Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Profil Wakil Presiden RI: Mohammad Hatta (1945-1956)

Baca di App
Lihat Foto
Dok. Kompas/Istimewa
Wakil Presiden pertama RI Mohammad Hatta
|
Editor: Rendika Ferri Kurniawan

KOMPAS.com - Mohammad Hatta merupakan sosok Wakil Presiden ke-1 Republik Indonesia pada 1945-1956.

Tokoh proklamator ini memiliki andil besar dalam perjuangan merebut kemerdekaan Indonesia dari penjajah.

Bersama-sama dengan Soekarno, Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Atas jasa, kedua tokoh itu pun dijuluki sebagai Bapak Proklamator Indonesia.

Jasa Hatta begitu besar untuk Indonesia. Ia dikenal sebagai Bapak Koperasi, Bapak Kedaulatan Rakyat, Bapak Hak Asasi Manusia, hingga Bapak Perumahan Nasional.

Seperti apa profil dari Mohammad Hatta? Simak selengkapnya.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Profil Presiden Ketujuh RI: Joko Widodo

Masa kecil

Hatta, lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat pada 12 Agustus 1902. Ia terlahir dengan nama asli Muhammad Athar.

Ayah Hatta, Muhammad Djamil, berasal dari Batu Hampar sekitar 16 kilometer dari Bukittinggi. Sedangkan, ibunya, Siti Saleha merupakan keturunan Minangkabau dan Jawa.

Sosok Hatta, menjadi yatim sejak ia berusia 8 bulan.

Hatta memiliki Kakek dari pihak ayahnya yakni Datuk Syekh Abdurrahman yang merupakan ulama besar dan pendiri surau di Batu Hamppar dekat Bukittinggi.

Surau tersebut cukup terkenal di tanah air dan Semenanjung Malaka.

Ayah Hatta berprofesi sebagai pedagang, sementara kehidupan ulama diteruskan oleh Paman Hatta, Syekh Arsyad.

Pamannya lah yang kemudian mendidik Hatta dalam bidang keagamaan saat usia Hatta tujuh tahun.

Nama asli Hatta, yakni Athar yang terinspirasi dari nama seorang tokoh penyair Persia, Fariduddin al Attar. Attar secara harafiah memiliki arti parfum.

Pengucapan Minangkabau inilah yang kemudian mengubah namanya menjadi Hatta.

Baca juga: Profil Presiden Pertama RI: Soekarno

Pendidikan

Muhammad Hatta tumbuh dan bersekolah di Bukittinggi dan Padang pada 1902-1917.

Ia bersekolah di MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) atau SMP berbahasa Belanda.

Semasa sekolah ia aktif sebagai bendahara Jong Sumatranen Bond (JSB) cabang Padang.

Setelah lulus dari MULO, ia berpindah ke Batavia meneruskan sekolah di Handel Middlebare School atau Sekolah Menengah Dagang.

Saat berada di Jakarta inilah Hatta kembali menjadi bendahara di JSB cabang Batavia.

Di sinilah aktivitas politiknya mulai terlatih. Ia semakin jauh terlibat dalam gerakan politik saat bertemu dengan Abdul Muis dan Haji Agus Salim.

Baca juga: Profil Presiden Kedua RI: Soeharto

Kisah cinta

Muhammad Hatta dikenal sebagai sosok serius yang begitu cinta tanah air.

Saking cintanya, ia bahkan bersumpah dirinya tidak akan menikah sebelum Indonesia Merdeka.

Hatta bahkan pernah berusaha didekatkan teman-temannya dengan seorang perempuan Polandia yang terkenal rupawan.

Hal tersebut sebagaimana dikisahkan dalam Majalah Tempo dalam Hatta, Jejak yang Melampaui Zaman (2010) sebagaimana pernah diberitakan Kompas.com (14/2/2016).

Hatta yang digoda, bergeming. Malam romantis berdua di sebuah kafe saat itu hanya berjung dengan makan malam dan keduanya kemudian berpisah.

Sementara itu, mengutip Hatta, Hikayat Cinta dan Kemerdekaan (2010) Hatta disebut pernah dijodohkan dengan seorang perempuan bernama Nelly.

Ia merupakan putri Mak Eteb Ayub yang merupakan pengusaha Minang yang dianggap seperti ayah angkat Hatta.

Mak Eteb Ayub memang dekat dengan Hatta, bahkan ia pernah ditangkap karena ketahuan membawa Hatta dalam sebuah perjalanan bisnis ke Jepang pada Februari 1933.

Namun Hatta tidak menikah dengan Nelly, dirinya tetap setia pada sumpahnya untuk tidak menikah sebelum Indonesia Merdeka.

Sementara itu, mengutip Historia, Mavin Rose dalam Indonesia Free: A Political Biography of Mohammad Hatta (1991) menuliskan, Hatta pernah dekat dengan seorang perempuan bernama Anni.

Anni adalah aktivis perempuan yang menjadi prasarana dalam Kongres Perempuan Indonesia III di Bandung.

Namun saat itu, Hatta masih setia dengan sumpahnya.

Anni kemudian menikah dengan Abdul Rachim yang adalah kawan dekat Soekarno. Dari pernikahan itu, lahirlah dua perempuan yakni Rahmi dan Titi.

Sosok Rahmi inilah yang kemudian dijadikan istri oleh Muhammad Hatta.

Hatta menikah pada usia 43 tahun sementara Rahmi saat itu berusia 19 tahun. Keduanya menikah pada 18 November 1945.

Meski demikian, Halida Hatta yang merupakan putri Hatta menilai Mavin Rose salah menilai Hatta.

Hal itu karena menurutnya Hatta baru pertama kali bertemu dengan Anni di tahun 1945 saat Soekarno datang melamar Rahmi untuk Hatta.

"Karena Bung Hatta dan nenek saya (mertua Hatta) beda usia cuma sembilan hari, maka keluarlah cerita seperti itu," kata Halida, seperti dikutip dari Historia sebagaimana dikutip dari Kompas.com (14/2/2016).

Baca juga: Profil Presiden Ketiga RI: Bacharuddin Jusuf Habibie

Karir

Hatta belajar di Belanda selama 11 tahun (1921-1932).

Di sana dirinya masuk Sekolah Tinggi Dagang di Rotterdam dan bergabung dengan Indonesische Vereniging yang kemudian menjadi Perhimpunan Indonesia.

Dirinya saat itu juga aktif berdiskusi dan menulis artikel hingga menjadi anggota dewan redaksi majalah Indonesia Merdeka (1922-1925).

Saat di Belanda ia banyak melakukan kontak dengan tokoh dunia seperti Jawaharlal Nehru dari India.

Namun aktivitas dan tulisan Hatta kemudian dianggap mengusik pemerintah kolonial.

Karena itulah ia ditangkap dan dipenjara di Den Haag Belanda pada 23 September 1927 sampai 22 Maret 1928.

Hatta kembali dipenjara tahun 1934 saat ia telah pulang ke Indonesia.

Tahun 1934-1935 ia pernah dibuang di Boven Digul, Irian Barat (sekarang Papua) serta pernah dibuang ke Banda Naira.

Ia juga pernah dipenjara di Sukabumi tahun 1942 dan bebas pada 9 Maret 1942.

Pada masa penjajahan Jepang, Hatta bersama Bung Karno, Ki Hajar Dewantoro, KH Moh Mansyur mendirikan Putera.

Pada 7 Agustus 1945, Hatta dipilih menjadi Wakil Ketua Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

Pada 17 Agustus 1945, bersama Soekarno, Hatta memproklamasikan kemerdekaan.

Hatta kemudian menjabat sebagai Wakil Predisen pada 18 Agustus 1945 dan mengundurkan diri 1 Desember 1956.

Saat menjadi Wapres, Hatta sempat merangkap jabatan sebagai Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan dari Januari 1948 sampai Desember 1949.

Ia juga merangkap sebagai PM dan Menteri Luar Negeri dalam Kabinet Republik Indonesia Serikat (RIS) Desember 1949-Agustus 1950.

Mohammad Hatta wafat pada 14 Maret 1980 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo setelah 11 hari dirawat.

Ia kemudian dimakamkan di TPU Tanah Kusir disambut upacara kenegaraan yang dipimpin Wakil Presiden Adam Malik.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi