Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Segala Hal yang Perlu Diketahui tentang Mutasi Virus Corona N439K

Baca di App
Lihat Foto
ANTARA FOTO/MOHAMMAD AYUDHA
Warga melintas di depan mural bertema COVID-19 di Kemplayan, Solo, Jawa Tengah, Minggu (21/2/2021). Berdasarkan hasil evaluasi Pemerintah, Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) mikro pada periode pertama mampu menurunkan jumlah kasus aktif COVID-19 sekitar 17,27 persen dalam sepekan, untuk itu Pemerintah kembali memperpanjang PPKM mikro selama dua pekan yaitu mulai 23 Februari hingga 8 Maret 2021. ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha/foc.
|
Editor: Rendika Ferri Kurniawan

KOMPAS.com - Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mengimbau masyarakat mewaspadai mutasi baru virus corona, yakni N439K.

Adapun mutasi virus ini merupakan mutasi varian virus corona di Inggris.

Ketua IDI Daeng M Faqih menjelaskan, N439K sudah ditemukan di 30 negara dan disebut lebih cerdas dari virus corona sebelumnya.

"Varian N439K ini yang sudah lebih di 30 negara ternyata lebih smart dari varian sebelumnya karena ikatan terhadap reseptor ACE2 di sel manusia lebih kuat, dan tidak dikenali oleh polyclonal antibody yang terbentuk dari imunitas orang yang pernah terinfeksi," ujar Daeng dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Rabu (10/3/2021).

Bagaimana penjelasan epidemiolog terkait mutasi baru varian virus corona, N439K ini? Simak ulasannya berikut ini:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: IDI Minta Masyarakat Waspadai Penyebaran Varian Baru Virus Corona N439K

Mutasi, bukan varian

Epidemiolog Indonesia di Griffith University Australia Dicky Budiman mengungkapkan, ada hal yang perlu diluruskan dari penyampaian informasi mutasi dan varian virus corona.

"N439K itu mutasinya, kalau variannya ya saat ini ada 4 yang masih menjadi pengamatan dunia, varian di Afrika, New York, Brazil, dan Inggris," ujar Dicky saat dihubungi Kompas.com, Jumat (12/3/2021).

Menurutnya, mutasi virus corona ada banyak. Salah satu bentuk yang merugikan yakni N439K.

"Jadi, mutasi itu yang misal di varian banyak yang diutamakan di Eropa juga ditemukan juga mutasi N439K ini," lanjut dia.

Selain itu, Dicky menyampaikan bahwa berdasarkan data terbaru menunjukkan akuisisi mutasi N439K meningkatkan pengikatan hACE2, yang dapat memiliki implikasi in vivo dalam konteks infeksi (reinfeksi) dan penularan.

Karena mutasi N439K ditemukan di Eropa, mutasi ini juga ditemukan pada varian virus corona B.1.258, tepatnya pada protein spike.

Baca juga: Mutasi Virus Corona B.1.1.7 Terdeteksi di 5 Provinsi, Mana Saja?

Bukan hal baru

Dicky mengatakan, kemunculan mutasi N439K bukanlah hal baru.

Sebab, mutasi N439K pertama kali terdeteksi di Skotlandia pada Maret 2020.

Selain itu, varian yang membawa mutasi N439K mirip dengan novel coronavirus tipe liar dari Wuhan dalam kemampuannya menyebarkan dan menyebabkan penyakit.

Tetapi, mutasi ini memiliki sifat dapat mengikat lebih kuat ke reseptor ACE2 manusia yang bertindak sebagai virus pintu gerbang untuk memasuki sel inang.

"Bukan lebih ganas, tapi dia itu lebih efektif menempel," ujar Dicky.

"Karena mirip dengan yang di Wuhan, dia bisa mengikat lebih kuat ke reseptornya, bisa mengakali respons antibodi termasuk terapi dan vaksin," lanjut dia.

Baca juga: 1,4 Juta Kasus Covid-19, Waspadai Varian Virus Corona N439K

Mampu menulari penyintas

Tak hanya itu, masyarakat harus mewaspadai sifat mutasi N439K yang mampu reinfeksi terhadap penyintas Covid-19.

Dicky menyampaikan, mutasi ini sama dengan strain baru, termasuk B117.

"Orang yang sudah pernah terinfeksi juga bisa terinfeksi lagi," ujar Dicky.

Bahkan, ia menceritakan, di Brazil ada seorang warga yang menderita Covid-19 dengan dua strain sekaligus.

Hal ini kemudian menjadi temuan yang amat serius.

Artinya, vaksin memang tidak menjamin seseorang menjadi kebal dengan virus corona, melainkan vaksin hanya menurunkan gejala berat saat manusia terinfeksi.

Menurunkan efikasi vaksin

Kemampuan N439K lain yang patut diwaspadai adalah mutasi ini dapat menurunkan efikasi vaksin.

Efikasi atau kemanjuran adalah kemampuan suatu vaksin dalam mencegah penyakit dalam keadaan ideal dan terkontrol, dengan membandingkan kelompok yang divaksin dengan kelompok tidak divaksin/placebo.

"Dia bisa menurunkan efikasi," ujar Dicky.

Karena kemampuan ini, mutasi N439K dapat menyiasati atau menghindari antibodi.

"Kalau dikasih terapi antibodi atau plasma konvalesen itu juga bisa menurun," lanjut dia.

Baca juga: Uji Coba di Inggris, Vaksin Novavax Efektif 96 Persen Lawan Virus Corona

Vaksin berbasis m-RNA

Lantaran memiliki kemampuan yang "cerdas", Dicky mengungkapkan, mutasi ini dapat diatasi menggunakan vaksin berbasis m-RNA, seperti Moderna dan Pfizer.

Menurutnya, vaksin berbasis m-RNA dapat merespons RNA milik mutasi N439K, sehingga mampu dengan cepat mengatasi virus tersebut.

Selain itu, vaksin berbasis m-RNA juga dapat dimodifikasi, sehingga ketika ada strain baru masih bisa diatasi dengan vaksin tersebut.

Tidak hanya mengandalkan vaksin, Dicky menegaskan kepada pemerintah dan masyarakat untuk tetap patuhi 3T yakni pemeriksaan dini (testing), pelacakan (tracing), dan perawatan (treatment).

Kemudian, melaksanakan 5M yakni memakai masker, mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan membatasi mobilisasi dan interaksi.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi