Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Profil Wakil Presiden RI: Umar Wirahadikusumah (1983-1988)

Baca di App
Lihat Foto
indonesia.go.id
Foto Umar Wirahadikusumah, Wakil Presiden RI 1983-1988.
|
Editor: Rendika Ferri Kurniawan

KOMPAS.com - Umar Wirahadikusumah merupakan Wakil Presiden ke-3 Republik Indonesia.

Ia menjabat sebagai Wapres di era kepemimpinan Presiden Soeharto, dari 1983 hingga 1988, menggantikan Adam Malik.

Karir Umar yang gemilang, dari hanya pegawai perkebunan di Sumedang, hingga menjadi Pangkostrad dan terpilih sebagai Wapres.

Seperti apa profil dari Umar Wirahadikusumah ini? Simak selengkapnya.

Baca juga: Profil Presiden Ketujuh RI: Joko Widodo

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masa kecil

Umar lahir pada 10 Oktober 1924 di Situradja, Sumedang, Jawa Barat.

Ia putra kelima dari pasangan Raden Rangga Wirahadikusumah, Wedana Ciawi, Tasikmalaya dan Rd Ratnaningrum, putri Patih Demang Kartamenda di Bandung.

Harian Kompas, 1 Maret 1983 memberitakan, ibunya meninggal dunia ketika Umar jasih kecil.

Sepeninggal ibunya, ia dan saudara-saudaranya dirawat oleh neneknya, Nyi R Raja Juwita yang ketika itu tinggal di Cicalengka.

Selama di Cicalengka, Umar sempat masuk taman kanak-kanak dan kelas satu di HIS.

Setelah neneknya meninggal, ayahnya yang saat itu menjadi wedana membawanya ke Ciawi sekitar 1928-1929. Umar pun melanjutkan sekolah di ELS Tasikmalaya dan MULO Pasundan.

Baca juga: Profil Wakil Presiden RI: Mohammad Hatta (1945-1956)

Remaja

Saat remaja, Umar memiliki paras yang tampan dan bertubuh atletis. Karena wajahnya yang miril Errol Flyn, Umar mendapat julukan si Errol Flyn MULO Pasundan.

Meski berasal dari keluarga terpandang, Umar tak pernah menunjukkan statusnya dan bergaul dengan siapa pun.

Saat menghadapi masa-masa terakhir kelas tiga di MULO, Jepang masuk ke Indonesia.

Beruntung, Umar sempat ikut ujian akhir dan memperoleh ijazah darurat sebelum sekolah itu dibubarkan.

Ia juga sempat mendaftar di Mosvia, Bandung. Namun sebelum mengikuti uji masuk, sekolah tersebut ditutup oleh Jepang.

Baca juga: Profil Wakil Presiden RI: Adam Malik (1978-1983)

Masa kemerdekaan

Sempat bekerja sebagai pegawai perkebunan di Sumedang sejak 1940, Umar kemudian diangkat sebagai Komandan Peleton Tasikmalaya (1942), seperti dikutip dari Harian Kompas, 26 Februari 1983.

Selanjutnya dipercaya menjadi Komandan Peleton Pangandaran (1943) dan Komandan TKR Cicalengka dengan pangkat kapten pada 1945.

Pada 1947, ia dipercaya menjadi ajudan Panglima Divisi III/Siliwangi di Tasikmalaya, Direktur Latihan Operasi di Garut, dan Komandan Brigade I/III/V Cirebon.

Setahun kemudian, ia menjabat sebagai Komandan Brigade IV di Solo dan sebelum menjadi Pangdam V/Jaya, ia juga pernah menjadi Kepala Staf Brigade L Cirebon.

Riwayat perjuangannya antara lain, ikut dalam pelecutan senjata Jepang di Cicalengka (1945), menghadapi kerusuhan "Merah" di daerah Cirebon, Brebes, dan Tegal (1946-1947).

Selain itu, ia juga ikut menghancurkan pasukan Sutan Akbar Ciniru/Kuningan (1947), menumpas peristiwa Madiun sebagai Komandan Bataliyon IV, dan menumpas DI Jawa Barat pada 1950-1952.

Baca juga: Profil Wakil Presiden RI: Hamengku Buwono IX (1973-1978)

Penumpasan PKI

Nama Umar semakin banyak dikenal setelah ia berhasil menumpas PKI pada 1965.

Saat itu, ia menjabar sebagai Panglima Kodam V/Jaya.

Sebelumnya, Kodam V Jaya berstatus sebagai Komando KOta Besar Jakarta Raya dan ia menjadi komandonya sejak 1959.

Pada 6 Desember 1965, Umar membubarkan PKI beserta ormas dan organisasi pendukungnya.

Sejak saat itu, semua kegiatan lanjutan PKI dinyatakan bertentangan dengan hukum dan dikualifikasikan subversif.

Setelah lima tahun menjadi Pangdam V/Jaya, Umar menggantikan Jenderal Soeharto sebagai Panglima Kostrad pada 1965.

Sejak saat itu, kariernya terus menanjak. Selain Pangkostrad, ia merangkap jabatan sebagai Panglima Komando Mandala Siaga.

Pada 1967, ia diangkat menjadi Wakil Panglima Angkatan Darat, lalu sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) pada 1969 hingga 1973.

Baca juga: Profil Presiden Pertama RI: Soekarno

Karier pemerintahan

Selain menjadi anggota MPR periode 1971-1977, Umar juga dipercaya menjabat sebagai Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

Baru delapan bulan menjabat, Umar menyampaikan 300 perintah pelaksanaan operasional yang menyangkut pekerjaannya.

Ia juga kerap memerintahkan bawahannya untuk memeriksa keuangan secara mendadak di daerah-daerah.

Sebuah pernayataan kontroversial Umar pernah dimuat di surat kabar pada 1981. Kala itu ia mengatakan bahwa tak ada satu pun departemen yang bersih dari penyelewengan.

Puncaknya, ia diangkat menjadi Wakil Presiden periode 1983-1988 setelah dicalonkan oleh Fraksi Karya Pembangunan, Fraksi ABRI, dan Fraksi Utusan Daerah.

Baca juga: Profil Presiden Pertama RI: Soekarno

Akhir hidup

Harian Kompas, 22 Maret 2003 memberitakan, Umar menderita jantung sejak 1989, setahun setelah melepas jabatannya sebagai wapres.

Menurut keterangan dokter pribadinya, Brigjen Buddy Utomo, Umar saat itu sempat menjalani operasi jantung (bypass) di Hers Und Diabetes Zentrum di Jerman.

Setelah operasi iu, kesehatan Umar cukup baik dan tetap bisa bermain golf hingga 2002.

Pada September 2002, Umar mulai mengalami lemah jantung dan kembali melakukan kontrol ke Jerman.

"Dari rumah sakit tersebut disampaikan bahwa jantung beliau sudah demikian lemah. Setelah kembali ke Indonesia, mulai dirawat home care. Tapi, kondisinya makin lama makin menurun," kata Buddy Utomo.

Karena kondisi kesehatan terus menurun, Umar pada 5 Maret 2003 dilarikan ke RSPAD Gatot Soebroto.

Pada 21 Maret 2003, Jenderal (Purn) Umar Wirahadikusumah tutup usia dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi