Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banyak Nasabah "Terjebak" Akun Bodong Bank di Twitter, Simak Analisis Drone Emprit

Baca di App
Lihat Foto
shutterstock
Ilustrasi kecanduan gadget.
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Halo BCA menjadi trending di media sosial Twitter pada Minggu (14/3/2021) pagi, dengan lebih dari 4.000 twit berbagi dengan kata itu.

Kunto Aji, lewat akunnya @KuntoAjiW, membuat twit untuk memancing bot penipu yang biasanya membalas nasabah yang melaporkan keluhan lewat Twitter. 

"Halo BCA atm ku tertelan, boleh minta minum gak seret nih, nyangkut di tembolok, terima kasih BRI, BNI, Shopeecare," tulis Kunto Aji.

Warganet ramai menggunakan kata Halo BCA hingga Minggu siang.

Diketahui, banyak akun bodong yang mencatut bank untuk "menjebak" para nasabah yang menyampaikan keluhan di media sosial Twitter.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Analisis Drone Emprit

Analisis Portal Data Analisis Media Sosial Drone Emprit menunjukkan, ada penipu yang mengaku customer care bank-bank yang ada di Indonesia.

Drone Emprit telah membuat analisis terkait penipuan terhadap nasabah BNI. Sementara itu, analisis rinci dari bank lainnya akan disampaikan menyusul.

Founder of Drone Emprit and Media Kernels Indonesia, Ismail Fahmi, menjelaskan, penipu yang mengaku customer care BNI setidaknya ada 113 akun penipu dalam 1 pekan ini.

Baca juga: Viral, Unggahan Denda Rp 566.000 karena Kartu Tol Hilang di Ruas Kayu Agung-Terbanggi

Selain itu, dalam dua bulan terakhir, ada 331 akun penipu yang mengatasnamakan Halo BCA.

Ismail mengunggah peta "Live Chat" pada Sabtu (13/3/2021), yang menunjukkan akun-akun penipu di Twitter. Dari peta tersebut, diketahui target penipu antara lain nasabah BNI, BRI, Mandiri, BCA, dan Jenius.

Dengan keyword tersebut, akun penipu yang paling banyak ditemukan adalah BNI, kemudian BRI, setelah itu BCA.

Ismail menjelaskan, para penipu itu menggunakan bot untuk mengirim pesan kepada para nasabah yang sedang panik karena mengalami kendala urusan perbankan.

"Mereka (penipu) itu punya bot (program otomatis) yang memonitor semua percakapan yang mengandung kata, misalnya HaloBCA, BNI, dan sebagainya," kata Ismail saat dihubungi Kompas.com, Minggu (14/3/2021).

Biasanya, lanjut Fahmi, nasabah yang panik langsung dikirimi DM atau reply (balasan).

Ada pula yang menambahkan nomor Whatsapp (WA) atau nomor telepon yang bisa dihubungi beserta link yang mengarahkan nasabah ke percakapan pribadi. 

Menurut Fahmi, yang paling sering terjadi adalah nasabah diarahkan ke Whatsapp.

"Kalau mau cepat silakan klik link ini, ngomong dengan WA, selalu diarahkan ke WA. Supaya apa dibelokkan, kalau sudah di-WA di sana itu sudah siap timnya," kata Fahmi.

Oknum penipu juga kerap menindaklanjuti calon korban dengan menelepon atau video call, bahkan menggunakan background seolah berada di kantor dengan logo palsu untuk mengelabui nasabah.

Ismail Fahmi mengatakan, para penipu mengarahkan ke komunikasi personal seperti peran CS dan yang mereka lakukan adalah social engineering.

Baca juga: Kisah Viral Tuch Salik, Bocah Pedagang Asongan yang Kuasai 16 Bahasa

Kerja tim

Ia menduga, modus seperti ini dilakukan oleh tim, karena butuh banyak waktu untuk menanyakan data nasabah.

Artinya, kata dia, mereka itu komplotan karena untuk satu nasabah ditangani satu orang.

Fahmi menjelaskan, biasanya nasabah yang sudah terpancing akan menghubungi Whatsapp akan ditanyai beberapa hal, seperti data nomor rekening, nomor kartu ATM, nama, bahkan kode OTP (One-Time Password).

Adapun kode OTP merupakan kode yang dikirimkan ke nasabah misalnya saat akan mengganti PIN. Jika kode tersebut bocor ke penipu, uang di rekening nasabah bisa diambil.

"Ada OTP yang dikirim pakai SMS terus diminta kirim. Kalau itu dikirim, wassalam aja, itu adalah kode untuk mentrasfer uang dari rekening nasabah ke rekening lain," kata Ismail.

Para nasabah yang tertipu, menurut Ismail, karena mereka sudah panik. Dalam kondisi mengalami kendala seperti ATM tertelan, mereka butuh solusi cepat.

Dalam kondisi seperti itu, nasabah bisa ceroboh atau tidak teliti ketika ada akun palsu yang menghubunginya.

"Apa yang diterima misalnya ada pesan WA ada logo BNI atau BCA dianggap betulan sering tertipu," kata dia.

Banyak korban

Ismail mengatakan sudah banyak korban. Dalam sehari banyak sekali orang terjebak oleh akun-akun palsu.

Lewat akun Twitter-nya, Ismail juga me-retweet warganet yang melaporkan telah menjadi korban dari para penipu itu. Ada yang pernah tertipu Rp 2 juta, Rp 4,5 juta, Rp 16 juta, dan sebagainya.

Apa yang bisa dilakukan oleh pihak bank dan nasabah?

Fahmi mengatakan, langkah yang bisa dilakukan pihak bank adalah melawan bot penipu dengan bot juga.

Perlu dibuat sistem bot yang mendeteksi kemunculan reply dari akun penipu. Sarannya, gunakan pola yang sering mereka gunakan dan terus perbarui.

Sementara, para nasabah disarankan untuk tidak menanyakan persoalan terkait perbankan secara terbuka melalui media sosial.

Langkah yang lebih aman, kata dia, dengan langsung menelepon customer care bank, atau mengirimkan pesan atau DM akun-akun resmi bank.

Kompas.com menghubungi BCA dan BNI untuk meminta tanggapan mengenai hal ini. Hingga pukul 13.35 WIB, belum ada jawaban lengkap soal langkap apa yang diambil pihak bank merespons akun-akun bodong ini.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi