Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Penyakit Endemik di Indonesia, dari Malaria, DBD hingga TBC

Baca di App
Lihat Foto
Dok. Shutterstock
Ilustrasi nyamuk sedang mengisap darah manusia
Penulis: Mela Arnani
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Virus corona yang menyebabkan penyakit Covid-19 masih menjadi pandemi global sejak diputuskan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 11 Maret 2020. 

Namun pejabat WHO menyebut, di masa depan Covid-19 bisa jadi akan menjadi penyakit endemik. 

Direktur Eksekutif Program Kedaruratan Kesehatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Dr. Michael Ryan, mengatakan, Covid-19 kemungkinan tidak akan pernah sepenuhnya hilang.

Hal itu disampaikannya saat konferensi pers virtual WHO, pada Rabu (24/2/2021).

"Penting untuk menjelaskan hal ini. Virus ini mungkin hanya menjadi virus endemik lain di komunitas kita, dan virus ini mungkin tidak akan pernah hilang," kata Ryan.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: WHO Sebut Covid-19 Bisa Jadi Penyakit Endemik, Ini Bedanya dengan Epidemi, dan Pandemi

Endemik merupakan penyakit yang berjangkit di suatu daerah atau pada suatu golongan masyarakat.

Adapun keadaan atau kemunculan penyakit konstan atau penyakit biasa ada di dalam suatu populasi atau area geografis tertentu.

Penyakit endemik Indonesia

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmidzi menjelaskan, saat ini masih terdapat beberapa penyakit endemik di Indonesia.

"Penyakit endemik ya seperti penyakit malaria, DBD (Demam Berdarah Dengue), TBC, jadi penyakit yang kasusnyaa masih tinggi ya," kata Nadia melalui WhatsApp, Senin (1/3/2021).

Selain penyakit tersebut, masih ada beberapa lainnya seperti diare, chikungunya, dan JE (Japanese Encephalitis) atau radang otak.

Nadia menambahkan, suatu penyakit yang digolongkan sebagai endemik mempunyai kasus tinggi.

Baca juga: Soal Pandemi Covid-19 Dapat Jadi Endemik, IDI: Masih Hipotesis

Penyakit endemik

Berikut penjelasan sejumlah penyakit endemik di Indonesia melansir situs resmi Kemenkes RI.

Penyakit malaria memiliki beberapa gejala yang mirip dengan Covid-19 seperti demam, sakit kepala, dan nyeri otot.

Sehingga prosedur layanan malaria untuk menjaga agar tidak terjadi peningkatan kasus malaria pada saat pandemi Covid-19 selalu mengacu pada protokol pencegahan virus corona.

Selain itu penyakit malaria akan semakin memperberat kondisi seseorang yang juga terinfeksi Covid-19.

Dituliskan Kemenkes pada 28 April 2018, situasi malaria di Indonesia menunjukkan masih terdapat 10,7 juta penduduk yang tinggal di daerah endemis menengah dan tinggi malaria.

Daerah tersebut terutama meliputi Papua, Papua Barat, dan Nusa Tenggara Timur.

Baca juga: Ini Daftar Penyakit yang Awalnya Pandemi Jadi Endemik

  • Demam Berdarah Dengue (DBD)

Demam Berdarah Dengue (DBD) banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis.

Data dari seluruh dunia menunjukkan bahwa Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita DBD terbanyak setiap tahunnya.

Sementara itu, sejak tahun 1968 hingga 2009, WHO mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara.

Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya semakin bertambah seiring dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk.

Di Indonesia, demam berdarah pertama kali ditemukan di kota Surabaya pada tahun 1968, dimana sebanyak 58 orang terinfeksi dan 24 orang diantaranya meninggal dunia (angka kematian sebesar 41,3 persen).

Sejak saat itu, penyakit ini menyebar luas ke seluruh Indonesia, dan kasus DBD di Indonesia hingga Juli 2020 mencapai 71.633 kasus.

Adapun 10 provinsi yang melaporkan jumlah kasus terbanyak ada di Jawa Barat 10.772 kasus, Bali 8.930 kasus, Jawa Timur 5.948 kasus, NTT 5.539 kasus, Lampung 5.135 kasus, DKI Jakarta 4.227 kasus, NTB 3.796 kasus, Jawa Tengah 2.846 kasus, Yogyakarta 2.720 kasus, dan Riau 2.255 kasus.

Baca juga: Covid-19 Diprediksi Bakal Jadi Endemik, Apa Artinya untuk Kita?

  • TBC

TBC atau Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan adanya kuman Mycobacterium Tuberculosis yang masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan.

TBC menjadi penyakit infeksi yang menular, juga dapat menyerang organ tubuh, terutama paru-paru, untuk itu perlu penanganan serius.

Penyakit Tuberkulosis (TBC) adalah masalah kesehatan terbesar di dunia setelah HIV.

Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) di Indonesia kasus TBC mencapai angka 1.000.000 kasus. Sedangkan, jumlah kematian akibat penyakit ini diperkirakan mencapai 110.000 kasus per tahun.

Baca juga: Penyebab TBC yang Perlu Diwaspadai

Pengobatan TBC harus tepat dan cepat, karena kuman-kuman TBC akan menjadi kebal terhadap pengobatan biasanya disebut Tuberculosis Multi-drug Resistant (TB MDR) atau Tuberculosis Extensively-drug Resistand (TB XDR).

Adapun success rate pengobatan penyakit ini di Indonesia mencapai 90 persen pasien TB, yang berarti 90 pesen pasien penderita Tuberkulosis yang diobati dapat disembuhkan.

  • Demam Chikungunya

Gejala klinis demam Chikungunya mirip dengan gejala demam berdarah dengue seperti demam mendadak, menggigil, muka kemerahan, mual, muntah, nyeri punggung, nyeri kepala, Fotofobia, dan timbul bintik-bintik kemerahan terutama di daerah badan.

Nyeri sendi terutama di sendi siku, lutut, pergelangan kaki, serta sendi-sendi kecil di pergelangan tangan dan kaki yang berlangsung beberapa hari sampai satu minggu, menjadi gejala yang sangat spesifik untuk penyakit ini.

Meskipun tak menimbulkan kematian, serangan penyakit yang ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti dapat menimbulkan kepanikan dan ketakutan masyarakat.

Baca juga: Chikungunya: Gejala, Penyebab, Cara Mengobati, dan Cara Mencegah

Masa inkubasi demam Chikungunya berada di kisaran 3-11 hari, dan terbanyak 2-4 hari. Di masa ini, penderita seolah-olah menjadi lumpuh dan sakit ketika bergerak.

Demam Chikungunya telah dikenal ratusan tahun yang lalu, dari sejarah yang diduga KLB Chikungunya terjadi pada tahun 1779 di Batavia dan Cairo, tahun 1823 di Zanzibar, tahun 1824 di India, tahun 1870 di Zanzibar, tahun 1871 di India, tahun 1901 di Hongkong, Burma dan Madras, tahun 1923 di Calcuta, serta tahun 1928 di Cuba yang untuk pertama kalinya digunakan istilah dengue.

Dari tahun 1952, virus Chikungunya telah menyebar luas di daerah Afrika dan menyebar ke Amerika dan Asia

Pada akhir tahun 1950 dan 1960 virus berkembang di Thailand, Kamboja, Vietnam, Manila dan Birma.

Sementara itu, KLB Chikungunya di Indonesia pernah dilaporkan pada tahun 1973 yang terjadi di Samarinda, Kalimantan Timur, pada tahun 1980 di Kuala Tungkal, Jambi dan pada tahun 1983 di Yogyakarta.

Sejak tahun 1985 seluruh provinsi di Indonesia pernah melaporkan adanya KLB Chikungunya.

Laporan KLB Chikungunya mulai terjadi lagi di Muara Enim pada tahun 1999, Aceh pada tahun 2000, Jawa Barat (Bogor, Bekasi, Depok) pada tahun 2001.

Lebih lanjut, pada tahun 2002 banyak daerah melaporkan terjadinya KLB Chikungunya seperti Palembang, Semarang, Jawa Barat dan Sulawesi Utara.

Baca juga: Waspadai Perbedaan Demam Berdarah dan Demam Chikungunya

  • Diare

Penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi.

Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan CFR yang masih tinggi.

Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69 kecamatan di Indonesia dengan jumlah kasus 8133 orang, kematian 239 orang (CFR 2,94 persen).

Tahun 2009 terjadi KLB di 24 kecamatan dengan jumlah kasus 5.756 orang, kematian 100 orang (CFR 1,74 persen). Sedangkan di tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah penderita 4204 dengan kematian 73 orang (CFR 1,74 persen).

Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), Studi Mortalitas dan Riset Kesehatan Dasar dari tahun ke tahun diketahui bahwa diare masih menjadi penyebab utama kematian balita di Indonesia.

Penyebab utama kematian akibat diare merupakan tata laksana yang tidak tepat baik di rumah maupun di sarana kesehatan, sehingga untuk menurunkan kematian lantaran diare, diperlukan tata laksana yang cepat dan tepat.

Baca juga: Sebelum Periksa ke Dokter, Ini Penanganan Pertama Diare di Rumah

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi