Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Profil Wakil Presiden RI: Boediono (2009-2014)

Baca di App
Lihat Foto
Youtube/Sekretaris Presiden
Wakil Presiden RI ke-11 Boediono
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Prof Boediono adalah wakil presiden di periode kedua pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (2009-2014).

Ia menggantikan wakil presiden sebelumnya, Jusuf Kalla.

Ia menjadi wakil presiden yang berlatarbelakang ekonomi dan non-partisan, selain Mohammad Hatta.

Dilansir dari buku Ekonomi Indonesia, Mau Kemana? (2010) karya Boediono, ia sebenarnya sempat dicanangkan sebagai wakil presiden pada periode pertama. Namun saat itu Boediono memilih untuk istirahat dari dunia politik dan fokus mengajar.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Profil Presiden Pertama RI: Soekarno

Lantas, bagaimana sepak terjang Boediono? Berikut profil sosok Boediono:

Latar pendidikan

Boediono lahir pada 25 Februari 1943 di Blitar, Jawa Timur. Ia menikahi Herawati dan dikaruniai 2 anak.

Ia menempuh pendidikan di kota kelahirannya, mulai dari SD sampai SMA. Kemudian pada 1967, ia kuliah di Universitas Western Australia dan mendapat gelar sarjana ekonomi.

Lima tahun setelahnya, Boediono melanjutkan studinya untuk mendapatkan gelar master di Universitas Monash.

Kemudian pada 1979, ia mencapai gelar PhD di bidang ekonomi dari Wharton School, Universitas Pennsylvania, yang merupakan salah satu perguruan terbaik di dunia.

Di usia 56 tahun, Boediono menerima penghargaan dari pemerintah Indonesia. Ia mendapat Bintang Mahaputra Adipradana.

Penghargaan lainnya ia dapat dari University of Western Australia pada 2007. Melalui penghargaan itu, ia dinobatkan sebagai "Distinguished International Alumnus Award".

Baca juga: Profil Wakil Presiden RI: Jusuf Kalla (2004-2019)

Karier politik

Pada 1998-1999, Boediono diangkat menjadi Menteri Negara Perencanaan dan Pembangunan Nasional atau Kepala Bappenas.

Saat itu pemerintahan dipimpin oleh BJ Habibe dalam Kabinet Reformasi Pembangunan.

Setelahnya, Boediono mengambil peran sebagai Menteri Keuangan di masa pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri.

Pada 2001 sampai 2004, Boediono ambil bagian dalam susunan menteri dengan sebutan Kabinet Gotong Royong tersebut.

Baca juga: Profil Presiden Kelima RI: Megawati Soekarnoputri

Karier politiknya terus berlanjut dengan menjabat sebagai Menko Perekonomian dalam Kabinet Indonesia Bersatu, pada 5 Desember 2005 sampai 17 Mei 2008.

Ia pun sempat menjabat sebagai Gubernur Bank Indoensia (BI) sampai 2009, dengan masa jabatan hanya satu tahun. DPR mengesahkannya menjadi Gubernur BI menggantikan Burhanuddin Abdullah.

Boediono mengundurkan diri dari jabatan Gubernur BI lantaran dicalonkan menjadi wakil presiden mewakili Susilo Bambang Yudhoyono pada pemilihan umum (Pemilu) 2009.

Baca juga: Kasus Jiwasraya, dari Bermasalah sejak Era SBY hingga Bungkamnya Erick Thohir

Terobosan yang pernah dibuat

Dalam Ekonomi Indonesia, Mau Kemana? (2010), menyebutkan bahwa Boediono mampu melepaskan Indonesia dari bantuan Dana Moneter Internasional dan mengakhiri kerja sama dengan lembaga tersebut.

Business Week menyebut Boediono sebagai menteri paling berprestasi di jajaran kabinet saat itu.

Selama menjabat sebagai Menko Perekonomian, Boediono didampingi oleh Dorodjatun Kuntjorojakti. Mereka mendapat julukan sebagai The Dream Team.

Baca juga: Profil Wakil Presiden RI: Hamzah Haz (2001-2004)

Julukan itu diperoleh atas prestasinya dalam upaya stabilisasi makro-ekonomi Indonesia pasca-krisis moneter 1998.

Pada 1998, krisis utang luar negeri swasta mendorong tekanan pada rupiah. Tingkat depresiasi rupiah mencapai sekitar 600 persen dalam kurun waktu kurang dari satu tahun, yaitu dari Rp 2.350 per dollar AS menjadi Rp 16.000 per dollar AS.

The Dream Team berhasil menstabilkan kurs rupiah di kisaran Rp 9.000 per dollar AS.

Baca juga: Profil Wakil Presiden RI: Sudharmono (1988-1993)

Kehidupan sekarang

Setelah lengser dari jabatan wakil presiden, Boediono kembali mengajar di Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada (UGM). Ia dan istrinya menetap di Yogyakarta.

Pada Februari 2007, Boediono diangkat menjadi guru besar UGM.

Meski terjun di dunia politik sekian tahun, Boediono tetap ingin membagi ilmunya dengan menjadi tenaga pengajar.

"Kalau masih diperkenankan, saya tetap ingin mengajar di sini. Lebih asyik, karena ada yang mau mendengarkan saya. Kalau sudah ketemu pejabat, justru saya yang harus mendengar dia bicara," kata Boediono, dilansir dari ugm.ac.id, 25 Mei 2009.

Di masa pandemi Covid-19, Boediono turut menyuarakan keprihatinannya saat memberikan testimoni HUT ke-75 Republik Indonesia.

"Ini bukan sekedar resesi, bukan sekedar depresi, tetapi paralisis. Suatu sistem yang tiba-tiba membeku. Dan ini yang perlu kita pahami, untuk kembali ke suatu yang bisa berjalan normal lagi itu memerlukan waktu," ucapnya, dilansir dari Kompas.com, 8 Agustus 2020.

Baca juga: Profil Wakil Presiden RI: Mohammad Hatta (1945-1956)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi