Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Malam Ini Earth Hour, Matikan Lampu Selama Satu Jam, Begini Sejarahnya

Baca di App
Lihat Foto
ANTARA FOTO/ADIWINATA SOLIHIN
Sejumlah karyawan mematikan lampu dan menyalakan lilin pada peringatan Earth Hour di halaman Hotel Horison Nayumi, Kota Gorontalo, Gorontalo, Sabtu (30/3/2019). Aksi mematikan listrik selama 60 menit tersebut menjadi simbol yang menunjukan solidaritas untuk planet bumi serta mengurangi laju perubahan iklim.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Setiap tahun, jutaan orang di berbagai negara memadamkan lampu mulai pukul 20.30 hingga 21.30 pada hari Sabtu terakhir di bulan Maret.

Tradisi tahunan itu diberi nama 'Earth Hour', yang bertujuan untuk mengampanyekan dampak perubahan iklim serta pentingnya mengembangkan energi terbarukan yang ramah lingkungan.

Tahun ini, Earth Hour kembali diperingati pada 27 Maret 2021 dengan tema 'Unity in Biodiversity' atau Persatuan dalam Keanekaragaman Hayati.

Baca juga: Malam Ini, Earth Hour ke-13 dilakukan 60 menit Non-stop Secara Daring

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Isu utama Earth Hour

Selain aksi simbolis memadamkan lampu selama satu jam, pelaksanaan Earth Hour 2021 juga akan berfokus pada empat isu utama, yaitu:

  1. Membangun kolaborasi untuk kampanye mengurangi sampah plastik di lautan
  2. Mempromosikan kampanye hemat energi serta energi baru terbarukan
  3. Menginisiasi komitmen anak muda untuk program pembangunan kesadaran konsumen akan pola konsumsi yang berkelanjutan
  4. Menggerakkan kampanye pembangunan kesadaran terkait keanekaragaman hayati di seluruh Indonesia

Baca juga: Peringatan Earth Hour, 4 Sumber Energi Ini Juga Bisa Selamatkan Bumi

Sejarah Earh Hour

Mengutip Business Today, Earth Hour diinisiasi oleh WWF dan sejumlah organisasi lain di Sydney, Australia pada tahun 2007 lalu.

Pada waktu itu, para inisiator gerakan ini berhasil mengajak 2,2 juta orang untuk memadamkan lampu selama satu jam, sebagai bentuk dukungan untuk melawan perubahan iklim.

Seiring berjalannya waktu, Earth Hour mulai diterima sebagai sebuah gerakan global yang diikuti oleh berbagai elemen masyarakat di seluruh dunia.

Ikon-ikon negara dari seluruh dunia juga turut berpartisipasi dalam gerakan ini, termasuk Menara Eiffel di Perancis, Jam Besar Big Ben di Inggris, Gedung Opera Sydney di Australia, dan Empire State Building di Amerika Serikat.

"Earth Hour adalah gerakan terbuka dan kami menyambut siapa saja yang ingin ambil bagian dalam upaya mempersatukan umat manusia untuk melindungi planet kita," tulis pernyataan di laman Earth Hour.

Baca juga: Peringatan “Earth Hour”, Lampu 3 JPO Instagramable di Jakarta Dipadamkan

Earth Hour di Indonesia

Mengutip Kompas.com, Sabtu (27/3/2021) yayasan World Wild Fund (WWF) Indonesia beserta komunitas Earth Hour di 30 kota mengajak seluruh masyarakat untuk bersatu dan melindungi masa depan keanekaragaman hayati.

CEO WWF Indonesia, Dicky Simorangkir mengatakan, dunia saat ini tengah menghadapi masa krusial, yakni mencoba memulihkan diri dari dampak pandemi Covid-19.

"Maka dari itulah kita perlu menempatkan alam sebagai solusi utama bagi upaya pemulihan kehidupan didunia untuk memastikan masa depan ekonomi dan masyarakat kita," kata Dicky, dalam konferensi pers pada Kamis, (25/3/2021).

Dicky mengungkapkan, manusia sangat membutuhkan alam untuk keberlangsungan hidupnya, baik di masa sekarang maupun di masa yang akan datang.

Oleh karena itu, perlu tindakan nyata untuk menyelamatkan bumi beserta seluruh ekosistemnya, yang kemudian mendorong lahirnya gerakan Earth Hour di seluruh dunia.

Baca juga: Cara Merekam Video Call WhatsApp di Android dan iPhone

128 kota, dari Sabang ke Marauke

Di Indonesia, gerakan Earth Hour mulai diinisiasi oleh yayasan WWF Indonesia pada tahun 2009.

Pelaksanaan Earth Hour di Tanah Air telah mendapat dukungan dari mitra yang tersebar di 128 kota, dan digerakkan oleh 2.000 relawan muda di 33 kota, serta didukung oleh 2 juta warganet melalui aktivitas digital.

Pada tahun 2019, Earth Hour resmi menjadi komunitas yang tersebar di 33 kota, mulai dari Sabang hingga Merauke.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi