Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan
Bergabung sejak: 24 Mar 2020

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Jangan Ulang Sejarah Pagebluk Flu 1920

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/MUHAMMAD NAUFAL
ilustrasi pengguna masker. (shutterstock)
Editor: Heru Margianto

TERKAIT pagebluk Corona Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus bersabda “Each and every individual on the surface of the world actually has been affected”.

Sebagai seorang insan manusia yang sampai saat naskah ini ditulis kebetulan masih hidup, saya sepenuhnya setuju sabda dirjen lembaga kesehatan PBB tersebut.

Memang benar bahwa kehidupan setiap insan manusia yang berada di atas permukaan bumi pada hakikatnya terpengaruh oleh pagebluk Corona .

Laskar virus Corona yang sebenarnya secara ragawi sangat amat terlalu kecil terbukti memang mampu mempengaruhi peradaban umat manusia di seluruh pelosok planet bumi.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengaruh tidak selalu negatif namun juga tidak selalu positif namun selalu ada pengaruh terhadap kehidupan umat manusia baik secara individual mau pun komunal.

Positif

Akibat perang antara manusia melawan virus maka industri kesehatan mengalami masa keemasan seperti industri senjata pada masa perang antara sesama manusia melawan sesama manusia.

Maka produksi dan penjualan masker mendadak melonjak lebih tinggi ketimbang langit karena memang setiap insan manusa dianjurkan bahkan dipaksa untuk menggunakan masker demi melindungi kesehatan diri sendiri mau pun kesehatan masyarakat di lingkungan hidup masing-masing.

Bahkan industri adibusana mau pun industri benda mewah tidak ketinggalan asyik memetik benefit berupa profit dari kebutuhan umat manusia atas masker.

Vaksin Corona menjadi komoditas yang habis-habisan diperebutkan oleh para produsen mau pun ilmuwan vaksin akibat daya mengeruk laba luar biasa dahsyat dari pasar terang mau pun pasar gelap.

Vaksin Corona menjadi bahan perang bisnis global antara para negara dan bangsa yang merasa mampu memproduksi vaksin Corona yang menjadi primadona bisnis pelayanan kesehatan bersama bisnis obat farmasi serta jamu mau pun bisnis peralatan kesehatan yang dibutuhkan untuk menghadapi angkara murka virus Corona.

Vaksin Corona bahkan potensial menjadi senjata kaum imperialis ekonomi untuk menguasai dunia. Industri kesehatan senasib bagus dengan industri telekomunikasi terkait apa yang disebut sebagai on-line alias daring yang sedang mengalami masa panen raya.

Negatif

Sungguh memprihatinkan bahwa masyarakat miskin yang sudah cukup menderita akibat beban masalah ekonomi malah harus lebih menderita lagi akibat kehilangan kesempatan mencari nafkah akibat pagebluk Corona.

Akibat tidak semua industri mengalami masa keemasan malah justru mengalami masa kegelapan yang sangat gelap-gulita seperti industri pariwisata yang melibatkan perhotelan, restoran, transportasi dan segenap sektor industri jasa terkait pariwisata.

Mereka yang kehilangan sumber nafkah pada industri pariwisata sangat potensial menambah jumlah orang miskin di planet bumi ini akibat dampak bencana bola salju Corona. Meningkatknya kemiskinan dijamin berpengaruh buruk terhadap ekonomi dunia.

Sejak masa awal pagebluk Corona 2020 melanda dunia, di dalam naskah Wabah Penyakit Menular Terjadi Setiap 100 Tahun (kompas.com, 24 Maret 2020) saya sudah mengkawatirkan apa yang terjadi setelah pagebluk Flu 1920 terbukti memicu resesi ekonomi disusul depresi ekonomi global yang kemudian meledakkan Perang Dunia II.

Akibat saya tidak memiliki kemampuan apalagi kekuasaan untuk menyelamatkan umat manusia maka dengan penuh kerendahan hati saya bersujud untuk berdoa memohon perkenan Yang Maha Kuasa menganugrahkan Kekuatan Lahir dan Batin kepada umat manusia pada abad XXI demi tidak mengulang sejarah terburuk tergores pada lembaran sejarah peradaban umat manusia yang telah terjadi pada abad XX. Amin.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi