Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai Soal Bolehkah Bertanya Jenis Kelamin Bayi Baru Lahir? Ini Kata Psikolog

Baca di App
Lihat Foto
ilustrasi bayi tidur
|
Editor: Rendika Ferri Kurniawan

KOMPAS.com - Ramai di media sosial Twitter perdebatan soal boleh tidaknya bertanya jenis kelamin bayi yang baru lahir.

Perdebatan itu bermula dari sebuah twit yang dicuitkan oleh akun @AkuSukaMasak.

"Biasakan mengucapkan selamat kepada keluarga yang baru melahirkan tanpa nanya, 'bayinya laki atau perempuan?'," tulis akun @AkuSukaMasak pada 10 Maret 2021.

Twit tersebut telah mendapat 3,6 ribu komentar, dibagikan ulang sebanyak 8,9 ribu kali, dan disukai oleh 9,3 ribu pengguna.

Warganet pun ramai membalas cuitan tersebut.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Saya bingung kok makin rumit ya tata sopan santun zaman sekarang. Ngga cuma nanya agama, nanya gender anak, kerja di mana, aslinya dari kota apa, juga bisa jadi salah. Jadi kira-kira kalau mau ngobrol topiknya apa ya? Hehehe," balas akun @pengabdirakyat.

Lalu, bagaimana sebaiknya etika saat menengok bayi yang baru lahir? Pertanyaan seperti apa yang boleh ditanyakan?

Berikut ini, tanggapan pakar psikologi UGM menanggapi fenomena tersebut.

Baca juga: Segala Hal yang Perlu Diketahui tentang Mutasi Virus Corona N439K

Tak masalah bertanya jenis kelamin bayi

Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Koentjoro berpandangan, tidak ada yang aneh dengan menanyakan gender seorang bayi yang baru dilahirkan.

"Kalau menanyakan itu saya rasa wajar enggak ada masalah. Kalau yang seperti ini tidak ada hubungannya dengan (menyinggung) gender, terlalu jauh," kata Koentjoro saat dihubungi melalui sambungan telepon, Jumat (12/3/2021).

Menurutnya, menanyakan jenis kelamin seorang bayi yang baru dilahirkan bisa jadi terkait dengan pilihan kado yang akan kita berikan kepadanya.

Dengan mengetahui jenis kelamin bayi, kesalahan dalam membeli item hadiah bisa dihindarkan.

Hindari pertanyaan yang menyinggung

Menurut Koentjoro, bertanya jenis kelamin bayi yang baru dilahirkan adalah wajar.

Namun berbeda jika bertanya pertanyaan lain yang dapat menyinggung. Seperti, "sudah punya anak atau belum?". Menurutnya, itu jelas menyinggung.

"Lumrah, cuma kalau nanya udah punya anak atau belum? Itu menyinggung. Atau tanya anakmu berapa? Itu juga besar potensi menyinggungnya," jelas Koentjoro.

Mengapa menyinggung? Ya, bisa jadi orang yang ditanya memang belum memiliki keturunan padahal sudah bertahun-tahun menunggu dan berusaha.

Bisa juga, jika yang ditanya ternyata memiliki anak yang terbilang banyak itu bisa membuat orang lain menginterpretasikan jawabannya dengan hal lain.

"(Bertanya berapa anaknya) Itu pun pelecehan, kalau anaknya banyak itu bisa ke menyinggung arah hal lain," ujar dia.

"(Interpretasi) Itu bisa terucap atau tidak terucap, tapi menyinggung," lanjutnya.

Baca juga: Fakta Mutasi Baru Virus Corona N439K yang Diwaspadai Menyebar di Indonesia

Batasan saat mengobrol

Koentjoro menyebut tidak ada batasan yang pasti terkait dengan basa-basi sebagai bagian dari komunikasi pergaulan di dalam masyarakat.

Kuncinya adalah rasa.

"Etika pergaulan itu norma-norma yang tidak ditulis, itu abu-abu wilayahnya. Kita pakai rasa, itu dalam, paling dekat dengan feeling. Pantas enggak pantas, menyakitkan tidak menyakitkan," papar Koentjoro.

"Esensinya, kalau kamu dicubit sakit ya jangan mencubit. Posisikan diri menjadi orang lain," tambah dia.

Hormati orang lain

Menurut Koentjoro, saat ini manusia lebih banyak dijejali dengan hal-hal yang bersifat kognitif.

Sementara soal rasa dan karsa tidak terlalu dikembangkan.

Hal ini membuat banyak dari kita yang tetap melakukan hal-hal yang menyinggung orang lain.

Meski kita sendiri tahu hal itu akan menyinggung perasaannya.

Di akhir, Koentjoro mengatakan, sebagai manusia perlu memiliki kebebasan untuk menyatakan apa pun.

Namun kebebasan itu juga ada yang perlu kita pahami.

"Di dalam kebebasan dan kemerdekaan kita terdapat kebebasan dan kemerdekaan orang lain," pungkas Koentjoro.

Baca juga: Kisah Viral Tuch Salik, Bocah Pedagang Asongan yang Kuasai 16 Bahasa

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi