Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Obesitas Sedunia, Ketahui Makanan yang Meningkatkan Potensi Obesitas

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK
Ilustrasi obesitas
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Hari Obesitas Dunia diperingati setiap 4 Maret. Lembaga pemerhati obesitas dunia mencatat kaitan antara obesitas dan pandemi Covid-19.

World Obesity Day mencatat, 10,5 persen dari hasil tes Covid-19 positif disebabkan oleh obesitas, pada populasi Amerika Serikat (AS) yang dilaporkan periode 1 Maret sampai 14 Mei 2020.

Obesitas adalah penumpukan lemak atau kegemukan yang berlebihan di dalam tubuh.

Mengenai obesitas, dokter ahli gizi, dr Tan Shot Yen, mengatakan, pentingnya pemahaman perubahan perilaku dalam pengendalian obesitas.

"Makanya pengendalian obesitas itu bicara soal komunikasi perubahan perilaku. Bukan melarang makan ini itu, membuat orang jadi patuh tapi, enggak paham," kata Tan, saat dihubungi Kompas.com, Jumat (5/3/2021).

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Studi: Obesitas Dapat Memperparah Gejala Covid-19, Ini Alasannya...

Apa saja yang berpotensi menyebabkan obesitas?

Akumulasi makan berlebih

Obesitas tidak serta merta terjadi dalam semalam. Tan menjelaskan, obesitas merupakan akumulasi dari pola makan yang tidak sehat.

Proses obesitas pada masing-masing kelompok usia berbeda-beda. Menurut Tan, hal ini karena kecepatan metabolismenya berbeda.

"Dengan bertambah usia, apalagi mendekati usia menopause dan andropause, kecepatan metabolisme manusia turun," kata Tan.

Aktivitas masing-masing orang pun berbeda dan berpengaruh pada tingkat risiko obesitas.

Pada bayi atau anak-anak, orangtua berperan besar dalam mengatur pola makan.

"Betul bahwa 50 persen kalori bayi berasal dari lemak dan beda dengan dewasa yg 50 persen kalori dari karbo, tapi jika ajaran ini tidak dipahami dengan baik dan benar, maka awam nangkepnya salah sama sekali," jelasTan.

Ia menyayangkan pemberian lemak berlebih pada bayi melalui MPASI, demi mengejar berat badan ideal.

Selain hal-hal di atas, ternyata beberapa bahan makanan yang kita konsumsi sehari-hari juga dapat meningkatkan risiko obesitas, bila tidak diperhatikan dengan baik.

"Makanya, kenapa dunia gencar menekan konsumsi GGL, gula garam lemak," kata Tan.

Baca juga: Obesitas, Covid-19, dan Meningkatnya Risiko Kematian...

Gula berlebih

Konsumsi gula berlebih dapat meningkatkan risiko obesitas pada tubuh manusia.

Tan mengatakan, konsumsi gula berlebih dapat mengakibatkan ketagihan dan meningkatkan kebutuhan akan rasa manis.

Penyakit lain yang dapat ditimbulkan selain diabetes yaitu diabetes, stroke, kolesterol jahat meningkat, dan berisiko terkena penyakit jantung. Gula berlebih juga dapat meningkatkan kemungkinan kanker.

Adapun sumber gula yang dianjurkan oleh Tan, yaitu:

  • Berasal dari bahan makanan aslinya, seperti beras, umbi, jagung, sagu, sayur, dan buah
  • Sebisa mungkin tidak perlu menambah olahan pabrik, seperti gula pasir bahkan pemanis buatan
  • Hindari produk makanan kemasan yang mengandung gua tinggi
  • Waspada dengan 'gula tersembunyi' dalam produk kemasan

Garam berlebih

Selain gula, konsumsi garam juga perlu diperhatikan agar tidak terjadi obesitas.

Tan menyarankan, untuk menghindari makan makanan dengan kadar garam yang tinggi.

Konsumsi garam berlebih membuat kandungan kalium dalam tubuh jadi rendah, sehingga menyebabkan tekanan darah naik, risiko penyakit jantung dan stroke.

Penyakit lain yang disebabkan konsumsi garam berlebih, yaitu risiko pikun, penyakit ginjal kronik, kerapuhan tulang, dan kanker lambung.

Adapun rekomendasi untuk konsumsi garam, yaitu:

  • Gunakan garam dapur secukupnya saja sebagai bumbu masakan, agar tidak tawar
  • Olah makanan mengandung garam yang berasal dari sumber aslinya, seperti ikan, sayur, dan buah
  • Hindari bumbu kemasan, praktis, dan racikan

Makanan berlemak

Lemak merupakan masalah utama pada obesitas. Oleh karena itu, konsumsi lemak perlu diperhatikan.

Tan menjelaskan, konsumsi sumber lemak berlebih dapat mengakibatkan hipertensi, kolesterol tinggi, kemungkinan kanker meningkat terutama payu dara dan usus besar, stroke, penyakit jantung, dan masalah empedu.

Beberapa makanan yang mengandung lemak jenuh yaitu sosis, burger, daging kalengan, dan sejenisnya.

Adapun rekomendasi untuk konsumsi garam, yaitu:

  • Konsumsi asam lemak tidak jenuh, seperti ikan laut dalam, kuning telur, beberapa jenis kacang, dan alpukat
  • Jangan panaskan santan secara berulang. Makanan dari kelapa yang baik ialah urap.
  • Hindari gorengan, lebih baik konsumis sup, soto, pepes, atau makanan yang dipanggang
  • Hindari minyak trans pada produk kemasan.

Baca juga: Alasan Orang dengan Obesitas Lebih Berisiko Tinggi jika Terinfeksi Virus Corona

Makanan Ultra Proses

Makanan ultra proses maksudnya makanan yang diolah berulang kali untuk menciptakan cita rasa yang disukai lidah. Atau, dapat juga berupa makanan hasil pengelolaan industri untuk menyerupai bahan makanan yang asli.

Tan mengatakan, pembuatan makanan ultra proses biasanya menyasar kelompok masyarakat menengah ke bawah, sehingga mudah didapat, praktirs, ekonomis, dan dirancang untuk menciptakan kecanduan.

Adapun contoh makanan ultra proses yang diproduksi berupa produk makanan kemasan, meliputi:

  • Coklat
  • Pasta
  • Biskuit
  • Permen
  • Es krim
  • Margarin
  • Selai
  • Yoghurt berbagai rasa

Dari semua anjuran di atas, Tan menekankan pentingnya memperhatikan label dan kandungan pada produk makanan yang akan dikonsumsi.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi