis Logunov.
Baca juga: Pemerintah Gratiskan Vaksin Covid-19, Mengapa Diberikan Lewat Suntikan?
Vaksinasi ulang
Vaksinasi ulang menggunakan suntikan Sputnik V berdasarkan vektor adenovirus yang sama.
Uji tersebut mengindikasikan bahwa hal ini tidak memengaruhi efektivitas.
Adapun beberapa ilmuwan telah meningkatkan kemungkinan risiko bahwa tubuh juga mengembangkan kekebalan terhadap vektor itu sendiri, dengan mengakuinya sebagai penyusup dan mencoba untuk menghancurkannya.
Baca juga: Simak, Berikut Tingkat Efikasi 7 Vaksin Covid-19
Kendati demikian, pengembang vaksin ini tidak setuju hal tersebut akan menimbulkan masalah jangka panjang.
"Kami percaya bahwa vaksin berbasis vektor sebenarnya lebih baik untuk vaksinasi ulang di masa depan daripada vaksin berbasis platform lain," kata Logunov.
Hasil uji coba diharapkan segera dapat dipublikasikan, meskipun indikasi pertama mengenai pengujian tersebut berlangsung dan belum ada rincian lebih lanjut yang tersedia.
Baca juga: Melihat Perbedaan Vaksin Buatan AS dengan Vaksin Buatan China, Ini Rinciannya...
Cara kerja
Logunov menambahkan, para peneliti menemukan bahwa antibodi yang spesifik untuk vektor pada suntikan, yang dapat menghasilkan reaksi anti-vektor dan merusak kerja suntikan itu sendiri, berkurang paling cepat 56 hari setelah vaksinasi.
Kesimpulan didasarkan pada uji coba vaksin melawan Ebola yang dikembangkan sebelumnya oleh Gamaleya Institute menggunakan pendekatan yang sama seperti suntikan Sputnik V.
Kekebalan vektor bukanlah masalah baru, tapi telah mendapat sorotan karena perusahaan termasuk Johnson & Johnson mengantisipasi vaksinasi Covid-19 reguler, seperti suntikan influenza tahunan, mungkin diperlukan untuk memerangi varian baru virus corona.
Sebagai informasi, suntikan vaksin Covid-19 Sputnik V menggunakan vektor virus yang dimodifikasi menjadi tidak berbahaya, untuk membawa informasi genetik yang membantu tubuh membangun kekebalan terhadap infeksi di masa mendatang.
Baca juga: Saat Johnson & Johnson dan Eli Lilly Hentikan Uji Coba Obat Antibodi dan Vaksin Covid-19...