Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[KLARIFIKASI] Hirup Uap Panas Rebusan Daun Jambu Biji untuk Covid-19

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/AKBAR BHAYU TAMTOMO
Ilustrasi klarifikasi
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Beredar unggahan di media sosial Facebook yang menyebutkan  terapi menghirup uap panas dari racikan daun jambu biji, jahe, dan bahan-bahan lainnya untuk mengatasi Covid-19.

Informasi tersebut menyebutkan, uap panas hasil rebusan dari bahan-bahan tersebut dapat dihirup 3 kali sehari untuk melancarkan saluran pernapasan dan membersihkan paru-paru.

Dari konfirmasi Tim Cek Fakta Kompas.com, uap panas dari racikan bahan-bahan tersebut memang memiliki manfaat untuk melegakan saluran pernapasan, tetapi tidak spesifik untuk melawan Covid-19.

Oleh karena itu, narasi klaim pada unggahan ini tidak tepat sehingga perlu diluruskan

Narasi yang beredar

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diketahui, informasi tersebut disebarkan di sejumlah grup Facebook dalam bahasa Inggris.

Salah satunya oleh akun Facebook Thembalani Nkonde di grup Epworth Legends yang memiliki 4.500 anggota.

Berikut narasi selengkapnya (diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia):

"Daun jambu, jahe, bawang putih, lemon, bawang merah, dan cuka. Campur dengan air panas. Hirup uap panas hasil rebusan bahan-bahan tersebut 3 kali sehari hingga anda berkeringat. Uap itu akan membuat saluran pernapasan anda tetap lancar dan paru-paru anda bersih. Lakukan untuk diri anda sendiri. Mari lawan Covid19 bersama-sama…"

Konfirmasi Kompas.com

Untuk mengetahui kebenaran informasi tersebut, Kompas.com menghubungi Juru Bicara Satgas Covid-19 Rumah Sakit Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Tonang Dwi Ardyanto.

Tonang mengatakan, informasi tersebut tidak sepenuhnya salah, melainkan tidak tepat penyampaiannya.

"Artinya, terapi uap itu memang ada hubungannya dengan saluran nafas, seperti juga pada pasien asma misalnya. Tapi tidak spesifik melawan Covid-19," kata Tonang saat dihubungi Kompas.com, Senin (8/3/2021).

Tonang mengatakan, terapi tersebut sebaiknya juga tidak dilakukan secara berlebihan.

"Tiga kali itu sudah maksimal. Sebaiknya cukup sekali sehari saja sebenarnya agar mengurangi risiko iritasi saluran nafas," ujar Tonang.

Narasi serupa sudah banyak beredar

Sebelumnya, informasi mengenai manfaat uap panas untuk membunuh virus corona penyebab Covid-19 sudah banyak beredar di media sosial dengan berbagai narasi.

Narasi yang beredar terkait manfaat uap panas untuk membunuh virus corona antara lain:

  • Terapi uap panci presto dapat usir corona
  • Hirup uap panas 2 kali sehari mampu menangkal Covid-19
  • Hirup uap panas bersuhu 70 derajat celcius bisa matikan virus corona

Informasi-informasi yang beredar itu dipastikan tidak benar alias hoax. Berikut penjelasannya:

1. Hoaks uap panci presto

Seperti diberitakan Kompas.com, 1 Oktober 2020, Kepala Penyakit Menular Universitas Maryland Upper Chesapeake Health Centre, Faheem Younus, mengatakan terapi uap panci presto itu merupakan bentuk penipuan.

Dia mengingatakan orang-orang untuk tidak terjebak pada cara tersebut.

Dia bahkan menilai, ketakutan masyarakat terhadap virus corona dimanfaatkan untuk membangun bisnis tertentu.

"Jangan ubah ketakutan menjadi bisnis. Ini sama sekali tidak berguna," katanya dikutip dari Business Today, 24 September 2020.

Baca juga: [HOAKS] Terapi Uap Panci Presto Dapat Usir Corona

2. Hoaks hirup uap panas 2 kali sehari untuk menangkal Covid-19

Diberitakan Kompas.com, 12 Januari 2021, melansir AFP Fact Check, Dr. Jason McKnight, Asisten Profesor Klinis di Departemen Perawatan Primer dan Population Health di Texas A&M University menegaskan bahwa uap panas tidak dapat menyembuhkan virus apa pun.

Sebaliknya, uap panas dapat berbahaya karena dapat melukai bagian wajah dan saluran pernapasan.

“Berpotensi menimbulkan bahaya yang lebih nyata bagi diri anda sendiri melalui luka bakar dari uap air panas ke mata, wajah, dan saluran udara. Jika cukup parah dapat menyebabkan komplikasi serius dan jangka panjang,” kata dia.

Baca juga: [HOAKS] Hirup Uap Panas 2 Kali Sehari Mampu Menangkal Covid-19

3. Hoaks uap panas bersuhu 70 derajat celcius dapat mematikan virus corona

Kompas.com, 29 Januari 2021, memberitakan dokter spesialis THT Muhammad Ikhwan menegaskan, informasi menghirup uap panas dengan suhu 70 derajat celcius akan mematikan virus corona salah atau hoaks.

Ikhwan menjelaskan, hingga saat ini secara teori suhu tidak memengaruhi pertumbuhan atau kematian virus corona.

"Jadi belum ada (buktinya). Mau suhu 100 derajat Celsius pun, atau berada di iklim panas, iklim dingin, sampai sekarang belum ada bukti otentik suhu dapat membunuh virus corona," kata Ikhwan.

Jika seseorang mempraktikkan hal tersebut, kata Ikhwan, hal yang pasti terjadi adalah luka bakar.

"Siapa orang yang mau menghirup suhu 60-70 derajat (Celsius)? Kita harus berpikir jernih ya, itu akan merusak bulu-bulu hidung dan organ-organ yang sangat rentan, terutama bagian septum," ucap dokter Ikhwan yang berpraktik di Primaya Evasari Hospital ini.

Baca juga: [HOAKS] Hirup Uap Panas Bersuhu 70 Derajat Celsius Bisa Matikan Virus Corona

Kesimpulan

Dari penelusuran tim Cek Fakta Kompas.com, informasi yang menyebut menghirup uap panas dari rebusan daun jambu biji, jahe, dan bahan-bahan lainnya dapat mengobat Covid-19 adalah tidak benar.

Uap panas memang bisa mengurangi risiko saluran nafas, tetapi tidak spesifik untuk melawan Covid-19. Oleh karena itu, narasi klaim pada unggahan ini tidak tepat sehingga perlu diluruskan.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi