Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[HOAKS] Pernyataan IDI terkait Pandemi Covid-19

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/AKBAR BHAYU TAMTOMO
Ilustrasi hoaks.
|
Editor: Rendika Ferri Kurniawan

KOMPAS.com - Sebuah narasi yang mengatasnamakan organisasi Ikatan Dokter Indonesia (IDI) beredar di media sosial Facebook.

Narasi berisi ajakan agar masyarakat Indonesia tidak percaya tentang adanya pandemi Covid-19, serta menyebut bahwa pandemi Covid-19 adalah bentuk "pembodohan global".

Dari konfirmasi tim Cek Fakta Kompas.com, informasi tersebut adalah tidak benar alias hoaks.

Narasi yang beredar

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diketahui, narasi tersebut disebarkan di media sosial Facebook oleh akun Tn Tara PBworked pada Minggu (21/3/2021).

Berikut narasi selengkapnya:

"Wahaiii warga negara indonesia ku tercinta...sadarr lah akan fitnah wabahh ini..kita sedang d jajah negara lain..dgn mengemparkan wabah covid 19 agar kita menjadi warga negara yg bodoh dan tidak memiliki generasi2 hebat...!

_Tulisan ini *dari kawan-kawan komunitas IDI* ( Ikatan Dokter Indonesia ) Tulisan nya bagus dan ilmiah_

*JANGAN TERMAKAN PEMBODOHAN* BERPIKIRLAH DENGAN *AKAL SEHAT* AGAR SELALU *SEHAT PULA SELURUH TUBUHNYA*

Terus terang kami paham sebenarnya *apa yang terjadi,* hakekatnya *udara didunia ini bersih* dan *sehat, tidak ada pandemi,* tidak ada covid dan *tidak ada virus* yang berterbangan *yang mematikan,* semua itu adalah *bentuk pengelabuan* dan *pembodohan global* !

Contoh negeri *Swedia, Korea Utara, Chechnya, Tajikistan* dan sebagian *negeri-negeri Islam ex jajahan Soviet* adalah negeri *yang aman sehat semua rakyatnya* tidak ada satupun *yang diklaim terkena covid,* kok bisa ?

Karena *negara-negara tersebut tegas menolak keras himbauan dari WHO*, karena bagi negara tersebut ini adalah *'isu pandemi'* bukan 'wabah pandemi', *dengan tujuan mematikan perekonomian* dan *sosial masyarakat suatu negara*.

Secara *LOGIKA saja, pertama* bila covid ini disebut *pandemi* ( wabah *virus* yang *mematikan* ), *tentunya* dan *seharusnya* orang-orang disekitar kita *sudah banyak yang mati bergelimpangan* pula dan *berjatuhan* di *jalan-jalan,* di *pasar-pasar*, *dirumah-rumah mereka sendiri* pada *berjatuhan mati* seperti yang *kita lihat* yang terjadi *di wuhan china sana*, tidak harus mati *di rumah sakit*, karena katanya *pandemi* ?

*Masih percayakah yang mati berjatuhan* di *jalan-jalan* di *wuhan china* itu adalah *karena covid* ? Ternyata *China RRC telah berhasil membuat pembodohan* kepada *seluruh dunia.*
*Logika kedua,* bisa dipikir *dengan akal sehat* saja *kasus-kasus* yang terjadi *mengapa orang-orang yang diklaim 'positif'* lalu *karantina dirumah* sendiri ( mandiri ) *99% tidak pernah ada satupun korban yang meninggal,* betul ?

*Tapi yang di karantina di rumah sakit* pasti banyak dari *teman-teman kita* dan *saudara kita* yang kita cintai *meninggal* mereka hanya menjadi *korban kematian* justeru *saat dirumah sakit.*

*Mengapa kasus korban kematian covid*,"

Konfirmasi Kompas.com

Untuk mengetahui kebenaran narasi tersebut, tim Cek Fakta Kompas.com menghubungi Ketua IDI Dr Daeng M Faqih.

Daeng mengatakan, organisasi IDI tidak pernah mengeluarkan pernyataan tersebut.

"Bukan dari IDI, hoaks," kata Daeng saat dihubungi Kompas.com, Selasa (23/3/2021).

Daeng menambahkan, untuk mendapatkan informasi resmi dari IDI, masyarakat perlu mengakses laman resmi organisasi.

Laman resmi IDI dapat diakses di http://www.idionline.org/.

"Masyarakat perlu akses ke laman resmi organisasi," ujar Daeng.

Kesimpulan

Dari konfirmasi tim Cek Fakta Kompas.com, narasi yang berisi ajakan untuk tidak percaya dengan keberadaan pandemi Covid-19 dan disebut dikeluarkan oleh IDI adalah tidak benar alias hoaks.

Ketua IDI Dr. Daeng M Faqih menyatakan, bahwa organisasi IDI tidak pernah mengeluarkan pernyataan tersebut.

Daeng mengatakan, informasi resmi dari IDI bisa diakses oleh masyarakat melalui laman resmi organiasi di http://www.idionline.org/ 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi