Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenang Sosok Bung Hatta, dari Sepatu Bally hingga Tak Mau Dimakamkan di Taman Makam Pahlawan

Baca di App
Lihat Foto
Kompas/JB Suratno
Bung Hatta (berdiri) ketika menjelaskan lagi pendapatnya tentang saat-saat menjelang Proklamasi Kemerdekaan di rumah bekas penculiknya, Singgih (baju batik hitam). Tampak dari kiri kekanan: GPH Djatikusumo, D. Matullesy SH, Singgih, Mayjen (Purn) Sungkono, Bung Hatta, dan bekas tamtama PETA Hamdhani, yang membantu Singgih dalam penculikan Soekarno Hatta ke Rengasdengklok.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Hari ini 41 tahun yang lalu, Wakil Presiden Pertama Indonesia Mohammad Hatta (Bung Hatta) meninggal dunia pada 14 Maret 1980.

Kondisi Bung Hatta sebenarnya sudah mulai menurun sejak Maret 1976, bahkan sudah sampai pada titik mengkhawatirkan.

Saat itu, satu timm ahli yang dipimpin oleh oleh dr Halim tak henti-hentinya mengawasi Bung Hatta selama satu bulan.

Setelah melewati serangkaian, kondisi Bung Hatta pun berangsur pulih.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebelum meninggal dunia, Bung Hatta sempat dirawat di Rumah Sakit dr Cipto Mangunkusumo, Jakarta Pusat sejak 3 Maret 1980 karena serangan jantung, tekanan darah tinggi, dan sakit gula.

Baca juga: Profil Presiden Pertama RI: Soekarno

Berikut selembar kenangan seputar Bung Hatta...

Sepatu Bally yang tak pernah terbeli

Semasa hidupnya, Bung Hatta berkeinginan untuk memiliki sepatu Bally, merek sepatu bermutu tinggi pada 1950-an.

Ia bahkan menyimpan guntingan iklan yang memuat alamat penjualnya, dikutip dari Harian Kompas, 25 April 2002.

Karena harganya yang mahal, Bung Hatta harus menabung untuk bisa membeli sepatu impiannya itu.

Baca juga: Mengenang Sapardi Djoko Damono, Sosok yang Menyukai Kesunyian

Namun, uang tabungan tampaknya tidak pernah mencukupi karena selalu terambil untuk keperluan rumah tangga atau membantu kerabat dan kawan yang datang kepadanya untuk meminta pertolongan.

Hingga akhir hayatnya, sepatu Bally idaman Bung Hatta tidak pernah terbeli karena tabungannya tak pernah mencukupi.

Tak lama setelah wafat, keluarga Bung Hatta menemukan lipatan guntingan iklan lama dalam dompetnya. Iklan itu adalah iklan sepatu merek Bally, yang dulu disimpannya.

Baca juga: Mengenal Sosok Kamala Harris, Calon Wakil Presiden Kulit Hitam Pertama di AS

Tak mau dimakamkan di TMP

Sebagai seorang proklamator dan pemegang Bintang Republik Kelas 1, Bung Hatta sangat berhak untuk dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP).

Akan tetapi, ia meninggalkan amanat yang menyatakan ketidakinginannya untuk dimakamkan di Taman Makam Pahlawan sebelum berpulang.

Harian Kompas, 15 Maret 1980 memberitakan, keinginan Bung Hatta yang diwasiatkan adalah dimakamkan di Jakarta.

Baca juga: Tak Sembarangan, Ini Syarat Seseorang Bisa Dimakamkan di TMP Kalibata

Karenanya, pemerintah saat itu memilih pemakaman umum Tanah Kusir sebagai tempat peristirahatan terakhir Bung Hatta.

Keputusan tersebut dikeluarkan setelah mempertimbangkan rencana jangka panjang kompleks pemakaman umum Tanah Kusir yang tidak akan digusur lagi.

Meski dimakamkan di TPU Tanah Kusir, upacara kenegaraan masih tetap dilakukan.

Baca juga: Mengenang Pertempuran Surabaya, Cikal Bakal Peringatan Hari Pahlawan

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi