Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan
Bergabung sejak: 24 Mar 2020

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Jangan Tuduh Indonesia Rasis

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/Labib Zamani
Lambang burung garuda diarak peserta dalam kirab budaya Grebeg Sudiro di Solo, Jawa Tengah, Minggu (11/2/2018).
Editor: Heru Margianto

SENASIB dengan warga Arab pasca-tragedi 911 di Amerika Serikat maka warga China pada masa pagebluk Corona akibat diduga berasal dari Wuhan, China, juga mengalami perlakuan diskriminatif negatif di Amerika Serikat.

Rasisme

Perlakuan bersifat rasis cukup beranekaragam mulai dari penghinaan sampai penganiayaan bahkan pembunuhan.

Bahkan di Myanmar, pabrik-pabrik milik China dibakar oleh para pengunjuk-rasa yang tidak puas terhadap rezim militer Myanmar yang menduga China mendukung rezim militer Myanmar.

Kemelut rasisme di mancanegara terhadap etnis China membuka luka lama masyarakat keturunan China di Indonesia sehingga ada yang kembali membeberkan lembaran hitam sejarah rasisme terhadap masyarakat China mulai dari masa sebelum proklamasi kemerdekaan Indonesia sampai ke masa tragedi G30S sampai ke malapetaka huruhara Mei 1998.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pribadi

Saya pribadi nyaris terbunuh pada masa huru-hara rasis Solo yang merambah ke Semarang pada tahun 80an abad XX, kehilangan ayah kandung yang sampai kini jenazah beliau belum ditemukan akibat diculik oleh entah siapa pada masa pasca G30S, harus dengan susah payah menembus kobaran api yang membakar kota Jakarta pada prahara Mei 1998 demi menyelamatkan dua keponakan saya yang indekos di dekat universitas Trisakti dan Tarumanegara.

Namun saya tidak setuju apabila ada yang menyatakan bahwa bangsa Indonesia rasis sebab di Semarang saya diselamatkan dari angkara murka para huruharawan oleh tetangga saya yang bukan non-pribumi tetapi pribumi.

Ibu kandung dan saudara-saudari diungsikan dari Denpasar ke Semarang oleh teman-teman keluarga yang kesemuanya bukan keturunan Chinese.

Sementara pada awal tragedi Mei 1998 insan pertama yang pertama kali menelpon untuk menanyakan keselamatan saya adalah Prof Emil Salim.

Sementara yang membantu menyelamatkan dua keponakan saya mau pun mengungsikan saya ke Semarang lewat darat kesemuanya Bhinneka Tungal Ika suku Jawa, Sunda, Batak.

Jelas perlakuan diskriminasi yang merugikan bahkan membahayakan keselamatan nyawa ras tertentu dengan alasan apa pun tidak dapat dibenarkan.

Namun berdasar fakta yang saya alami secara langsung secara pribadi, saya tidak dapat membenarkan anggapan apalagi tuduhan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa rasis.

Fakta

Pada hakikatnya apa yang saya alami sesuai hasil investigasi Tim Pencari Fakta yang menegaskan bahwa tragedi Mei 1998 bukan tragedi rasis namun tragedi kemanusiaan akibat kesenjangan sosial yang secara politis dimanfaatkan oleh pihak tertentu untuk kepentingan pihak tertentu.

Keyakinan saya makin diperkuat fakta yang membuktikan bahwa para sahabat saya seperti Amat, Slamet, Paimin, Mukidi, Awan, Ngadri, Nasir Tamara, Darminto Sudarmo, Andi Malarangeng, Sudirman Said, Fadli Zon, Siti Musdah Mulia, Nursyahbani Katjasungkana, Siti Nuriyah Wahid, empat putri Gus Dur, Ninok Leksono, Hidayat Nur Wahid, Anies Baswedan, Sandyawan Sumardi, Suryo Prabowo, Salim Said, Emil Salim, Prabowo Subianto, Jasonna Laoly, Gatot Nurmantyo, Moeldoko, Mahfud MD, Joko Widodo, Susilo Bambang Yudhoyono, Megawati Soekarno Putri, BJ Habibie, Gus Dur dan lain-lain sama sekali tidak pernah bersikap rasis.

Bahkan saya sempat memperoleh kehormatan diterima sebagai anggota keluarga besar marga Simbolon.

Memang niscaya selalu ada insan bersifat rasis namun jangan sampai setitik nila merusak susu sebelanga. Maka jangan tuduh Indonesia rasis. Merdeka!

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi