Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenang Peristiwa Bandung Lautan Api, Bagaimana Sejarahnya?

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/DENDI RAMDHANI
Ribuan warga Bandung saat membawa obor dalam peringatan sejarah Bandung Lautan Api ke 72, Jumat (23/3/2018) malam.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Hari ini, 75 tahun lalu, atau tepatnya pada 24 Maret 1946, terjadi peristiwa Bandung Lautan Api.

Saat itu warga Bandung rela membakar kotanya demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Peristiwa tersebut berawal dari datangnya Sekutu pada Oktober 1945 di Bandung.

Baca juga: Mengenang Sosok Bung Hatta, dari Sepatu Bally hingga Tak Mau Dimakamkan di Taman Makam Pahlawan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengutip buku Bandung 1945-1946 (2019) karya Egi Azwul Fikri, peristiwa Bandung Lautan Api dilatarbelakangi beberapa hal.

Salah satunya tuntutan Brigade Mac Donald terhadap warga Bandung untuk menyerahkan semua senjata Jepang yang sudah dilucuti pemuda ke pihak Sekutu.

Selain itu juga karena:

Baca juga: Mengenang Pertempuran Surabaya, Cikal Bakal Peringatan Hari Pahlawan

Tanggapan ultimatum

Bandung dibagi menjadi dua wilayah untuk membangun markas Sekutu. Wilayah utara dikuasai Sekutu dan NICA, sedangkan wilayah selatan dikuasai oleh Tentara Republik Indonesia (TRI) dengan jalur rel kereta api sebagai batas wilayahnya.

Mengutip Kompas.com, 23 Maret 2021, satu hari sebelumnya, 23 Maret 1946, Nederlands Indies Civil Administration (NICA) dan Inggris mengultimatum TRI untuk mundur sejauh 11 kilometer dari pusat kota dalam waktu 24 jam.

Ultimatum diberikan dalam beberapa kali. Sebelumnya, pada 20 Desember 1945, ultimatum juga diberikan.

Baca juga: Tak Sembarangan, Ini Syarat Seseorang Bisa Dimakamkan di TMP Kalibata

Terdapat perbedaan dalam menanggapi ultimatum tersebut. Komandan Divisi III yang saat itu memimpin TRI, AH Nasution, menuruti perintah pemerintah pusat melalui Syarifuddin Prawiranegara untuk segera meninggalkan Kota Bandung.

Namun, Markas Besar Tentara Rakyat Indonesia (TRI) yang bertempat di Yogyakarta menginginkan Bandung dipertahankan, dijaga setiap jengkalnya, walaupun harus mengorbankan nyawa.

Keputusan diambil. Rakyat Bandung mundur, tapi TRI dan laskar-laskar tetap bertahan dan berjuang mempertahankan tanah Bandung Selatan. Tapi pada akhirnya tetap mengungsi karena keadaan tak memungkinkan melawan musuh.

Baca juga: Hari Pahlawan 2020, Ini Profil Enam Tokoh Pahlawan Nasional Baru

Lalu keputusan meninggalkan Bandung diambil melalui musyawarah Majelis Persatuan Perjuangan Priangan (MP3) pada hari itu juga yang dihadiri semua barisan perjuangan.

Sementara itu tindakan pembumihangusan diusulkan oleh Rukana yang saat itu menjabat sebagai Komandan Polisi Militer di Bandung.

Setelah keputusan disepakati, AH Nasution menginstruksikan agar rakyat segera meninggalkan Bandung. Mereka mengungsi ke berbagai daerah di sekitarnya.

Kemudian setelah kosong, kota dibakar, mulai dari rumah hingga gedung. Hal itu dilakukan agar Sekutu tidak dapat menggunakan dan memanfaatkannya. Rakyat tidak rela kotanya diambil alih pihak musuh.

Baca juga: Kisah Pengambilan Jasad 7 Pahlawan Revolusi di Sumur Lubang Buaya

Bandung menyala

Bangunan pertama yang dibakar yaitu bangunan Indische Restaurant yang sekarang lokasinya sekitar Bank BRI di Jalan Asia-Afrika sekitar pukul 21.00 WIB.

Mengutip Kompas.com, 21 Agustus 2020, Pembakaran ini dilakukan pada malam hari bersamaan dengan keluarnya mereka dari Bandung.

Peristiwa tersebut dilakukan oleh 200 ribu orang dalam waktu 7 jam.

Hal tersebut membuat Sekutu tidak dapat memakai Bandung sebagai markas militer. Akibat pembakaran tersebut, seketika itu Bandung dipenuhi dengan api yang berkobar dan peristiwa tersebut dikenal dengan Bandung Lautan Api.

Baca juga: Sejarah KFC dan Awal Mula Pendiriannya...

Melansir Harian Kompas, 1 April 1987, mengutip memoar AH Nasution "Memenuhi Panggilan Tugas", tergambar suasana pada malam Senin 24 Maret 1946.

Tentara membakar sendiri markasnya, asrama-asramanya, dan bangunan-bangunan penting. Sementara itu rakyat juga membakar rumahnya masing-masing.

Semua jalan keluar mulai dari selatan Cimahi sampai Ujungberung di timur, dipenuhi oleh rakyat yang mengungsi, terutama jalan Dayeuhkolot dan Margahayu. Ada puluhan ribu rakyat yang hanya membawa sedikit harta yang bisa diselamatkan.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Gunung Agung Meletus 17 Maret 1963, Ribuan Orang Tewas

Hujan turun rintik-rintik sepanjang malam, langit terang benderang oleh lautan api, dan udara dipenuhi oleh ledakan dan tembakan.

Peristiwa itu disambut Yogya dengan protes, mengapa Bandung tidak dipertahankan sampai titik darah terakhir?

Nasution mengatakan bagaimanapun Tentara Rakyat Indonesia (TRI) yang hanya punya 100 pucuk senapan efektif, tidak mungkin dapat menangkis Divisi ke-23 dalam ruangan yang begitu sempit.

Kalau memang harus jatuh, lebih baik sekutu hanya menerima puing-puingnya saja sementara TRI tetap dapat utuh dan melanjutkan gerilya dalam kota setiap malam.

Baca juga: Viral Video Pohon Berasap di Kota Bandung, Bagaimana Ceritanya?

(Sumber: Kompas.com/Reni Susanti, Serafica Gischa | Editor: Farid Assifa, Serafica Gischa)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi