Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fenomena Hujan Es: Kenapa Bisa Terjadi? Berikut Penjelasan BMKG

Baca di App
Lihat Foto
Istimewa
ilustrasi hujan es
Penulis: Mela Arnani
|
Editor: Rendika Ferri Kurniawan

KOMPAS.com - Beberapa waktu lalu, warganet di dunia maya dihebohkan oleh kejadian hujan es di Kalimantan Timur dan Yogyakarta.

Peristiwa hujan es tersebut diabadikan masyarakat, baik melalui foto dan video kemudian dibagikan melalui media sosial.

Seperti yang ditwit oleh akun @JogjaUpdate 3 Maret 2021 lalu. Tampak butiran es seukuran kelereng berjatuhan ke atas jalanan.

Lalu apa penyebabnya? Kenapa bisa terjadi hujan es? Berikut penjelasan lengkap dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG):

Baca juga: Hujan Es Disertai Angin Lebat di Yogyakarta, Ini Daerah yang Terdampak

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyebab hujan es

Kabid Diseminasi Informasi Iklik dan Kualitas Udara Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Hary Tirto Djatmiko menjelaskan, fenomena hujan es atau hail merupakan fenomena cuaca alamiah yang biasa terjadi dan termasuk dalam kejadian cuaca ekstrim.

Adapun kejadian hujan lebat disertai kilat atau petir dan angin kencang berdurasi singkat lebih banyak terjadi pada masa transisi atau musim pancaroba dari musim kemarau ke musim hujan atau sebaliknya.

"Dapat dimungkinkan terjadi pada musim hujan dengan kondisi cuaca sama seperti masa transisi atau pancaroba," kata Hary kepada Kompas.com, Sabtu (6/3/2021).

Hary menyampaikan, fenomena hujan es atau hail ini disebabkan adanya awan cumulonimbus (CB).

"Pada awan ini terdapat tiga macam partikel (yaitu) butir air, butir air super dingin, dan partikel es," ujarnya.

Sehingga, hujan lebat yang masih berupa partikel padat baik es atau hail dapat terjadi tergantung dari pembentukan dan pertumbuhan awan Cumulonimbus (CB) tersebut.

Biasanya awan berbentuk berlapis-lapis seperti bunga kol.

Di antara awan tersebut ada satu jenis awan yang mempunyai batas tepinya sangat jelas berwarna abu-abu menjulang tinggi yang akan cepat berubah warna menjadi abu-abu atau hitam.

Baca juga: Hujan Es di Jogja Berpotensi Terjadi hingga April, Ini Penjelasannya

Proses pembentukan es

Pada awan tersebut terdapat beberapa fenomena dalam proses pembentukan dan pertumbuhannya, seperti:

Adanya proses pergerakan massa udara naik dan turun yang sangat kuat, dikenal dengan istilah strong updraft and downdraft) di dalam awan CB.

Pergerakan massa udara naik (updraft) yang cukup kuat dapat membawa uap air naik hingga mencapai ketinggian dimana suhu udara menjadi sangat dingin hingga uap air membeku menjadi partikel es.

Partikel es dan partikel air super dingin akan bercampur dan teraduk-aduk akibat proses updraft dan downdraft hingga membentuk butiran es yang semakin membesar.

Saat butiran es sudah terlalu besar, maka pergerakan massa udara naik tersebut tidak akan mampu lagi mengangkatnya sehingga butiran es akan jatuh ke permukaan bumi menjadi hail/hujan es.

Strong updraft di suatu daerah dapat terbentuk akibat adanya pemanasan matahari yang intens, pemanasannya sangat optimal/kuat, antara pagi hingga siang hari, serta dapat dipengaruhi oleh topografi suatu daerah.

  • Tingkat pembekuan yang rendah

Adanya lapisan yang tingkat pembekuan yang lebih rendah, dikenal dengan istilah Lower Freezing Level.

Pada fenomena hujan es/hail, lapisan tingkat pembekuan (freezing level) mempunyai kecenderungan turun lebih rendah dari ketinggian normalnya.

Hal ini menyebabkan butiran es yang jatuh ke permukaan bumi tidak mencair sempurna.

Lapisan tingkat pembekuan (freezing level) merupakan lapisan pada tinggian tertentu diatas permukaan bumi dimana suhu udara bernilai nol derajat celsius.

Pada ketinggian ini, butiran air umumnya akan membeku menjadi partikel es.

Di Indonesia, umumnya lapisan tingkat pembekuan (freezing level) berada pada kisaran ketinggian antara 4-5 km diatas permukaan laut.

Baca juga: Terjadi di Sejumlah Daerah, Bagaimana Proses Terjadinya Hujan Es?

Sifat fenomena hujan es

Hujan baru dikatakan hujan es jika memenuhi sifat-sifat fenomena hujan es atau hail :

  1. Sangat lokal.

  2. Luasannya berkisar 5-10 km.

  3. Waktunya singkat sekitar kurang dari 10 menit.

  4. Lebih sering terjadi pada peralihan musim, dapat dimungkinkan terjadi pada musim hujan dengan kondisi cuaca sama seperti masa transisi atau pancaroba.

  5. Lebih sering terjadi antara siang dan sore hari.

  6. Tidak bisa diprediksi secara spesifik, hanya bisa diprediksi 0.5-1 jam sebelum kejadian jika melihat atau merasakan tanda-tandanya dengan tingkat keakuratan < 50 persen.

  7. Hanya berasal dari awan Cumulonimbus, tetapi tidak semua awan Cb menimbulkan hujan es atau hail.

  8. Kemungkinannya kecil untuk terjadi kembali di tempat yang sama dan dalam waktu yang singkat.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi