Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rekomendasi WHO untuk Kehamilan dan Kelahiran di Masa Pandemi

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/Natalia Deriabina
Ilustrasi melahirkan
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memberi rekomendasi untuk menempatkan ibu dan bayi dalam satu ruangan, pada 16 Maret 2021 lalu.

Hal ini menimbulkan pertanyaan bagi publik mengenai perlakuan yang tepat untuk ibu hamil dan melahirkan di masa pandemi.

Ahli kesehatan ibu dan perinatal WHO, Dr Ozge Tuncalp mengatakan bahwa penting bagi setiap perempuan mengetahui hak-haknya saat hamil maupun melahirkan.

"Ketahuilah bahwa anda memiliki hak atas perawatan dengan kualitas tinggi selama kelahiran bayi," kata Ozge dalam tanya-jawab online yang disiarkan oleh WHO, Rabu (24/3/2021).

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Pemerintah Gratiskan Vaksin Covid-19, Mengapa Diberikan Lewat Suntikan?

Baca juga: Tanya Jawab Seputar Covid-19 pada Kehamilan, Melahirkan, dan Menyusui

Lantas, apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan ketika hamil atau melahirkan di masa pandemi?

Bolehkah berencana memiliki anak?

Bagi orangtua, berencana punya bayi di masa pandemi tentu jadi pertimbangan tersendiri. Mengingat ada pembatasan dan protokol kesehatan yang ketat di berbagai belahan dunia.

Akan tetapi, selama rencana untuk memiliki bayi adalah konsensus atau kesepakatan pasangan, maka di luar kewenangan WHO untuk memberi rekomendasi.

"Ini semua adalah rencana antara pasangan dan diskusi dengan penyedia layanan kesehatan, pada poin ini kami tidak punya rekomendasi," jelas Ozge.

Baca juga: Simak 3 Gejala Baru Covid-19, dari Anosmia hingga Parosmia

Bahayakah rutin ke layanan kesehatan?

Rutin memeriksakan ibu hamil ke layanan kesehatan adalah hal yang esensial, terutama di masa pandemi.

Tidak datang ke layanan kesehatan karena pembatasan wilayah, justru berbahaya bagi ibu dan bayi. Maka, perlu untuk memeriksakan kehamilan dengan tetap mematuhi protokol kesehatan.

"Mohon tetap datang saat pemeriksaan kehamilan. Ini sangat penting agar Anda mendapat perawatan yang dibutuhkan," kata Ozge.

Baca juga: Hati-hati, Berikut Kandungan Skincare yang Tidak Direkomendasikan untuk Ibu Hamil, Termasuk Mugwort

Apakah ibu hamil berisiko tinggi?

"Tidak ada bukti bahwa perempuan hamil memiliki risiko tinggi terhadap Covid-19," kata Ozge.

Risiko yang dihadapi oleh ibu hamil sama dengan orang dewasa pada umumnya. Maka, tidak perlu khawatir berlebih dan tetap terapkan protokol kesehatan.

Bagaimana jika ibu hamil terinfeksi?

Pimpinan Perawatan Klinis COVID-19 WHO, Dr Janet Diaz menjelaskan bahwa ibu yang telah terinfeksi tentu akan mendapat perawatan khusus saat kelahiran.

"Yang kami tahu adalah, ketika mereka tertular Covid-19 dan jika parah kami melihat risiko ICU lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang tidak hamil," kata Janet.

Perlu ada prosedur yang tepat agar virus tidak menular ke bayi dan petugas layanan kesehatan.

WHO sedang membuat rekomendasi prosedur kehamilan dan kelahiran selama pandemi. 

Baca juga: Masih Merasakan Anosmia, Kapan Isolasi Boleh Diakhiri?

Bolehkah kontak kulit dengan bayi?

Sesuai rekomendasi WHO, ibu dan bayi wajib untuk melakukan kontak kulit meski ibu terinfeksi Covid-19.

Justru, ketika ibu dan bayi tidak melakukan kontak kulit, maka bayi akan berisko pada kesehatan bayi di masa mendatang.

"Ini penting karena risiko akibat tidak adanya hal tersebut akan lebih rentan pada kesehatan bayi," kata Ozge.

Metode kontak kulit, menurut WHO dapat menyelamatkan nyawa sekitar 125.000 bayi.

Lebih lanjut, Ozge menyarankan izin kontak kulit antara ibu dan bayi ini juga perlu diiringi dengan tindak lanjut berupa pencegahan dan pengendalian.

Seperti, mengenakan masker untuk ibu dan seluruh petugas kesehatan, ruang dan perlatan higenis, serta fasilitas kesehatan yang memadai.

"Itulah hal-hal yang dapat kita lakukan untuk mengurangi resiko terjadinya kematian bayi," katanya.

Baca juga: Mengapa Lagu Pengantar Tidur Sering Dinyanyikan untuk Menidurkan Bayi?

Bolehkah ibu terinfeksi beri ASI?

"Belum ada bukti bahwa virus corona menyebar lewat ASI," kata Ozge.

Maka, untuk saat ini bayi boleh mendapat ASI meski ibu dinyatakan positif Covid-19.

“Dan ketika kami melihat buktinya, kami tidak menemukan virus tiruan yang diisolasi dalam ASI. Jadi sangat tidak mungkin virus tersebut akan ditularkan langsung melalui ASI," imbuh Ozge.

Yang menjadi catatan, meski ASI tidak menularkan virus, tetapi virus dapat menyebar melalui droplet hidung dan mulut.

Solusinya, ibu menyusui dapat menggunakan masker ketika memberi ASI pada bayi.

"Kita menyarankan ibu tetap menjaga bayi bersamanya, ASI, berada di ruang yang sama, lakukan kontak kulit bahkan jika terinfeksi Covid-19," jelas Ozge.

Baca juga: Studi: Antibodi Virus Corona Ditemukan pada ASI

Bagaimana jika terkena long covid?

Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, ibu hamil memiliki tingkat risiko yang sama dengan orang dewasa lainnya. Termasuk mengalami gejala long covid.

Long covid adalah kondisi di mana seseorang telah dinyatakan sembuh dari virus corona, tetapi masih mengalami gejalanya dengan jangka waktu lama.

Janet menjelaskan bahwa gejala jangka panjang ini bisa datang dan pergi dari 2 sampai 6 bulan.

Gejala yang muncul, seperti kelelahan, beberapa gangguan kognitif, kesulitan tidur, kecemasan, depresi, napas pendek, dan macam-macam.

Ini sangat penting untuk disoroti, karena sistem kesehatan di seluruh dunia sedang mengalami tekanan saat ini.

Janet mengatakan kejadian ibu yang mengalami long covid jarang terjadi. Maka yang dapat dilakukan adalah memperketat protokol kesehatan.

Lebih lanjut, ia menyarankan agar ibu dengan long covid untuk lebih sering mengunjungi dan berkonsultasi dengan layanan kesehatan.

Baca juga: Millen Cyrus dan Bahaya Sabu bagi Fisik dan Mental Penggunanya...

Bagaimana kesehatan mental ibu?

Pandemi menghantam kesehatan mental banyak orang, terutama bagi ibu hamil.

Belum lagi, pada kondisi tertentu ibu bisa jadi ada di posisi harus bolak-balik ke rumah sakit, melahirkan dan mengurus bayi seorang diri.

Menanggapi hal semacam ini, Ozge kembali menegaskan bahwa setiap perempuan dan bayi memiliki hak atas perawatan yang berkualitas tinggi.

"Itu tidak mudah dan Anda tidak sendiri," kata Ozge.

Baca juga: Berikut Update Kasus Corona di Indonesia dan Dunia 30 Maret 2021...

Cara yang dapat dilakukan untuk setidaknya mengurangi masalah kesehatan mental yaitu dengan bicara ke orang yang dipercaya.

Ceritakan segala perasaan cemas, kesepian, takut dan lain sebagainya. Perasaan semacam itu normal dan valid, jadi mengungkapkannya bisa berpengaruh besar.

Cara lain untuk menjaga kesehatan mental ibu, yaitu:

  • Membuat kelompok ibu posnatal dan saling beri dukungan
  • Kurangi membaca berita yang membebani pikiran
  • Kurangi media sosial bila terlalu melelahkan
  • Atur jam tidur
  • Makan dengan teratur

"Bentuk pesan dari WHO sangat jelas dalam hal ini. Perawatan kehamilan yang aman, perawatan bayi dan pasca melahirkan sangat penting untuk dijaga," tutur Ozge.

Baca juga: Daftar Layanan GeNose di 44 Stasiun dan Rencana Perluasan Tes Covid-19 di Sumatera...

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: 4 Langkah Mudah Pendataran Vaksinasi Covid-19 untuk Lansia

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi