Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Profil Wakil Presiden RI: Adam Malik (1978-1983)

Baca di App
Lihat Foto
Sekretariat Wakil Presiden Republik Indonesia
Adam Malik, Wakil Presiden ke-3 Indonesia
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Adam Malik adalah Wakil Presiden ke-3 Republik Indonesia. Dia dipilih sebagai Wapres dalam Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang digelar pada Maret 1978.

Sebagai Wapres, Adam Malik bertugas mendampingi Presiden Soeharto, presiden yang menjabat saat itu.

Adam Malik menjabat sebagai wapres selama lima tahun, yakni sejak tahun 1978 hingga 1983.

Sebelum menjadi wapres di era Soeharto, Adam Malik sudah terlibat dengan urusan kenegaraan, bahkan sejak Indonesia masih mempersiapkan kemerdekaan.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dia merupakan salah satu aktivis pemuda yang membawa Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok, 15 Agustus 1945, dan medesak Dwitunggal untuk segera memproklamasikan kemerdekaan.

Adam Malik juga tergabung dalam komite aksi yang mengerahkan masyarakat untuk menghadiri rapat akbar, 19 September 1945, di Lapangan Ikada, Jakarta, untuk menyatakan dukungan sepenuhnya terhadap Pemerintah Indonesia yang baru terbentuk.

Adam Malik wafat 5 September tahun 1984 dalam usia 67 di Bandung karena sakit kanker lever.

Ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Dia dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada tahun 1998.

Baca juga: Profil Wakil Presiden RI: Hamengku Buwono IX (1973-1978)

Profil Adam Malik

Mengutip laman Kemdikbud, Adam Malik lahir di Pematang Siantar, 22 Juli 1917. Ayahnya bernama Abdul Malik Batubara, dan ibunya bernama Salama Lubis.

Dia merupakan salah satu pendiri Kantor Berita Masional Antara, pada tahun 1937.

Setelah kemerdekaan, Presiden Soekarno menunjuk Adam Malik sebagai Duta Besar Indonesia untuk Uni Soviet dan Polandia pada 1959, dan kemudian menjadi Menteri Perdagangan pada 1963.

Kemudian, dalam masa transisi Orde Lama menuju Orde Baru, Adam Malik ditunjuk oleh Presiden Soeharto sebagai Menteri Luar Negeri pada 1966.

Kiprahnya sebagai Menlu mengukuhkan posisi Indonesia di kancah pergaulan internasional.

Adam Malik menjadi salah satu deklarator terbentuknya Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) pada 1967. Dia juga pernah menjabat sebagai Ketua Sidang Majelis Umum PBB pada tahun 1971/1972.

Adam Malik kemudian menjabat sebagai Ketua DPR/MPR pada 1977. Kemudian, dalam Sidang Umum MPR, Maret 1978, Adam Malik terpilih menjadi Wakil Presiden.

Adam malik menggantikan Sultan Hamengku Buwono IX, yang secara tiba-tiba menyatakan tidak bersedia dicalonkan lagi.

Baca juga: Profil Presiden Ketujuh RI: Joko Widodo

Aktif berorganisasi sejak muda

Sejarawan Asvi Warman Adam, dalam tulisannya di Harian Kompas, 21 Juli 2017, menyebut bahwa Adam Malik sudah aktif berorganisasi sejak usia 17 tahun.

Dia merantau ke Jawa dan beberapa bulan menginap di rumah Yahya Nasution, pengikut Tan Malaka yang kemudian dibuang ke Digul.

Di lingkungan ini, Adam Malik terbiasa dalam gerakan bawah tanah menentang penjajah.

Adam Malik bekerja sebagai wartawan, dan merupakan salah seorang pendiri Antara, ketika masih berumur 20 tahun.

"Berperawakan kecil, ia dijuluki Si Kancil. Teman-temannya mengatakan, ia tidak banyak makan nasi, yang banyak adalah "makan minyak rambut" karena rambutnya selalu tersisir rapi," tulis Asvi Warman Adam.

Ketika menjabat wapres, pada 1982, Adam Malik sempat meluruskan sejarah Tugu Tani yang dituduh Sarwo Edhie Wibowo sebagai ”Patung Komunis”.

Menurut Adam Malik, patung itu disiapkan jauh sebelum meletus G30S. Soekarno meresmikan patung tersebut pada 1963.

Menurut Adam Malik, tatkala mengunjungi Uni Soviet sekitar 1960, Soekarno memintanya, sebagai Duta Besar Indonesia di Moskow, mencari pematung terkenal Rusia guna membuat patung perjuangan pembebasan Irian Barat.

"Dengan demikian, patung tersebut bukan pemikiran orang Soviet, melainkan pesanan Bung Karno sendiri," ujar Adam Malik.

Baca juga: Profil Presiden Kelima RI: Megawati Soekarnoputri

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi