Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Partai Politik Bisa Guncang dan Terbelah?

Baca di App
Lihat Foto
ANTARA FOTO/ENDI AHMAD-ASPRILLA
Foto kompilasi pada Jumat (5/3/2021) memperlihatkan, Moeldoko (kiri atas) tiba di lokasi Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat di Deli Serdang, Sumatera Utara, Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (kiri bawah) menyampaikan keterangan terkait KLB Demokrat yang dinilai ilegal di Jakarta, dan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan keterangan terkait KLB Demokrat di Puri Cikeas, Bogor, Jawa Barat.
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Konflik di tubuh Partai Demokrat tengah menjadi sorotan publik.

Bermula dari isu kudeta hingga terselenggaranya Kongres Luar Biasa (KLB) dengan Moeldoko sebagai Ketua Umum Partai Demokrat versi KLB.

Kini, ada dua kubu di Demokrat, selain Agus Harimurti Yudhotono (AHY) yang selama ini menjadi Ketua Umum Partai Demokrat.

Perpecahan partai politik tak hanya terjadi pada Demokrat. 

Sebelumnya, hal yang sama pernah terjadi pada Partai Golkar, PPP, PKB, PAN, PKS, dan lain-lain.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa yang menyebabkan keguncangan di partai politik hingga akhirnya terpecah?

Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno, mengatakan, ada dua faktor penyebabnya yakni faktor internal dan eksternal.

"Kalau di internal tentu soal konflik, beda pandangan, mazhab yang berbeda, itu bisa mengakibatkan guncangan," kata Adi saat dihubungi Kompas.com, Minggu (7/3/2021).

"Kalau yang disebut pihak esksternal itu banyak hal, bisa partai lain, petualang politik, pebisnis politik, bisa tangan-tangan kekuasaan yang mencoba untuk memecah belah dan mengambil alih partai politik," lanjut dia.

Baca juga: Apa yang Memicu Api Konflik di Partai Demokrat?

Masing-masing faktor dinilainya memainkan peran dengan kekuatan yang berbeda.

Meski demikian, api konflik akan semakin memanas ketika melibatkan pihak internal dan eksternal partai.

"Tapi sebenarnya guncangan itu paling terasa kalau ada perselingkuhan antara kekuatan internal dengan pihak luar. Artinya, pihak luar ini kan bisa menambah amunisi perseteruan, bisa dukungan politik, bisa dukungan logistik, bisa dukungan kekuasaan," kata dia.

Sebaliknya, jika faktor yang datang hanya dari pihak dalam, kemungkinan untuk dibicarakan dan diselesaikan dengan baik-baik masih terbuka lebar.

Hal ini akan sulit terjadi ketika sudah melibatkan pihak luar partai. 

"Konflik partai itu kan muaranya cuma satu, kekuasaan, rebutan kekuasaan politik. Makanya memenangkan pertarungan dalam konflik itu kuncinya dua, tawaran kekuasaan, tawaran ekonomi, atau tawaran jabatan, sudah itu saja," jelas Adi.

Peluang damai

Adakah peluang damai dan penyelesaian yang baik dalam konflik Demokrat?

Menurut dia, peluang itu ada dan pernah terjadi jika diselesaikan melalui sebuah forum yang disepakati bersama.

"Ada. Golkar pernah (pecah dan kembali damai), PPP pernah. Dulu terjadi dualisme, kemudian saling berebut SK Menkumham, terus naik banding ke PTUN, ke Kasasi, sudah ada," ucap Adi.

Pada Golkar, dua kubu berbeda sempat terbentuk, yakni kubu Aburizal Bakrie dan kubu Agung Laksono.

Melalui musyawarah nasional luar biasa (munaslub) dengan difasitilasi oleh Jusuf Kalla, akhirnya terpilih Setya Novanto dengan persetujuan semua pihak.

"Begitu pun dengan PPP kubunya Romi (Muhammad Romahurmuziy) sama Djan Faridz juga saling bersitegang, pecah, kemudian mereka mengadakan muktamar, istilahnya PPP muktamar luar biasa, yang menang akhirnya Romi, difasilitasi oleh Mbah Moen," kata Adi.

Ia mengatakan pasca reformasi, peyelesaian konflik dalam sebuah partai politik diselesaikan oleh pihak internal masing-masing. Pemenangnya pun berasal dari pihak dalam.

"Termasuk juga sebenarnya ketika zamannya PKB, versi Cak Imin dan Yenni Wahid sebagai penerusnya Gus Dur juga konflik internal, ketika mengadakan muktamar bersama yang menang Imin," kata Adi.

Benahi internal

Dosen ilmu politik dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Ubedilah Badrun mengatakan, konflik yang terjadi di partai politik bukan hanya terjadi di era modern seperti sekarang ini, namun sudah sejak lama, bahkan sejak kolonialisme. 

Menurut dia, faktor terbesar yang memicu konflik karena faktor eksteral seperti intervensi kekuasaan.

Penyelesaiannya, kata dia, membenahi internal partai dan menyingkirkan intervensi eksternal parpol.

Ia mengatakan, faktor lain yang memicu konflik partai adalah pengelolaan sumber daya manusia dan manajemen keuangan yang belum modern.

"Kondisi partai politik ini tidak akan pernah stabil sepanjang faktor internal tidak dibenahi dan faktor eksternal masih terus mengganggu partai politik," kata Ubed.

Baca juga: Demokrat: KLB Dagelan Bukan Persoalan Internal Belaka, Ada Pihak Eksternal

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi