Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bergabung sejak: 8 Mar 2019

Dosen Ilmu Komunikasi di Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya.

Tentang Perempuan yang Dipandang Lemah...

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Ilustrasi perempuan
Editor: Heru Margianto

SEORANG sahabat mengatakan pada saya bahwa fokusnya dalam mencari suami adalah harus yang lebih muda. Alasannya, harapan hidup laki-laki lebih pendek dari perempuan.

Meski hidup mati di tangan Tuhan, teman saya mencoba memperhitungkan segala kemungkinan di masa depannya. Sebab penasaran, saya pun mencari penjelasan ilmiahnya.

Berdasarkan data dari WHO, usia hidup perempuan rata-rata 6-8 tahun lebih lama dari laki-laki. Data ini lebih relevan dalam konteks negara maju.

Sebab di negara berkembang, khususnya negara-negara Asia, keistimewaan ini kurang valid karena diskriminasi berbasis gender menyebabkan rendahnya harapan perempuan saat lahir.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Padahal, bayi perempuan yang baru lahir lebih mungkin bertahan hingga usia pertama mereka daripada bayi laki-laki yang baru lahir. Keuntungan ini terus berlanjut sepanjang hidup, bahwa perempuan cenderung memiliki tingkat kematian yang lebih rendah di semua usia.

Lalu apa yang membuat usia perempuan lebih panjang umur daripada laki-laki?

Teori

Ada beberapa teori yang menjelaskan hal itu. Hasil penelitian dari University of Bath, Inggris (2020) mengelaborasi beberapa penyebabnya. Perempuan memiliki dua kromosom X, sedangkan pria hanya memiliki satu (sebagai gantinya, laki-laki memiliki kromosom Y).

Selain itu, hormon estrogen, yang secara alami dimiliki perempuan lebih banyak daripada laki-laki, juga memiliki fungsi pelindung sebagai antioksidan.

Keuntungan-keuntungan tersebut belum termasuk hasil-hasil riset lain yang mengatakan bahwa perempuan mempunyai kecenderungan gaya hidup yang lebih baik daripada laki-laki.

Kebiasaan merokok dan minum alkohol mempunyai pengaruh yang signifikan dalam mempersingkat harapan hidup laki-laki (Sorlin:2011).

Fakta ini pun juga berlaku untuk sebagian binatang yang hidup di alam liar, bahwa mamalia betina hidup lebih lama daripada jantan. Perbedaan ini sebagian besar dibentuk oleh interaksi kompleks antara kondisi lingkungan lokal dan reproduksi spesifik jenis kelamin (Lemaître et al: 2020).

Namun bukan mengenai kenyataan mamalia betina ini yang menjadi fokus pembahasan kita. Di negara patriarki seperti Indonesia, sedari kecil banyak yang dibiasakan dengan pola pikir bahwa perempuan adalah mahluk yang lemah, yang kebahagiaannya bergantung pada orang lain, atau bahkan pada laki-laki.

Disadari atau tidak, pokok pikiran ini adalah boomerang bagi perempuan itu sendiri. Lingkungan yang membentuk pikiran tersebut memenjarakan potensi dan kebebasan yang dimiliki oleh para perempuan.

Nahasnya, memang tidak semua kalangan perempuan di Indonesia cukup beruntung untuk bisa terpapar dengan lingkungan yang memerdekakan. Bila terjebak dalam situasi runyam seperti pelecehan seksual, KDRT, atau lainnya, tentu masih ada mereka yang tersekap dalam pikirannya bahwa semua itu terjadi karena tidak ada pilihan.

Semua orang selalu punya pilihan, para perempuan sekalipun. Tinggal kita menyadari atau tidak bahwa pilihan itu selalu ada. Dengan segala kekuatannya, tentu saja pada satu titik perempuan bisa merasa dirinya lemah. Hal tersebut manusiawi karena laki-laki pun juga seperti itu.

Kuat dalam pengertian harfiah

Laki-laki dan perempuan punya ranah sendiri dalam berperan dalam kekuatannya masing-masing. Laki-laki lebih kuat secara harfiah dalam arti tenaga fisik.

Penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Experimental Biology University of Utah mengungkapkan bahwa laki-laki mempunyai kekuatan lengan atas yang jauh berbeda dari perempuan.

Lengan bagian atas laki-laki seperti didesain untuk memiliki kapabilitas dalam melakukan pukulan yang lebih kuat. Pria memang memiliki kemampuan khusus untuk meninju. Mereka sangat kuat bila menyangkut otot yang berhubungan dengan melempar pukulan (Carrier:2020).

Lantas, bila perempuan tidak mempunyai otot yang kuat untuk melempar pukulan, maka bukan berarti perempuan adalah mahluk yang lemah.

Sebab, dalam aktivitas sehari-hari kita tidak melulu harus berkutat menggunakan otot. Banyak kegiatan yang menuntut kita untuk berpikir, menggunakan fungsi kognitif untuk memecahkan masalah, dari sepele hingga yang rumit.

Penelitian dari Hive pada 2017 mengungkapkan bahwa perempuan bisa bekerja lebih produktif 10 persen daripada laki-laki. Dalam laporan The Hive State of the Workplace tersebut, perempuan juga melakukan 20 persen lebih banyak obrolan dalam platform chat mereka.

Penelitian tersebut memang tidak dilakukan di Indonesia, jadi bisa saja kurang kontekstual bila kita sambungkan dengan budaya kerja di Indonesia dimana perempuan lebih banyak menanggung beban domestik dibanding laki-laki.

Namun paling tidak, ada referensi wujud lain bahwa dalam konteks profesional pun perempuan bisa lebih produktif daripada laki-laki, sebab dalam dunia pekerjaan, juga tidak semuanya mengandalkan otot.

Perempuan selalu bisa kuat dalam caranya sendiri yang tak terduga, oleh dirinya sendiri sekalipun. Mengutip Beyonce Knowles dalam lirik lagunya Run the World (Girls),

My persuasion
Can build a nation
Endless power
The love we can devour
You'll do anything for me.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi