Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Vaksin Johnson & Johnson yang Dapat Izin Penggunaan Darurat dari WHO

Baca di App
Lihat Foto
shutterstock.com
Kantor Johnson & Johnson di AS
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Vaksin virus corona yang dikembangkan perusahaan Johnson & Johnson telah mendapatkan izin penggunaaan darurat dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Jumat, (12/3/2021).

Sebelumnya, WHO juga telah memberikan izin penggunaan darurat vaksin buatan Pfizer/BioNTech dan AstraZeneca. 

Berbeda dengan vaksin Covid-19 kebanyakan, vaksin Johnson & Johnson menjadi vaksin pertama yang hanya membutuhkan satu suntikan. Sementara mayoritas vaksin virus corona memerlukan dua kali suntikan.

Baca juga: WHO Setujui Penggunaan Darurat Vaksin Covid-19 Johnson & Johnson

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berikut 5 hal yang perlu diketahui mengenai vaksin Covid-19 Johnson & Johnson: 

1. Efektivitas

Vaksin Johnson & Johnson bisa diberikan kepada mereka yang berusia di atas 18 tahun. 

Namun vaksin ini memiliki efektivitas yang cenderung lebih rendah dibanding vaksin Pfizer dan Moderna, yakni hanya 66 persen saja.

Dikutip dari Science News, vaksin ini terbukti 66 persen efektif mencegah terjadinya penyakit sedang dan berat.

Kemudian dalam hal mencegah kasus kritis dan membutuhkan rawat inap, efektivitasannya lebih tinggi, yakni 85 persen.

Baca juga: Vaksin Covid-19 Johnson & Johnson Umumkan Angka Efikasi

2. Cara kerja

Vaksin Johnson & Johnson berisi virus flu biasa (adenovirus 26) yang telah direkayasa oleh para peneliti agar membawa instruksi memuat protein lonjakan virus corona ke dalam sel manusia.

Kemudian sel manusia membuat protein virus yang mendorong sistem kekebalan tubuh membuat antibodi dan melatih sel kekebalan untuk menyerang virus corona jika orang tersebut terinveksi nantinya.

Berdasarkan hasil uji coba klinis yang dilakukan pun, vaksin ini disebut memiliki catatan keamanan yang baik.

Baca juga: Vaksin Johnson & Johnson Sekali Suntik, Apa Bedanya dengan Vaksin 2 Kali Suntikan?

3. Kemasan

Berdasarkan CDC, vaksin J&J dikemas dalam botol multidosis. Setiap botol terdiri dari 5 dosis, dengan masing-masing dosisnya adalah 0.5 ml.

Dikarenakan kemasannya yang multidosis, tenaga vaksinasi diminta untuk membuang vial yang tersisa jika jumlahnya tidak mencapai 0.5ml.

Mereka juga dilarang menggabungkan sisa vial dari satu botol dengan sisa dari botol lainnya demi mendapatkan 1 dosis utuh.

Baca juga: Sekali Suntik, Vaksin Johnson & Johnson Efektif Kurangi Risiko Covid-19

4. Penyimpanan

Aapabia dibandingkan dengan vaksin bermasis mRNA selerti Pfizer dan Moderna, Vaksin J&J tergolong tidak sulit penyimpanannya.

Ia tidak harus disimpan di suhu beku atau minus, sehingga memerlukan alat khusus untuk menyimpannya.

Vaksin J&J cukup di simpan pada suhu 2-8 derajat celcius dan ini bisa dilakukan di kulkas biasa.

Dalam kondisi tersegel dan dalam suhu yang sesuai, vaksin ini bisa digunakan sampai tiba masa kedaluwarsanya.

Namun, jika disimpan dalam suhu ruang (maksimal 25 derajat celcius), maka vaksin hanya bisa digunakan hingga 2 jam setelahnya.

Sementara apabila disimpan di lemari pendingin dengan suhu sesuai, namun kondisinya sudah terbuka atau tidak tersegel dengan sempurna, maka hanya baik digunakan hingga 6 jam setelahnya.

Baca juga: Uji Coba Vaksin Corona Johnson & Johnson Tunjukkan Respons Kekebalan Tubuh Kuat

5. Produksi

Perusahaan mengakui pihaknya telah gagal menyediakan 10 juta dosis vaksin pada akhir Februari lalu.

Namun mereka menyebut dapat memiliki 20 juta dosis vaksin pada akhir Maret nanti.

Lebih jauh, mereka bertekad untuk mampu memproduksi 100 juta dosis vaksin pada akhir Juni 2021.

6. Efek samping

Mengutip Healthline, vaksin J&J diketahui memiliki efek samping yang tergolong ringan dan dapat dengan mudah ditangani.

Misalnya hanya dengan istirahat atau mengonsumsi pereda nyeri yang dijual bebas di pasaran.

Baca juga: Efek Samping Vaksin Covid-19 Lebih Mungkin Dirasakan Perempuan, Ini Sebabnya

Efek samping dari vaksin ini terbagi menjadi dua, pertama adalah timbulnya nyeri pada tempat suntikan.

Nyeri ini juga biasanya disertai warna kemerahan atau bengkak pada lokasi suntikan.

Efek ini kebanyakan dirasakan selama 2-3 hari.

Efek kedua adalah efek sistemik, berupa munculnya sejumlah gejala seperti: 

  1. Flu,
  2. Sakit kepala,
  3. Rasa kelelahan,
  4. Nyeri otot,
  5. Mual,
  6. Kemungkinan demam.

Baca juga: 3 Gejala Tidak Biasa Penyakit Diabetes yang Perlu Diwaspadai

Efek berupa demam dilaporkan terjadi pada sekitar 55 persen penerima vaksin.

Rata-rata yang dialami adalah sakit kepala dan rasa kelelahan. Sementara efek mual dan demam sangat sedikit ditemukan.

Semua efek atau gejala tersebut hanya akan berlangsung selama 1-2 hari.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi