Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Hasman Zhafiri Muhammad, Anak dari Keluarga Petani yang Lulus dengan IPK Sempurna

Baca di App
Lihat Foto
Dok pribadi
Hasman Zhafiri Muhammad, peraih IPK 4 dengan predikat summa cum laude.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Memperoleh Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) sempurna merupakan prestasi tersendiri bagi mahasiswa. Pasalnya tak semua orang bisa mendapatkannya.

Hasman Zhafiri Muhammad (23) salah satunya.

Pemuda yang baru diwisuda pada 27 Februari 2021 lalu tersebut diketahui mendapatkan IPK sempurna 4,00 dengan predikat summa cum laude di Universitas Islam Indonesia (UII).

Baca juga: Masuk Daftar 100 Perempuan Paling Berpengaruh, Ini Deretan Prestasi Sri Mulyani

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Adapun prodinya Ahwal Syakhsiyyah (Hukum Keluarga Islam), Fakultas Ilmu Agama Islam.

Sejak 2016, pemuda yang akrab disapa Hasman ini mulai menginjakkan kaki di dunia perkuliahan.

Tak tanggung-tanggung, ia mengambil dua kuliah sekaligus (double degree).

Selain di UII, ia juga mengambil kuliah di Universitas Negeri Islam (UIN) Sunan Kalijaga prodi Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan.

Baca juga: Catatan Karier, Prestasi dan Segudang Penghargaan BJ Habibie

Hasman masuk ke UIN lewat jalur SPAN-PTKIN, sementara UII lewat jalur Bibit Unggul Beasiswa.

Ada alasan tersendiri mengapa Hasman bertekad kuliah di dua tempat yang berbeda. Pertama ia bercita-cita ingin menjadi guru, tetapi di sisi lain ia tidak dapat meninggalkan UII karena mendapat beasiswa.

Meski mengejar IPK, Hasman diketahui juga aktif berorganisasi di kedua kampusnya.

Ketertarikannya di bidang organisasi itu sudah dimulai sejak bersekolah di MAN 1 Yogyakarta.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Muhammadiyah Didirikan di Yogyakarta, Bagaimana Awal Mulanya?

Lantas, bagaimana caranya bisa mendapatkan IPK 4,00?

Hasman yang lahir di Bantul, 25 Maret 1998 itu mengaku menjalani perkuliahan seperti mahasiswa lainnya. Dia mengaku tetap belajar dengan tekun, mengenali karakteristik dosen, dan sebagainya.

"Semester pertama IP saya 4, jadi mulai dari situ saya bersungguh-sungguh supaya bisa mendapatkan 4 itu enggak hanya semester 1 saja tapi sampai semester 8," ungkap Hasman kepada Kompas.com, belum lama ini.

Sejak saat itu ia menargetkan IPK sempurna. Namun ternyata nilainya tak selalu bagus, sehingga Hasman rela untuk remedi.

"Suatu ketika hampir di puncak semester 6 itu saya mendapatkan A- dan A/B itu saja saya ulang (remedi), karena ingin banget mendapatkan pin emas," kata putra dari Sajadi dan Maryani itu.

Baca juga: Seni Perlawanan Anak Muda di Balik Poster Lucu Pendemo

Agar bisa kuliah di dua kampus sekaligus, Hasman mengatur jadwalnya saat input KRS. Ia membagi waktunya dengan seksama, sebelum tengah hari atau Dzuhur, dipergunakannya untuk kuliah di UII, setelahnya baru kuliah di UIN.

Butuh waktu sekitar setengah jam perjalanan dari UII ke UIN. Sehingga setelah sampai di UIN, dia masuk kelas lalu izin untuk shalat terlebih dahulu.

"Ya mungkin memang agak aneh tapi intinya semua itu perjuangan, cara mbagi waktu saya seperti itu," tuturnya.

Baca juga: Prestasi BJ Habibie, dari Pimpin Proyek N250 hingga Peroleh Penghargaan Bergengsi Edward Warner

Hasman tak hanya mengejar nilai akademis, tapi juga menyibukkan diri di organisasi. Di UII, ia juga aktif sebagai takmir Masjid Ulil Albab dan HMI FIAI UII.

Lalu di UIN di organisasi JQH Al Mizan divisi shalawat. Sebelumnya pada 2014-2015 saat masih di MAN Yogyakarta 1, Hasman juga aktif dalam Rois Am organisasi Kerohanian Islam.

"Organisasi kembali ke skala prioritas," ungkapnya.

Dia membagi waktu antara kuliah dan organisasi dengan porsi 60:40, dengan lebih berat di kuliah. Hasman mengutamakan kuliah, karena kuliah merupakan kewajiban.

Baca juga: Kisah di Balik Viralnya Kado Saham Wisuda Mahasiswi UI

Alasan di balik semuanya

Kuliah hingga di dua tempat yang dilakoni Hasman tersebut tentu mempunyai tujuan tertentu. Salah satunya yakni keinginan kuat untuk membahagiakan kedua orang tuanya. Terlebih, ia bukanlah dari keluarga kalangan mampu.

Ayahnya yang petani mengandalkan hasil tani untuk kebutuhan sehari-hari. Oleh karena itu, ia pun berkeinginan membahagiakan kedua orang tua.

"Orang tua saya itu selalu mengusahakan yang terbaik. Hasil dari tetangga, menjual hasil panen, bahkan enggak makan, orang tua saya rela demi anaknya supaya saya bisa KKN, magang, ngeprint tugas-tugas dan sebagainya," kata dia.

Selain itu, cita-citanya menjadi dosen atau pengajar juga melecutnya mendapatkan nilai sempurna itu. 

"Saya harap ada orang baik yang mau membantu saya atau nanti jika ada beasiswa S2 saya akan mendaftar," ujar pria asli Imogiri, Yogyakarta itu.

Baca juga: Kampus Mengajar: Insentif Rp 700.000 Per Bulan, Potongan UKT hingga Rp 2,4 Juta

Keinginannya menjadi dosen, juga karena ia ingin menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain.

"Ketika ilmu saya diajarkan kepada para mahasiswa tentunya saya akan mendapatkan pahala jariyah. Saya ingin profesi yang profesinya tidak hanya duniawi, tapi akhirat juga perlu kita pikirkan. Karena dosen mengajarkan ilmu bermanfaat," ungkapnya.

Dengan nilai IPK yang sempurna, imbuhnya menjadi jaminan terkait dengan beasiswa. Kendati demikian, kerap ia dianggap serba tahu atau paling pintar, padahal terkadang masih ada faktor lupa yang menghinggapi.

Hasman mengaku mendapatkan beasiswa pendidikan khusus profesi advokat dari UII.

Baca juga: Selain di Unesa, Berikut Sederet Kejadian Memilukan Saat Ospek Mahasiswa Baru

Saat ini dirinya magang di kantor Advokat Law Office Achiel Suyanto S and Partners. 

"Saya ingin menjadi dosen tapi ilmu saya di magang bisa dijadikan untuk menambah wawasan keilmuwan saya," katanya lagi.

Hasman menambahkan, apa yang diraihnya selama ini tidak akan terwujud tanpa bantuan pihak lain, mulai dari dukungan orang-orang di sekitarnya, mulai dari orang tua, orang tua asuh, hingga ustaznya.

"Sama mohon masukan dari ustaz Muhammad Nawawi dan Bu Nyai. Beliau selalu mensupport saya pokoknya doa," kata Hasman.

Saat ini, Hasman tengah berjuang menyelesaikan kuliahnya di UIN sambil proses magang. Targetnya, akhir tahun ini kuliahnya di UIN selesai.

Dia berpesan kepada mahasiswa yang masih menempuh pendidikan untuk giat belajar dan menyibukkan diri dengan kegiatan yang bermanfaat.

Baca juga: Tanya Jawab soal Bantuan Kuota Internet untuk Mahasiswa dan Dosen

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi