Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Profil Presiden Pertama RI: Soekarno

Baca di App
Lihat Foto
Frans Mendur
Foto karya Frans Mendur yang mengabadikan Presiden Soekarno membacakan naskah proklamasi di Jalan Pegangsaan Timur, Nomor 56, Cikini, Jakarta.
Penulis: Mela Arnani
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Presiden pertama Republik Indonesia, Ir Soekarno, atau akrab dipanggil dengan Bung Karno, menjadi sosok yang dikagumi hingga saat ini.

Bung Karno, yang juga dikenal sebagai Putra Sang Fajar, lahir di Surabaya, pada 6 Juni 1901.

Dikutip dari laman RRI, Soekarno awalnya diberi nama Koesno Sosrodihardjo, kemudian diganti menjadi Soekarno karena sering sakit.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Soeharto Dilantik sebagai Presiden RI Gantikan Soekarno

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tokoh proklamator ini lahir dari pasangan Raden Soekemi Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai.

Kedua orang tuanya bertemu di Bali, saat ayahnya menjadi guru dan ibunya merupakan bangsawan di Bali.

Disebutkan, Soekarno memiliki saudara atau kakak kandung perempuan bernama Sukarmini.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Soeharto Dilantik sebagai Presiden RI Gantikan Soekarno

Kisah hidup Soekarno

Semasa kecilnya, Soekarno tidak tinggal bersama dengan orang tuanya yang berada di Blitar.

Ia tinggal bersama kakeknya yang bernama Raden Hardjokromo di Tulung Agung, Jawa Timur.

Bahkan, Soekarno sempat bersekolah Jawa Timur, walau tidak sampai tamat, dan kemudian ikut bersama dengan orang tuanya pindah ke Mojokerto.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Soeharto Lengser, Akhir Kisah Orde Baru

Setelah itu, ia di sekolahkan di Eerste Inlandse School, di mana ayahnya juga bekerja di situ sebagai guru.

Namun, pada 1911, Soekarno dipindahkan ke ELS (Europeesche Lagere School) yang setingkat sekolah dasar untuk dipersiapkan masuk di HBS (Hogere Burger School) di Surabaya.

Setelah tamat dan bersekolah di HBS pada 1915, Soekarno kemudian tinggal di rumah Haji Oemar Said Tjokroaminoto atau H.O.S Cokroaminoto, yang dikenal sebagai pendiri Serikat Islam (SI), yang merupakan kawan dari ayahnya.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Harmoko Minta Soeharto Mundur dan Mahasiswa Duduki Parlemen

Di rumah Cokroaminoto, Soekarno berkenalan dengan para pemimpin SI seperti Haji Agus Salim dan Abdul Muis. 

Tak hanya itu, Soekarno juga begitu akrab dengan Muso, Alimin, Darsono dan Semaun, yang  ketiganya dikenal sebagai tokoh berhaluan komunis yang memimpin pemberontakan PKI di Madiun.

Di rumah H.O.S Cokroaminoto lah, jiwa nasionalismenya akan Bangsa Indonesia menjadi sangat besar.

Baca juga: Mengingat Kerusuhan Mei 1998, Bagaimana Kronologinya?

Organisasi pemuda

Semasa muda, pada 1918, Soekarno bergabung dalam organisasi pemuda, Tri Koro Darmo yang kemudian berubah nama menjadi Jong Java.

Bahkan, Soekarno aktif sebagai penulis di koran harian bernama Oetoesan Hindia yang dikelola oleh Cokroaminoto.

Di rumah Cokroaminoto, Soekarno muda mulai belajar berpolitik dan berpidato, meskipun cenderung dilakukannya sendiri di depan cermin kamarnya.

Baca juga: Seni Perlawanan Anak Muda di Balik Poster Lucu Pendemo

Pada 1921, setelah lulus dari Hoogere Burger School atau HBS, Soekarno muda pindah ke Bandung dan tinggal dirumah Haji Sanusi.

Di tempat ini, kemudian Soekarno akrab dengan Douwes Dekker, Tjiptomangunkusumo, dan Ki Hajar Dewantara.

Soekarno kemudian masuk ke Technische Hoogeschool (THS) jurusan teknik sipil, yang saat ini berubah menjadi ITB (Institut Teknologi Bandung).

Baca juga: Ramai soal Riset ITB, Berikut Tanda dan Hal-hal yang Perlu Dilakukan Saat Terjadi Tsunami...

Kuliah dan politik

Soekarno sempat berhenti kuliah setelah dua bulan masuk di THS, dan kembali mendaftar pada 1922 untuk memulai kuliahnya di THS.

Bung Karno berhasil lulus pada 25 Mei 1926, dengan gelar Ir (Insinyur) yang membuatnya akrab dipanggil dengan nama Ir Soekarno.

Tamat dari THS, Soekarno mendirikan Biro Insinyur pada 1926 bersama Ir. Anwari, yang mengerjakan desain dan rancang bangunan. Soekarno juga bekerja sama dengan Ir. Rooseno dalam merancang dan membangun rumah.

Selama di Bandung, Soekarno mendirikan Algemeene Studie Club (ASC) pada 4 Juli 1927, yang kemudian menjadi cikal bakal dari Partai Nasional Indonesia.

Baca juga: Mengintip Jejak Pendirian Masyumi, Partai yang Kini Dideklarasikan Lagi...

Partai ini bertujuan memerdekakan bangsa Indonesia, yang membuat Soekarno harus dipenjara di penjara Suka Miskin pada 29 Desember 1929.

Berulang kali Bung Karno dipenjara karena keteguhannya memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Perjuangan Soekarno cukup panjang sebelum akhirnya mampu menyatakan kemerdekaan Indonesia, pada 17 Agustus 1945, bersama Mohammad Hatta dan beberapa tokoh lainnya.

Baca juga: Mengapa Indonesia Tak Memiliki Partai Buruh?

Akhir hidup Soekarno

Sebelumnya, Soekarno telah mengemukakan dasar negara, Pancasila, pada sidang BPUPKI 1 Juni 1945, yang kemudian menjadi dasar negara Indonesia.

Kiprah Bung Karno mendunia, dengan berusaha menghimpun bangsa-bangsa untuk membuat Gerakan Non Blok yang beranggotakan bangsa-bangsa di Asia, Afrika, dan Amerika Latin.

Gerakan ini merupakan hasil dari Konferensi Asia Afrika (KAA) pada 1955 di Bandung.

Adapun Bung Karno memiliki tiga orang istri selama hidupnya, Fatmawati, Hartini, dan Ratna Sari Dewi.

Baca juga: Anggur Jan Ethes hingga Padi Fatmawati, Nama Tanaman dari Keluarga Presiden

Dari ketiga istrinya, lahir delapan orang anak, yaitu Guntur, Megawati, Rachmawati, Sukmawati, Guruh, Taufan, Bayu, dan Kartika.

Setelah terjadi gejolak politik yang disebabkan pemberontakan G-30-S/PKI yang menewaskan banyak perwira TNI, Bung Karno menyerahkan jabatannya sebagai presiden Indonesia.

Soekarno wafat pada 21 Juni 1970 di RSPAD (Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat), karena sakit yang terus memburuk.

Beliau dimakamkan di Blitar, dekat dengan makam sang ibunda, Ida Ayu Nyoman Rai.

Baca juga: Kisah di Balik Sejarah Paskibraka, Berawal dari Perintah Presiden Soekarno

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi