Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bergabung sejak: 20 Mar 2020

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Smes dan Sekak ala Netizen Indonesia

Baca di App
Lihat Foto
PEXELS.com
Ilustrasi
Editor: Laksono Hari Wiwoho

Oleh: Sinta Paramita

ALL ENGLAND merupakan ajang pertandingan bulu tangkis paling bergengsi di dunia. Para atlet bulu tangkis dari berbagai negara berkompetisi untuk meraih kemenangan di ajang ini.

Tak jarang, atlet yang meraih kemenangan dalam kompetisi tersebut menjadi atlet paling tangguh dan disegani oleh atlet lain.

Tim Merah Putih Indonesia merupakan salah satu tim yang disegani. Indonesia tercatat meraih 48 gelar dalam All England dan menempatkan Indonesia di posisi keempat dalam daftar negara peraih gelar terbanyak di turnamen ini. Tentu saja All England juga menjadi buruan atlet badminton Indonesia yang haus akan prestasi.

Larangan Badminton World Federation (BWF) terhadap tim Garuda untuk bertanding di All England 2021 berawal dari dugaan adanya penumpang pesawat yang tumpangi oleh Tim Merah Putih berserta dengan tim dari negara lain terindikasi positif Covid-19.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Simpang siur informasi dan perlakuan yang kurang baik yang dialami pemain Merah Putih, memicu komentar-komentar kekecewaan dari para atlet yang diunggah di media sosial.

Komentar tersebut langsung disambar oleh smes netizien Merah Putih yang mulai marah mengetahui kejadian tersebut.

Salah satu kekuatan dari smes tersebut berujung pada penutupan akun Instagram @allenglandofficial oleh Instagram.

Penutupan akun ini bisa terjadi jika sebuah akun dilaporkan sebagai spam atau tidak pantas (inappropriate).

Dari Inggris kita kembali ke Tanah Air. Belum lama ini jagat maya kembali bergolak oleh pertarungan Dadang "Dewa Kipas" Subur dengan Woman Grand Master (WGM) Irene Kharisma Sukandar.

Pertandingan tersebut disiarkan secara langsung oleh Youtube Deddy Corbuzier pada 22 Maret 2021 dan setidaknya sudah ditonton 7,7 juta kali.

Pada dasarnya pertandingan merupakan hal biasa dalam olahraga, namun kali ini berbeda. Sebelum kita membahas keunikan duel tersebut, kita tengok ke belakang mengapa ini menjadi ramai.

Keramaian ini berawal dari pertandingan antara Dewa Kipas dan Levy GothamChess, seorang internasional master asal Amerika Serikat, pada platform Chess.com.

Pertandingan kali ini berujung pada kekalahan GothamChess dan hal ini disinyalir bukan kekalahan murni. Dewa Kipas diduga melakukan kecurangan.

GothamChess melaporkan kecurangan Dewa Kipas melalui Chess.com yang berujung kepada pemblokiran akun milik Dadang.

Kekecewaan Dewa Kipas mendapat respons dari netizen Indonesia. Dari sinilah sekak untuk GothamChess diluncurkan netizen Indonesia dari berbagai media sosial, khususnya Twitter.

Menurut Irene dalam podcast Deddy, Dewa Kipas terindikasi melakukan kecurangan saat bermain catur online.

Sebagai bentuk pembuktian, Deddy menggelar tarung Dewa Kipas dan Irene yang disiarkan live streaming melalui akun Youtube Deddy Corbuzier. Hasil dari pertandingan ini dimenangkan oleh Irene dengan skor 3-0.

Berkaca dari kasus All England dan Dewa Kipas, yang menarik di sini adalah pola perilaku netizen Indonesia dalam memanfaatkan media sosial.

Menurut laporan Microsoft Digital Civility Index (DCI) yang dilansir Kompas.com, warganet Indonesia masuk dalam klasifikasi paling tidak sopan se-Asia.

Ada tiga alasan mengapa warga jagat maya di Tanah Air mendapat label tersebut. Pertama soal ketidakpastian. Netizen seringkali tidak mendapatkan informasi yang benar, sehingga apa yang mereka dapatkan melalui media sosial dianggap sebagai sebuah kebenaran.

Yang kedua terkait kesulitan ekonomi. Masa pandemi Covid-19 menambah masalah ekonomi yang dihadapi pengguna internet di Indonesia.

Yang ketiga soal respons atas rasa frustrasi melalui kebencian di media sosial. Hal ini merupakan pelampiasan atas apa yang dialami pada masa pandemi.

Dalam gerakan opini digital atau digital movement of opinion (DMO), upaya yang dilakukan penduduk virtual Indonesia bersifat spontan dalam menanggapi hal yang sedang terjadi.

Dalam kasus All England 2021, penutupan akun @allenglandofficial dan komentar negatif merupakan efek dari gerakan opini digital.

Begitu pula kasus Dewa Kipas yang berujung perundungan kepada GothamChess. Belakangan, kekalahan dari Irene juga memantik komentar miring kepada Dewa Kipas.

Berikut ini adalah tarikan data hashtag #allenglandopen2021unfair (gambar atas) dan #Dewakipas (gambar bawah) di Twitter melalui aplikasi Netlytic.com olahan data social network analysis (SNA) dengan menarik 10.000 data.

UNTAR/SINTA PARAMITA Social network analytics All England dan Dewa Kipas melalui Twitter

Artikel ini tidak akan memaparkan secara detail hasil SNA, tetapi akan memberikan gambaran kesibukan netizen Indonesia dalam mengomentari kedua kejadian tersebut di Twitter dalam SNA.

Jika diperhatikan lebih dalam, akan terlihat akun-akun yang paling aktif mengunggah dan retweet, lebih dalam lagi kita akan mengetahui masing-masing komentar dari netizen tersebut.

Kekuatan digital movement of opinion netizen Indonesia ini tidak sepenuhnya mengarah pada hal negatif. Ada juga yang mengarah pada hal-hal positif.

Kerumitan gambaran SNA di atas sebetulnya merupakan sebuah kekuatan perhatian warganet terhadap isu-isu nasionalitas yang ingin ditunjukkan dalam ruang virtual. Seperti dukungan terhadap tim Merah Putih dengan tagar #pitahitammelawan di media sosial khususnya Instagram dan masih banyak lagi.

Kekuatan digital movement of opinion dapat menjadi keunggulan Indonesia dalam menciptakan reputasi bangsa Indonesia yang baik dalam bidang ekonomi, politik, sosial, budaya, dan hukum di mata internasional.

Fenomena ini menarik untuk dikaji lebih dalam dari bidang ilmu komunikasi dan berbagai ilmu lain. Menguak apa yang sebenarnya terjadi dengan warga alam maya, apa yang menyebabkan ini terjadi dan bagaimana ini terjadi, serta seperti apa upaya penanggulangannya, menjadi perhatian khusus bagi banyak penelitian saat ini.

Riset yang dihasilkan dari fenomena komunikasi saat ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pemangku kepentingan dan bagi masyarakat Indonesia untuk menciptakan dunia virtual yang humanis, berintegritas, sehat dan bermartabat.

Sinta Paramita
Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi