Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

UPDATE Corona 24 Maret: 10 Negara dengan Kasus Covid-19 Tertinggi | WHO Dorong Produsen Lisensikan Teknologi Pembuatan Vaksin Corona

Baca di App
Lihat Foto
STAR TRIBUNE/AARON LAVINSKY via AP
Foto tertanggal 7 Desember 2020 memperlihatkan para perawat di UGD North Memorial Health Hospital di Robbinsdale, Minnesota, sedang merawat pasien Covid-19.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Penyebaran virus corona secara global, masih terus bertambah dari hari ke harinya.

Melansir data dari laman Worldometers, hingga Rabu (24/3/2021) pagi, total kasus Covid-19 di dunia terkonfirmasi sebanyak 124.775.404 (123 juta) kasus.

Dari jumlah tersebut, sebanyak 100.694.684 (99 juta) pasien telah sembuh, dan 2.745.139 orang meninggal dunia.

Kasus aktif hingga saat ini tercatat sebanyak 21.335.581 dengan rincian 21.244.279 pasien dengan kondisi ringan dan 91.302 dalam kondisi serius.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Simak 3 Gejala Baru Covid-19, dari Anosmia hingga Parosmia

Berikut 10 negara dengan jumlah kasus Covid-19 terbanyak:

  1. Amerika Serikat: 30.633.331 kasus, 556.792 orang meninggal, total sembuh 22.924.165
  2. Brasil: 12.136.615 kasus, 298.843 orang meninggal, total sembuh 10.601.658
  3. India: 11.733.594 kasus, 160.477 orang meninggal, total sembuh 11.203.016
  4. Rusia: 4.474.610 kasus, 95.818 orang meninggal, total sembuh 4.088.045
  5. Perancis: 4.313.073 kasus, 92.908 orang meninggal, total sembuh 283.507
  6. Inggris: 4.307.304 kasus, 126.284 orang meninggal, total sembuh 3.712.658
  7. Italia: 3.419.616 kasus, 105.879 orang meninggal, total sembuh 2.753.083
  8. Spanyol: 3.234.319 kasus, 73.744 orang meninggal, total sembuh 2.992.848
  9. Turki: 3.061.520 kasus, 30.316 orang meninggal, total sembuh 2.863.882
  10. Jerman: 2.689.205 kasus, 75.708 orang meninggal, total sembuh 2.433.800

Baca juga: Meski Haram, Berikut 5 Alasan MUI Bolehkan Penggunaan Vaksin Covid-19 AstraZeneca

Indonesia

Kasus virus corona di Indonesia tercatat juga mengalami peningkatan, baik dari jumlah kasus, sembuh, maupun yang meninggal dunia.

Hingga Selasa (23/3/2021) pukul 12.00 WIB, kasus positif Covid-19 bertambah sebanyak 5.297. Sehingga jumlahnya saat ini menjadi 1.471.225 orang.

Sedangkan untuk kasus sembuh, juga ada penambahan sebanyak 6.954 orang.

Penambahan itu sekaligus menjadikan total pasien yang telah sembuh menjadi 1.304.921 orang.

Namun, pasien yang meninggal dunia karena infeksi Covid-19 ini juga ikut bertambah sebanyak 154 orang.

Maka, jumlah pasien yang meninggal dunia kini jumlahnya menjadi 39.865 orang.

Baca juga: Update Daftar 23 Stasiun yang Melayani Pemeriksaan GeNose C19

Malaysia

Pemerintah Malaysia memutuskan akan memberikan bantuan dana permulaan sebanyak RM10 juta (sekitar Rp 35 miliar) bagi para warga Malaysia dan warga negara asing yang terdampak serius vaksinasi Covid-19.

Menteri Kesehatan Malaysia Dr Adham Baba mengungkapkan bantuan tersebut selama pengarahan berkala kepada pers soal program imunisasi Covid-19 kebangsaan di Putrajaya.

Ia didampingi Menteri Kementerian Sains, Teknologi, dan Inovasi (MOSTI) YB Khairy Jamaluddin.

"Bantuan tersebut dibagi dua kategori, yakni bantuan khusus RM50,000 sekiranya terjadi efek samping serius sehingga memerlukan perawatan panjang di rumah sakit dan RM500,000 jika terjadi kematian disebabkan oleh vaksin Covid-19," katanya.

Adham Baba mengatakan dana permulaan tersebut berasal dari Kumpulan Uang Amanah Bantuan Negara (KWABBN) yang dikelola oleh Lembaga Pengurusan Bencana Negara (NADMA) dan ditujukan sebagai bantuan khusus efek samping vaksinasi Covid-19.

Baca juga: [HOAKS] Vaksin Covid-19 Pfizer Dijual Online di Malaysia

Brasil

Negara di Amerika Selatan ini mencatatkan rekor penambahan kematian tertinggi selama pandemi Covid-19 pada Selasa (23/3/2021), yakni dengan 3.251 kasus.

Dilansir dari The Guardian, Rabu (24/3/2021), penambahan tertinggi tersebut bertepatan dengan dilantiknya menteri kesehatan keempat sejak pandemi Covid-19.

Sementara itu, berdasarkan laporan dari Reuters, rekor harian baru penambahan kasus kematian tersebut menjadi cerminan skala wabah di Brasil saat ini.

Presiden Brasil, Jair Bolsonaro berada di bawah tekanan setelah berulang kali menganggap enteng virus ini, menabur keraguan tentang vaksin dan justru memerangi tindakan penguncian negara bagian dan lokal.

Selain itu, Bolsonaro telah mendapatkan kecaman atas upayanya untuk melawan penguncian, mengabaikan mandat penggunaan masker dan menganjurkan pengobatan yang belum terbukti seperti hydroxychloroquine.

Baca juga: Masih Pandemi, Bagaimana Ketersediaan Vaksin Covid-19 di Indonesia?

Spanyol

Tingkat infeksi Covid-19 di Negeri Matador, Spanyol, mengalami kenaikan tipis pada Selasa (23/3/2021).

Kenaikan ini berbanding terbalik dengan apa yang terjadi pada Minggu lalu saat Spanyol mencatatkan level infeksi terendah sejak Agustus 2020.

Menteri Kesehatan Carolina Darias memperingatkan bahwa terjadi peningkatan kasus di beberapa wilayah, seperti Madrid dan Catalonia.

Adapun kementerian kesehatan melaporkan 5.516 kasus baru, sehingga jumlah keseluruhan negara itu menjadi 3,23 juta. Korban meninggal bertambah 201 menjadi 73.744.

Tidak seperti beberapa negara Eropa lainnya, Spanyol telah menahan pemberlakuan pesanan tinggal di rumah secara nasional sejak akhir 2020.

Baca juga: Spanyol Alami Hujan Salju Terburuk dalam 50 Tahun Terakhir, Apa Penyebabnya?

WHO

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendorong lebih banyak produsen vaksin Covid-19 untuk mengikuti petunjuk dan lisensi teknologi AstraZeneca, guna mengatasi ketidakadilan vaksin yang berkelanjutan dan "tidak masuk akal".

Dilansir dari Reuters, Selasa (23/3/2021), vaksin AstraZeneca, yang menurut data AS menunjukkan aman dan efektif meskipun beberapa negara menangguhkan suntikan itu karena masalah kesehatan.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyerukan agar lebih banyak produsen mengadopsi model ini untuk meningkatkan pasokan.

"Kesenjangan antara jumlah vaksin yang diberikan di negara-negara kaya dan jumlah yang diberikan melalui Covax terus meningkat dan menjadi semakin tidak masuk akal setiap hari," kata Tedros.

"Distribusi vaksin yang tidak adil bukan hanya kemarahan moral. Ini juga merugikan diri sendiri secara ekonomi dan epidemiologis," ujar Tedros melanjutkan.

Baca juga: Peneliti WHO Ungkap Asal Usul Virus Corona hingga Cara Penyebarannya

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi