Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenang Pelawak Basuki, Pemeran Mas Karyo di Sinetron Si Doel Anak Sekolahan...

Baca di App
Lihat Foto
YouTube Official RCTI
Pelawak Basuki dalam sinetron Si Doel Anak Sekolahan.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Hari ini 65 tahun yang lalu, atau tepatnya pada 5 Maret 1956, pelawak Basuki pemeran Mas Karyo di sinetron Si Doel Anak Sekolahan lahir.

Harian Kompas, 13 Desember 2007 mewartakan, pemilik nama lengkap Agus Basuki ini meninggal dunia dalam usia 51 tahun.

Basuki meninggal setelah bermain futsal dengan rekan-rekan bisnisnya di kawasan Cibubur, Jakarta Timur, 12 Desember 2007.

Saat itu, meninggalnya pria kelahiran Solo itu mengejutkan banyak pihak, tak terkecuali teman-temannya di Solo.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Apakah Olahraga di Malam Hari Baik bagi Tubuh?

Di kota inilah Basuki merintis kemampuan melawak dan aktingnya saat bergabung dengan kelompok kethoprak dan Srimulat sejak 1960-an.

Basuki, dahulu tinggal di Kampung Sumber Tegalan RT 01 RW 04, Kelurahan Sumber, Kecamatan Banjarsari, Kota Solo.

Lokasi tempat tinggalnya itu tidak jauh dari Balekambang, tempat pagelaran kethoprak dan gudangnya seniman tradisional.

Baca juga: Dikenal Sebagai Seniman, Ini Kiprah Alexandra Grant di Dunia Seni

Sosok pendiam

Meski dikenal sebagai pelawak, Basuki sebenarnya adalah sosok pendiam.

Bakat seninya diperoleh dari sang ayah, Suwito Hadiwiryono yang oleh sesama seniman dipanggil Pak Pete.

Basuki mempunyai kelebihan dalam mengarang dan mengembangkan cerita saat di panggung.

Basuki mulai terkenal saat diajak Rano Karno memerankan Mas Karyo di Si Doel Anak Sekolahan (SDAS) hingga berseri-seri.

Baca juga: Mengenang 13 Tahun Kepergian Gito Rollies dan Perjalanan Hidupnya...

Di luar SDAS, ayah tiga anak ini kerap diundang untuk manggung baik sebagai pelawak maupun pemain kethoprak modern.

Namun, peran itu tak diperoleh begitu saja. Basuki yang sebelum tenar juga berprofesi sebagai makelar, dikenal dekat dengan sutradara.

Ia pintar "menjual diri" sehingga kerap diajak dalam sebuah pagelaran.

Baca juga: Sosok Tino Sidin, Seniman Indonesia yang Jadi Google Doodle Hari Ini

Menjadi anggota Srimulat

Dalam sinetron SDAS, Basuki mewakili karakter orang Jawa selain Nunung dan mertuanya, Pak Bendot.

Lalu, dalam kancah wayang orang, Basuki dan sang ayah sering mendapat peran sebagai anggota Punakawan Gareng.

Setelah berkarier di Wayang Orang Sri Wanito di daerah Semarang, Basuki mencoba ikut menjadi anggota Srimulat.

Ia mengembangkan karier di gudangnya para pelawak itu mulai 1981–1986.

Baca juga: Berkaca dari Kasus Artis TikTok di Madiun, Mengapa Para Remaja Cenderung Abai Prokes Saat Kasus Covid-19 Terus Meningkat?

Setelah bergabung selama tiga tahun, Basuki memutuskan untuk keluar dan membentuk grup Merdeka bersama Kadir, Timbul, Nurbuat, dan Rohana yang juga hanya bertahan selama tiga tahun.

Beberapa sinetron yang dibintangi Basuki adalah Benci Jadi Cinta, Ratapan Anak Tiri, Hidayah dan Gitu Aja Kok Repot!.

Bakat akting juga ia disalurkan dalam iklan yang dibintanginya, iklan Saus ABC pada 1994, Ramayana pada 1994, Marimas pada 1998, dan Tic Tac pada 2006.

Baca juga: Kaleidoskop 2020: Seniman yang Berpulang dan Meninggalkan Karya Sejuta Kenangan...

Jujur pada diri sendiri

Diberitakan harian Kompas, 24 Juli 1999, Basuki mempunyai pengalaman yang menarik soal contek- menyontek.

Anaknya yang saat itu duduk di kelas II sebuah SMA di Jakarta, pernah menceritakan soal menyontek di kelasnya.

Menurut anaknya, teman-teman di sekolahnya itu, sebagian besar menyontek. Si anak bertanya, "aku boleh nyontek atau tidak, karena sebagian besar temanku menyontek. Kalau nggak nyontek nilaiku empat, dan nggak naik kelas".

Baca juga: Mengenang Peristiwa Malari 1974 yang Menewaskan 11 Orang...

Mendengar pertanyaan itu, Basuki terkejut dan mencoba memberi nasihat.

"Daripada kamu menyontek, lebih baik kamu tidak naik kelas. Kalau kamu menyontek dan tetap tidak naik kelas, bagaimana? Percuma kan? Nggak usah ikut- ikutan temanmu," kata Basuki.

"Bapakmu enggak apa-apa kalau kamu sampai nggak naik kelas. Yang penting, kamu jujur pada diri sendiri. Untuk apa nyontek dan naik kelas, tetapi otakmu kosong dan kelakuanmu nol?," lanjut dia.

Bagi Basuki, kebiasaan menyontek kini sudah tidak ketulungan lagi.

Menurut Basuki, anak suka menyontek karena guru kurang memberi bimbingan pada muridnya.

Kalau guru rajin memberi bimbingan, siswa pasti punya kesadaran. Buktinya? Anaknya bisa mengerti karena selalu dinasehati.

Baca juga: Mengenang Kurt Cobain, Ikon Musik Rock Modern

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi