Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setahun Pandemi di Indonesia, seperti Apa Gambarannya jika Covid-19 Jadi Endemik?

Baca di App
Lihat Foto
ANTARA FOTO/MOHAMMAD AYUDHA
Warga melintas di depan mural bertema COVID-19 di Kemplayan, Solo, Jawa Tengah, Minggu (21/2/2021). Berdasarkan hasil evaluasi Pemerintah, Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) mikro pada periode pertama mampu menurunkan jumlah kasus aktif COVID-19 sekitar 17,27 persen dalam sepekan, untuk itu Pemerintah kembali memperpanjang PPKM mikro selama dua pekan yaitu mulai 23 Februari hingga 8 Maret 2021. ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha/foc.
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengingatkan bahwa virus corona penyebab Covid-19 yang kini menyebar di seluruh dunia, tidak akan sepenuhnya hilang.

Direktur Eksekutif Program Kedaruratan WHO, Dr. Michael Ryan, mengatakan, ada kemungkinan pandemi Covid-19 menjadi endemik.

"Penting untuk menjelaskan hal ini. Virus ini mungkin hanya menjadi virus endemik lain di komunitas kita, dan virus ini mungkin tidak akan pernah hilang," kata Ryan.

Jauh sebelum ini, sejumlah epidemiolog juga telah memprediksi Covid-19 akan menjadi endemik.

Salah satunya epidemiolog dari Griffith University, Australia, Dicky Budiman, yang melontarkannya pada Mei 2020.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Saya sudah prediksi memang dari Mei 2020 lalu, ada ceruk kuat kecenderungan Covid-19 ini menjadi endemik," kata Dicky, saat dihubungi Kompas.com, Senin (3/1/2021).

Baca juga: WHO Sebut Covid-19 Bisa Jadi Penyakit Endemik, Ini Bedanya dengan Epidemi, dan Pandemi

Seperti apa gambarannya jika Covid-19 berubah dari pandemi menjadi endemik?

Dari pandemi menjadi endemik

Perubahan pandemi dan endemik bukan ditetapkan berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, tetapi sejauh mana penyakit itu menyebar.

Dikcy mengatakan, epidemiolog yang punya pengalaman panjang dalam pengendalian pandemi, biasanya akan segera bisa menemukan dan menyimpulkan perubahan pandemi ke endemik.

"Saat ini kecenderungannya semakin menguat. Apalagi strain baru ini mutasinya begitu cepat, belum lagi ada potensi perburukan situasi," kata Dicky.

Perubahan tersebut terjadi atas beberapa indikator, meliputi:

1. Tingkat kekebalan

Tingkat kekebalan tubuh seseorang yang berhasil pulih, tidak bertahan lama dan dapat menurun seiring waktu.

2. Keparahan infeksi

Ttingkat keparahan infeksi virus yang selanjutnya tidak lebih parah dari serangan pertama.

Akan tetapi, apabila penyakit ini terus ada dan menjadi penyakit endemik, risiko yang harus dihadapi adalah kematian, khususnya pada pasien yang memiliki penyakit penyerta.

3. Mutasi virus

Alasan lain yang memunginkan Covid-19 menjadi endemik adalah potensi adanya mutasi virus. Mutasi virus ini menjadikan virus dengan karakteristik berbeda dinilai akan menyulitkan tubuh untuk menanganinya.

Jika penyakit ini terus ada dan menjadi penyakit endemik, risiko yang harus dihadapi adalah kematian, khususnya pada pasien yang memiliki penyakit penyerta.

Baca juga: Ini Daftar Penyakit yang Awalnya Pandemi Jadi Endemik

Angka reproduksi virus

Dicky menjelaskan, inti suatu penyakit menjadi endemik adalah angka reproduksinya.

Melansir Healthline, angka reproduksi virus dilambangkan dengan nomor dan huruf, yaitu R0. Misalnya R0 1 (dilafalkan R naught satu).

Angka ini menunjukkan jumlah rata-rata orang yang akan tertular penyakit dari satu orang yang mengidap penyakit itu. Ini secara khusus berlaku untuk populasi orang yang sebelumnya bebas infeksi dan belum divaksinasi.

Misalnya, jika suatu penyakit memiliki R0 18, seseorang yang menderita penyakit tersebut akan menularkannya ke rata-rata 18 orang lainnya.

Dicky menyampaikan, angka reproduksi suatu endemik biasanya ada di angka R0 1.

"Inti dari suatu penyakit menjadi endemik itu sebetulnya dari angka reproduksinya. Jadi angka reproduksi penyakit ini yang jadi kisaran 1. Ia sulit mencapai di bawah 1, walaupun itu bisa terjadi di wilayah di bawah 1 seperti di Australia," jelas Dicky.

Menghitung angka reproduksi dilakukan dengan menggunakan data, seperti jumlah orang meninggal, masuk rumah sakit, atau teruji positif mengidap virus.

Dicky menyebutkan, jika angka reproduksi lebih tinggi dari satu, maka jumlah kasus meningkat secara signifikan seperti bola salju yang bergulir.

Akan tetapi, jika angkanya lebih rendah, penyakit itu lama-kelamaan akan menghilang karena tidak banyak orang baru yang tertular.

Adapun hal yang memengaruhi angka reproduksi virus, yang kemudian mengubah status pandemi ataupun endemk ada di sistem kesehatan masing-masing negara.

"Tapi di negara-negara yang sistem kesehatannya masih buruk, strategi testing dan testingnya juga masih buruk, ya termasuk Indonesia, justru sangat besar menjadi endemik," kata Dicky.

Baca juga: WHO Ingatkan Covid-19 Bisa Jadi Endemik, Apa Bedanya dengan Pandemi?

Pengendalian endemik

Bagaimana pengendaliannya, bila Covid-19 betul-betul menjadi endemik?

Dikcy mengatakan, prinsip pengendalian atau penanganannya sama, tetapi intensitasnya yang berbeda.

"Pengendalian atau penanganan penyakit tentu prinsipnya sama. Hanya, yang menjadi perbedaan itu di intensitas," kata dia.

Jika sudah tidak lagi dikategorikan sebagai pandemi, penanganan di fasilitas kesehatan akan dilakukan seperti penyakit lain pada umumnya.

Dicky mencontohkan, endemik yang selama ini ada, seperti demam berdarah, malaria, TBC, demam tifoid, dan influenza.

Akan tetapi, penanganan berbeda akan terjadi bila terjadi outbreak atau kasus penularan yang cukup banyak. Dicky menyebutnya sebagai Kasus Luar Biasa (KLB).

"Tapi kalau namanya KLB dia akan banyak di satu RT atau satu RW beberapa keluarga kena. Itu akan penanganannya serius intensitasnya. Lebih ada pertolongan. Bahkan kalau KLB enggak usah bayar dia, si orang sakit ini. Diterapkannya dalam undang-undang wabah itu gitu," kata dia.

Pada intinya, lanjut Dicky, pengendalian endemik lebih ditekankan pada intensitas, dan respons yang lebih komperhensif, dengan diiringi peningkatan sumber daya.

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Gejala Neurologis pada Pasien Covid-19

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi