KOMPAS.com - Pemerintah Singapura membangun ribuan panel surya terapung di atas laut lepas Singapura.
Selain untuk memanen energi terbarukan, ladang panel surya terapung itu dibangun mengurangi emisi gas rumah kaca.
Hal ini karena negara tersebut merupakan salah satu penghasil karbon dioksida per kapita terbesar di Asia.
Pihak berwenang pun mendorong penggunaan energi terbarukan ini.
Bagaimana cara Singapura membangun ladang panel surya terapung? Simak selengkapnya.
Baca juga: Energi Surya Berjaya Gegara Corona
Terapung di atas laut
Energi terbarukan menjadi tantangan di negara yang tidak memiliki sungai untuk pembangkit listrik tenaga air dan angin yang cukup kuat untuk menggerakkan turbin, layaknya Singapura.
Jadi, Singapura beralih ke tenaga surya dengan sedikit ruang lahan. Untuk menyiasatinya, negara itu terpaksa membangun pembangkit energi di lepas pantai dan waduk.
"Setelah atap rumah habis dan lahan yang tersedia sangat langka, potensi besar berikutnya sebenarnya adalah wilayah perairan kita," kata Wakil Priseden dan Kepala Tenaga Surya Asia Tenggara Jen Tan dikutip dari AFP, Minggu (7/3/2021).
Sebagai negara kecil yang terancam karena naiknya permukaan laut, Singapura sadar akan urgensi pengurangan emisi dan membangun ladang panel surya terapung tersebut.
Baca juga: Teken Investasi Rp 314 Triliun, Ini Rincian Kerja Sama Bidang Energi UEA-Indonesia
Ribuan panel surya dipasang
Pembangkit tenaga surya yang baru dibangun menyebar dari pantai ke Selat Johor, yang memisahkan Singapura dari Malaysia.
Sebanyak 13.000 panel ditambatkan ke dasar laut dan dapat menghasilkan listrik lima megawatt, cukup untuk menyalakan 1.400 flat selama satu tahun penuh.
"Laut adalah perbatasan baru bagi tenaga surya yang akan dipasang," kata Wakil Presiden Bidang Teknik di perusahaan Sunseap Group, Shawn Tan.
"Kami berharap ini menjadi preseden untuk lebih banyak proyek terapung di laut di Singapura dan negara-negara tetangga," tambahnya.
Di waduk, proyek yang sedang dikembangkan jauh lebih besar dengan 122.000 panel surya dan mencakup area seluas 45 lapangan sepak bola.
Proyek tersebut akan menghasilkan daya yang cukup untuk memenuhi kebutuhan energi instalasi pengolahan air Singapura.
Ini akan mengurangi emisi karbon yang setara dengan menghilangkan 7.000 mobil dari jalan raya.
Baca juga: Video Viral Percikan Listrik dari Kabel Sutet, Ini Penjelasan Pakar Listrik ITB
Kurangi emisi gas
Namun, proyek seperti pembangkit tenaga surya terapung ini tak cukup, jika tak didukung dengan komitmen yang lebih besar untuk mengurangi emisi.
Singapura telah berjanji untuk mengurangi setengah emisi gas rumah kaca pada 2030 dan 2050, serta mencapai emisi nol bersih secepat mungkin pada paruh kedua abad ini.
Tapi target itu berada di belakang negara maju lainnya. Climate Action Tracker bahkan telah mengklasifikasikan target Singapura dengan "sangat tidak mencukupi".
"Mereka perlu menetapkan target absolut yang lebih tinggi. Target seperti itu mengirimkan sinyal ke komunitas bisnis di mana ekonomi Singapura berkembang," kata Direktur Eksekutif Institut Iklim dan Kota Berkelanjutan, Red Constantino.
Baca juga: Menkes Singapura Kirim Surat untuk Tenaga Kesehatan, Begini Isinya
Pemerintah Singapura sendiri telah meluncurkan "rencana hijau" yang mencakup langkah-langkah seperti menanam lebih banyak pohon dan mengurangi jumlah sampah yang dikirim ke tempat pembuangan sampah.
Tak hanya itu, pemerintah juga membangun lebih banyak titik pengisian untuk mendorong penggunaan mobil listrik.
Langkah lainnya adalah meningkatkan penggunaan energi matahari empat kali lipat menjadi sekitar dua persen dari kebutuhan listrik negara pada 2025 dan tiga persen pada 2030.
Ini mampu mencakup 350.000 rumah tangga per tahun. Pembangkit tenaga surya telah dibangun di atas atap dan tanah.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.