Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fakta Mutasi Baru Virus Corona N439K yang Diwaspadai Menyebar di Indonesia

Baca di App
Lihat Foto
JNG DIPAKE
Alissa Eckert dan Dan Higgins, ilustrator dari Centers for Disease Control and Prevention, diminta untuk membuat ilustrasi virus corona yang mampu menarik perhatian publik.(the new york times)
|
Editor: Rendika Ferri Kurniawan

KOMPAS. com - Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mengimbau agar Indonesia mewaspadai mutasi baru virus corona N439K.

Ketua IDI Daeng M Faqih mengatakan, pemerintah belum lama ini mengumumkan varian B.1.1.7, ternyata terdapat mutasi baru yang berkembang ditemukan di Inggris, yakni N439K.

Mutasi ini dikatakan Daeng, lebih "pintar" dibandingkan dengan virus corona yang ada sebelumnya.

"Varian N439K ini yang sudah lebih di 30 negara ternyata lebih smart dari varian sebelumnya karena ikatan terhadap reseptor ACE2 di sel manusia lebih kuat, dan tidak dikenali oleh polyclonal antibody yang terbentuk dari imunitas orang yang pernah terinfeksi," kata Daeng, dikutip dari Kompas.com, Kamis (11/3/2021).

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lantas, seperti apa fakta-fakta dari varian baru virus corona N439K ini? Simak selengkapnya:

Baca juga: Uji Coba di Inggris, Vaksin Novavax Efektif 96 Persen Lawan Virus Corona

Apa itu N439K

Mutasi baru virus corona N439K pertama kali ditemukan di Skotlandia pada Maret 2020.

Sejak saat itu garis keturunan kedua B.1.258 telah muncul di negara-negara Eropa lain secara independen.

N439K adalah mutasi yang terjadi pada protein spike virus corona yang penyebarannya mirip dengan virus liar.

Penularan

Melansir EurekAlert, Kamis (28/1/2021), peneliti menemukan virus yang membawa mutasi ini sangat tinggi tingkat virulensinya, termasuk kemampuannya menyebar.

Mutasi ini juga mampu mengikat reseptor Angiotensin Converting Enzyme 2 (ACE2) dengan lebih kuat.

Melansir News Medical, mutasi N439K ini disebut lebih menular dari strain aslinya, karena adanya ikatan ACE2 yang lebih kuat.

Sejak pertama kali ditemukan pada Maret 2020, hingga Januari 2021, N439K sudah menyebar di lebih dari 30 negara dunia, tidak hanya di Eropa.

Baca juga: Pendaftaran LTMPT untuk UTBK-SBMPTN Ditutup Sore Ini, Perhatikan 3 Hal Berikut Saat Mendaftar

Resistensi

Mutasi N439K diketahui resisten terhadap antibodi pada sekelompok individu.

Ia juga diketahui resisten terhadap banyak antibodi monoklonal sebagai penetralisir.

"Ini berarti virus memiliki banyak cara mengubah domain imunodominan untuk menghindari kekebalan sekaligus mempertahankan kemampuan menginfeksi dan menyebabkan penyakit," kata Direktur Senior Biologi Struktural di Vir Biotechnology Gyorgy Snell.

Mutasi virus ini juga menolak netralisasi dengan terapi klinis yang disetujui Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) untuk penggunaan darurat sebagai bagian dari campuran dua antibodi.

"Virus berkembang di berbagai bidang untuk mencoba menghindari respons antibodi," tambah dia.

Baca juga: Hari Terakhir Buat Akun LTMPT, Ini yang Dibutuhkan untuk Daftar UTBK-SBMPTN

Bisakah ditangkal vaksin?

Melihat resistensi mutasi baru ini, para peneliti menyarankan agar dunia mempertimbangkan bagaimana efektivitas vaksin yang telah dikembangkan ke depannya.

Apakah antibodi yang terbentuk akibat vaksin itu masih akan relevan dengan varian-varian baru yang akan muncul di kemudian hari, termasuk N439K ini.

Salah satu hal yang bisa diupayakan adalah dengan mengembangkan vaksin yang  menghasilkan antibodi yang dapat menyasar keberadaan mutasi baru ini di dalam tubuh.

Menurut para peneliti, salah satu rintangan terbesar dalam mempelajari varian adalah masih terbatasnya proses sequencing genom virus yang saat ini dilakukan di seluruh dunia.

"Ini menggarisbawahi perlunya pengawasan yang lebih luas, pemahanan secara rinci terkait mekanisme molekuler dari mutasi, dan pengembangan terapi untuk meningkatkan resistensi terhadap varian yang ada saat ini, dan yang akan muncul di masa depan," tutur Snell.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi