Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nurdin Abdullah, dari Akademisi hingga Jadi Tersangka Korupsi

Baca di App
Lihat Foto
ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto
Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah (tengah) dikawal petugas setibanya di gedung KPK, Jakarta, Sabtu (27/2/2021). KPK mengamankan Nurdin Abdullah melalui Operasi Tangkap Tangan (OTT) bersama lima orang lainnya dengan barang bukti sebuah koper berisi uang. ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/aww.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah ditetapkan sebagai tersangka setelah terjaring operasi tangkap tangan (OTT) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada Jumat (26/2/2021) malam.

Seperti diberitakan Kompas.com, Minggu (28/2/2021), Nurdin ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus dugaan suap proyek infrastruktur di lingkungan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulsel.

Dia ditangkap bersama sejumlah pejabat Pemprov Sulsel, dan pihak swasta, dalam rangkaian penangkapan pada Jumat (26/2/2021) malam hingga Sabtu (27/2/2021) dini hari.

Baca juga: Perjalanan Nurdin Abdullah, Diciduk KPK, Jadi Tersangka, dan Langsung Ditahan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penangkapan Nurdin mengejutkan banyak pihak. Pasalnya, Nurdin dikenal sebagai sosok yang bersih dan memiliki kinerja yang bagus.

Nurdin juga diketahui telah menerima beberapa penghargaan, salah satunya Bung Hatta Anti-Corruption Award (BHACA) pada 2017.

Tidak hanya sebagai politisi, Nurdin juga dikenal sebagai sosok akademisi, dan merupakan profesor pertama yang pernah menjabat sebagai kepala daerah.

Baca juga: Berkaca dari Kasus Djoko Tjandra, Mengapa Penegak Hukum Justru Melanggar Hukum?

Lantas, seperti apa kiprah Nurdin di bidang akademis?

Mengutip profil Gubernur Sulsel yang dimuat di laman resmi sulselprov.go.id, Nurdin lahir di Pare-Pare, Sulawesi Selatan, pada 7 Februari 1963.

Nurdin mengenyam pendidikan S1 di Fakultas Pertanian dan Kehutanan Universitas Hasanuddin. Dia lulus pada 1986.

Setelah lulus S1, Nurdin kemudian melanjutkan studi S2 dan S3 di Universitas Kyushu, Jepang, dengan mengambil program studi agrikultur.

Baca juga: Edhy Prabowo dan Mengapa Masih Ada Pejabat yang Doyan Korupsi?

Pendidikan S2 dia selesaikan pada 1991, sedangkan pendidikan S3 diselesaikan pada 1994.

Nurdin diangkat sebagai Guru Besar di Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin, berdasarkan surat keputusan jabatan guru besar dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada 2020.

Selain itu, Nurdin juga menjabat sebagai Dewan Penyantun Politeknik Negeri Makassar.

Baca juga: Pusaran Kasus Korupsi Jiwasraya dan Dugaan Korupsi di PT Asabri

Berdasarkan hasil pencarian di Google Scholar, Nurdin telah beberapa kali menerbitkan jurnal ilmiah, antara lain:

  • Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Debit Sungai Mamasa (2007) oleh Nurdin Abdullah dan Asikin Muchtar.
  • Analisis Performansi dan Disain Kelembagaan Pengelolaan Hutan di Wilayah Pegunungan Bawakaraeng Lompobattang Provinsi Sulawesi Selatan (2007) oleh Nurdin Abdullah dan Yusran Yusran.
  • Analisis Keterkaitan Pusat Industri Pengolahan Kayu dan Wilayah Pembangunan Hutan Tanaman Rakyat (Tr) di Sulawasi Selatan (2007) oleh Nurdin Abdullah.

Baca juga: Mengapa Warga di Makassar Tolak Rapid Test? Ini Penjelasan Sosiolog

Membenahi pendidikan di Bantaeng

Nurdin memulai karier politiknya sebagai Bupati Bantaeng, Sulsel.

Selama dua periode menjabat bupati 2008-2013 dan 2013-2018, ia dinilai banyak membuat perubahan.

Dia membenahi pendidikan, infrastruktur, fasilitas umum, dan membuat Bantaeng menjadi salah satu kabupaten yang bersih dan tertata cukup baik.

Baca juga: Angka Kemiskinan Indonesia Naik, Ini Data Per Provinsi

Mengutip Harian Kompas, 21 September 2015, semasa memimpin Bantaeng, pada 2014, Nurdin berhasil memajukan indeks pembangunan manusia (IPM) kabupaten itu ke urutan 3.

Sebelumnya, Bantaeng berada di urutan ke-17 dari 24 Kabupaten/Kota yang ada di Sulsel.

"Padahal, tahun 2007, hasil UAN (Ujian Akhir Nasional) Bantaeng 100 persen tidak lulus," ujar Nurdin.

Baca juga: Ancaman Kelaparan dan Potret Kondisi TKI di Malaysia Saat Pandemi Corona...

Pembenahan sektor pendidikan menjadi prioritas utama Nurdin. Bagi dia, guru adalah kunci kemajuan, dan seluruh gerak pembangunan harus dimulai dari desa.

Dia lalu membuat pemetaan untuk distribusi guru, dan mendekatkan guru dengan sekolah.

"Guru yang bagus menumpuk di kota karena desa tak punya daya tarik," kata Nurdin.

Baca juga: Masih Pandemi, Sampai Kapan Pembelajaran Jarak Jauh Dilakukan? Ini Penjelasan Kemendikbud...

Menjalin sister province dengan Prefektur Ehime, Jepang

Berbekal kesuksesan memimpin Bantaeng selama dua periode, Nurdin kemudian mengikuti Pemilihan Gubernur Sulsel pada 2018.

Dia diusung oleh PDI Perjuangan, Partai Keadilan Sejahtera, dan Partai Amanat Nasional. Dia akhirnya berhasil memenangi Pilkada, dan dilantik menjadi Gubernur Sulsel.

Mengutip Harian Kompas, 28 November 2018, seusai terpilih sebagai Gubernur Sulsel, Nurdin menjajaki kerja sama persahabatan antara Sulsel dengan Prefektur Ehime, Jepang, dalam bentuk provinsi kembar (sister province).

Baca juga: Mengenal Hokkaido, Provinsi Bersalju yang Menjadi Sarang Virus Corona di Jepang

Bunga sakura hingga budidaya perikanan dan pengembangan sumber daya manusia adalah tiga dari beberapa sektor yang bisa dikerjasamakan.

Jalinan sister province itu akhirnya berhasil direalisasikan pada 2020, dengan penandatanganan MoU antara Pemprov Sulsel dengan Pemerintah Prefektur Ehime.

Mengutip sulselprov.go.id, Nurdin melakukan penandatanganan MoU kerjasama Sister Province antara Pemprov Sulsel dengan Pemerintah Prefektur Ehime di Jakarta pada 16 Desember 2020.

"Kita berharap ini akan menjadi hubungan yang saling menguntungkan antara Ehime dan Sulsel, khususnya di bidang sumber daya manusia, ekonomi kreatif, pertanian, dan perikanan dapat terus terjalin dalam proses pemulihan ekonomi pasca pandemi," kata Nurdin.

Baca juga: OTT KPK, Edhy Prabowo, dan Temuan Barang Mewah...

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: 7 Kasus Korupsi Terbesar di Indonesia

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi