Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai Aliran Hakekok, Kenapa Masih Ada yang Terbujuk Aliran Sesat?

Baca di App
Lihat Foto
Pixabay?DoungTepro
Ilustrasi orang berdoa
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Pimpinan kelompok ajaran Hakekok menyatakan bersalah dan siap untuk dibina.

Hakekok adalah kelompok ajaran spiritual asal Kecamatan Cigeulis, Pandeglang, Banten. Salah satu ritualnya adalah mandi bertelanjang tubuh bersama, yang bertujuan untuk menyucikan diri.

Seperti diberitakan Kompas.com (13/3/2021), 16 anggota kelompok ajaran Hakekok melakukan sebuah perjanjian dengan yang mereka sebut Imam Mahdi. Dalam perjanjian itu mereka dijanjikan akan menjadi kaya raya.

Baca juga: Ditemukan Kondom dan Jimat Usai Kelompok Hakekok Mandi Telanjang Bersama, Ini Kata Polisi

Ajaran Hakekok sendiri dipimpin oleh Arya, warga Kecamatan Cibungbulan, Kabupaten Bogor.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketua Majelis Ulama Indonesia Pandeglang, Hamdi Ma'ani, menyatakan bahwa Hakekok adalah ajaran yang menyimpang.

Sebelum kasus Hakekok, ada pula kasus Komunitas Eden atau Salamullah, Gafatar, Kerajaan Ubur-ubur, juga Dimas Kanjeng dan bank gaibnya yang berujung di meja hijau. 

Meski banyak kasus sudah bergulir, namun masih tetap saja ada masyarakat yang mengikuti ajaran-ajaran yang dianggap oleh MUI menyimpang ini. Padahal, beberapa ajaran juga merugikan pengikutnya secara materi.   

Baca juga: Apa Itu Ajaran Hakekok yang Janjikan 16 Pengikutnya Kaya dengan Mandi Telanjang?

Halusinasi visual dan auditori

Ratna Yunita Setiyani Subardjo M.Psi, dosen psikologi Universitas Aisyiyah Yogyakarta, mencermati ini dari dua sisi.

Dari sisi si pendiri aliran, bisa jadi ia mengalami halusinasi sehingga lahir waham atau keyakinan yang salah. 

"Ketidakmampuan seseorang membedakan hal yang nyata dan tidak itulah yang dinamakan halusinasi. Halusinasi ini bukan hanya dalam bentuk visual saja, namun juga muncul secara auditori berupa mendengar bisikan-bisikan tertentu padahal tidak ada yang membisiki," begitu ujarnya kepada Kompas.com, Sabtu (13/03/2021).

Selain kondisi kejiwaan yang memang sedikit terganggu, bisa jadi disertai pula oleh adanya keinginan-keinginan tertentu. Seperti keinginan menjadi terkenal dan dipuja, atau keinginan mendapatkan keuntungan dari orang lain.

Baca juga: Fakta Baru Ajaran Hakekok, 16 Orang Gelar Ritual Mandi Telanjang karena Bosan Pengin Kaya

Tak ada kontrol diri akan mimpi-mimpi

Sedangkan dari sisi para pengikut aliran, faktor intelektualitas justru tak menempati porsi terbanyak. Karena nyatanya dalam kasus Dimas Kanjeng, ada jajaran akademisi yang ikut bergabung di dalamnya.

Pengikut aliran seperti ini lebih banyak didasari akan kontrol diri yang kurang bagus. Bahwa setiap orang memiliki mimpi dan ambisi, namun beberapa orang tak bisa mengendalikan keinginannya sehingga gampang terbujuk tawaran-tawaran yang menurutnya menggiurkan.

"Seperti dijanjikan menjadi kaya, naik jabatan, atau bisa masuk surga," papar Ratna.

Pola asuh keluarga juga menjadi faktor. Anak yang tidak dididik dengan benar untuk berjuang, biasanya akan tumbuh jadi manusia yang cenderung memilih cara-cara instan.

Aliran spritual sendiri dibedakan menjadi dua. Yaitu aliran yang mempunyai dasar ajaran atau keilmuannya cukup jelas dan aliran yang tidak memiliki sumber keilmuan jelas.

Menurut AB Setiadji, pemerhati adat dan budaya spiritual, yang termasuk aliran dengan sumber keilmuan jelas masuk ke dalam Majelis Luhur Kepercayaan Indonesia (MLKI).

"MLKI ini memayungi para penghayat kepercayaan. Dimana aliran kepercayaan ini termasuk dalam kekayaan khasanah budaya nusantara," paparnya kepada Kompas.com. 

Baca juga: DKI Terima Pembuatan E-KTP bagi Penganut Aliran Kepercayaan

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi