Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Musik Nasional: Alat Musik Tradisional Indonesia Terancam Punah

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/SRI NOVIYANTI
Jeremias Pah, seorang pengrajin dan pemain alat musik Sasando saat ditemui di Rumah Pengrajin Sasando
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Hari Musik Nasional diperingati setiap tahunnya pada tanggal 9 Maret.

Tanggal 9 Maret dipilih sebagai salah satu bentuk penghormatan kepada pencipta lagu Indonesia Raya WR Soepratman yang lahir di tanggal tersebut. 

Baca juga: Hari Musik Nasional 2021: Sejarah, Ucapan, dan Apresiasi kepada Musisi

Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilman Farid turut memberi ucapan selamat Hari Musik Nasional, Senin (9/3/2021).

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dia menyampaikan ucapan tersebut dalam sebuah video melalui akun Twitter Ditjen Kebudayaan @budayasaya, Selasa (9/3/2021) pukul 9.45 WIB.

"Selamat Hari Musik Nasional 2021. Saat ini saya sedang berada di kompleks Candi Borobudur," katanya.

Ia menjelaskan alasannya mengucapkan selamat Hari Musik Nasional dengan latar belakang Candi Borobudur.

Salah satunya karena Candi Buddha terbesar di dunia yang dibangun sekitar 1200 tahun lalu tersebut merekam bukti sejarah musik di Nusantara melalui relief-relief.

"Ada relief-relief yang menggambarkan tidak kurang dari 30 alat musik, yang menjadi bukti bahwa musik dan kesenian secara umum adalah bagian tidak terpisahkan dari masyarakat kita," jelas Hilman.

Baca juga: Profil WR Supratman, Sosok di Balik Peringatan Hari Musik Nasional 2021

Alat musik tradisional

Sementara itu, beberapa alat musik tradisional saat ini beberapa di antaranya disimpan di Museum Nasional Sejarah Alam Indonesia (Munasain), yang dikelola oleh Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Idonesia (LIPI).

Sebagian besar alat musik tradisional itu terbuat dari tumbuh-tumbuhan.

Kurator Munasin, Marwan mengatakan ada sekitar 30 alat musik tradisional yang ada di Munasin.

"Koleksi alat musik yang berada di Munasain sekitar 30-an baik yang berukuran besar hingga kecil, hampir semua bahan utamanya adalah dari tumbuhan," kata Marwan, saat dihubungi Kompas.com, Selasa (9/3/2021).

Baca juga: Baru Menarik Perhatian, Cicit WR Soepratman Andrea Turk Malah Gelar Konser Perpisahan

Adapun beberapa di antaranya, yaitu:

Lokalitas dan identitas bangsa

Lebih lanjut, Marwan menilai bahwa alat musik tradisional tidak hanya sebagai kekayaan budaya, tetapi juga identitas suatu bangsa.

Menurut dia, setiap alat musik tradisional menyimpan nilai lokalitas dan tradisi dari setiap daerah. Karena itu selalu ada kaitannya antara alat musik dengan lingkungan sekitar, termasuk alam.

Marwan juga mengatakan, alat musik adalah identitas lokal yang menjadi salah satu identitas nasional (tangible), selain syair dan lagu (intangible).

"Ada juga koleksi lain yang melekat pada alat musik tersebut yaitu lagu atau syair yang dipadukan ketika alat dimainkan atau intangible," ujar Marwan.

Baca juga: Sejarah Hari Musik Nasional dan Perjuangan Musisi Bangkit di Tengah Pandemi

Terancam punah

Menurut Marwan, pada dasarnya, manusia pada zaman dahulu sangat bergantung pada alam. Termasuk ketika menciptakan alat musik, yaitu menggunakan tumbuhan.

Setiap daerah menciptakan alat musik berdasarkan tumbuhan yang ada di sekitarnya.

Adapun tumbuhan yang biasa digunakan untuk membuat alat musik, yaitu bambu, kayu lenggua, daun lotar, kayu jati, kayu bontang-bontang, kayu nangka, kayu rita, kayu ulin, dan sebagainya.

"Memanfaatkan tumbuhan lokal yang berada di lingkungan sekitar, sekaligus tumbuhan tersebut adalah ciri khas daerah, sehingga apabila alat musik tradisional ini tidak dilestarikan kita akan kehilangan tanaman khas daerah," terang Marwan.

Karena itu apabila keterampilan dalam menciptakan alat tersebut lama kelamaan punah, maka Indonesia akan kehilangan tradisi, budaya, dan kekayaan alam di setiap wilayah di Nusantara.

Baca juga: Peringati Hari Musik Nasional, Resso Rekomendasikan 18 Playlist Lagu Indonesia

Dampak kerusakan alam

Mengenai kelangkaan tumbuhan untuk membuat alat musik tradisional, Peneliti LIPI bidang biologi, botani, dan etnobotani, Mohammad Fathi Royani mengatakan bahwa kerusakan alam berpengaruh besar pada kelestarian alat musik tradisional.

Bahkan pada tingkat yang paling parah, alat musik tradisional akan mengalami kepunahan.

"Sangat mungkin sekali (punah). Selain kerusakan, alih fungsi lahan, tumbuhan-tumbuhan yang bisa digunakan untuk bahan alat musik tidak ada lagi," kata Fathi.

Apalagi, imbuh Fathi, masyarakat adat memiliki tradisi dan syarat-syarat tertentu dalam membuat alat musik tradisional.

"Pengalaman saya di Kalimantan dan daerah lain, mereka sudah mulai kesusahan mendapatkan bahan untuk alat musik tradisional. Untuk Sumba (alat musik yang bahannya langka) ya Jungga," kisah Fathi.

Baca juga: Hari Musik Nasional, Iwan Fals Rilis Ulang Mata Dewa dalam Format Piringan Hitam

Pendokumentasian

Salah satu solusi yang ditawarkan Marwan untuk menjaga alat musik tradisional adalah dengan melakukan pendokumentasian.

"Hal ini tentu saja harus segera mungkin dilakukan dokumentasi pengetahuan lokal masyarakat tersebut. Baik untuk alat musiknya, (maupun) pengetahuan orang yang membuat alat musik," katanya.

Lebih lanjut, salah satu upaya menjaga alat musik tradisional adalah dengan menjaga pula kelestarian alam.

"Konservasi in situ dan ek situ tanaman yang digunakan sebagai bahan baku membuat alat musik, dan yang paling utama adalah mencegah kerusakan alam," jelas Marwan.

Marwan mengatakan, bahwa pendokumentasian alat musik saat ini sudah banyak dilakukan oleh pemerintah daerah baik kerjasama dengan peneliti, pengelola museum, dan instansi lain yang terkait.

"Pemerintah pusat pun mungkin sudah banyak melakukan pendokumentasian melaui lembaga terkait, walaupun belum maksimal," ungkapnya.

Baca juga: 5 Lagu Baru Pilihan untuk Memperingati Hari Musik Nasional

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi