Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi Ungkap Puasa Ramadhan Selama Pandemi Tidak Berbahaya

Baca di App
Lihat Foto
SewCream
Ilustrasi puasa
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Sebuah penelitian dari Inggris (UK) menemukan bahwa praktik puasa di bulan Ramadhan tidak menyebabkan tingkat kematian Covid-19 lebih tinggi di kalangan Muslim.

Sebelumnya ada asumsi negatif dari politisi bahwa komunitas tertentu, khususnya Muslim bertanggungjawab atas peningkatan kasus tahun lalu.

Namun penelitian itu keluar kurang dari dua minggu sebelum Ramadhan tahun ini dijadwalkan, sehingga dapat membantah hal tersebut.

Baca juga: Jadwal Puasa Ramadhan 1442 H untuk 34 Provinsi di Indonesia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melansir Al-Jazeera, Kamis (1/4/2021), penelitian itu diunggah di Journal of Global Health.

Penelitian mengungkapkan tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa Muslim Inggris yang menjalankan ibadah di bulan suci lebih mungkin meninggal karena infeksi virus corona.

Mereka meneliti Muslim di Inggris. Terdapat lebih dari tiga juta Muslim di Inggris, sekitar lima persen dari populasi, dan sebagian besar berasal dari Asia Selatan.

Baca juga: Mengapa Saat Berbuka Puasa Dianjurkan Memakan Makanan Manis?

Laporan itu didasarkan pada analisis komparatif tingkat kematian Covid-19 selama Ramadan tahun lalu, yang dimulai pada 23 April. Itu tak lama setelah gelombang pertama pandemi memuncak di Inggris.

Perayaan biasa dan shalat berjemaah di masjid dibatalkan selama bulan itu, sejalan dengan penguncian nasional.

Para peneliti menganalisis tingkat kematian di lebih dari selusin wilayah otoritas lokal di Inggris di mana populasi Muslim setidaknya 20 persen.

Baca juga: Berbuka Puasa dengan Gorengan, Amankah?

Tidak ada efek merugikan

Mereka menemukan bahwa kematian terus menurun di daerah-daerah tersebut selama periode Ramadhan.

Lebih lanjut, tren ini berlanjut setelah Ramadhan, menurut laporan itu. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak ada efek merugikan yang tertinggal dari puasa di wilayah Muslim.

Melansir Journal of Global Health, para peneliti mengeksplorasi dampak puasa Ramadhan pada kematian akibat Covid-19 di Inggris.

Baca juga: Simak 3 Gejala Baru Covid-19, dari Anosmia hingga Parosmia

Data dikumpulkan dari kumpulan data Kantor Statistik Nasional (ONS) yang tersedia untuk umum.

Mereka mengidentifikasi 17 otoritas lokal di Inggris di mana populasi Muslim yang diukur pada sensus 2011 mencapai setidaknya seperlima dari populasi.

Populasi Muslim di otoritas lokal ini berkisar dari 20 persen di Rochdale hingga 42 persen di Newham.

Baca juga: Sisi Lain Tri Mumpuni, Ilmuwan sekaligus Ibu yang Menjadi Tokoh Muslim Berpengaruh di Dunia

Puncak gelombang pertama

Selain 2 otoritas lokal (Redbridge dan Slough), otoritas lokal ini termasuk di antara kuintil quintile yang paling kekurangan di negara ini sebagaimana diukur oleh Indeks Multiple Deprivation 2019.

Mereka membatasi analisis pada 15 otoritas lokal di wilayah paling tertinggal di negara itu untuk memungkinkan peneliti membuat perbandingan sederhana terhadap wilayah yang sama-sama miskin dengan populasi Muslim rendah.

Total populasi di 15 otoritas lokal itu adalah sekitar 5 juta orang dan 1,35 juta di antaranya adalah Muslim.

Baca juga: 22 Tokoh Indonesia di Daftar 500 Muslim Paling Berpengaruh Dunia 2021

Ramadhan dimulai pada minggu ke 17 dan berakhir pada minggu ke 21 tahun 2020.

Puncak gelombang pertama pandemi Covid-19 di Inggris bertepatan dengan dimulainya Ramadhan yang berlangsung antara April-Mei 2020 dan terjadi pada masa lockdown tanpa aktivitas komunal.

Menjelang Ramadhan, ada kekhawatiran bahwa menjalankan puasa dengan pembatasan kalori dan air dapat memperburuk atau memengaruhi orang terhadap Covid-19 dan menyebabkan bahaya.

"Temuan kami menunjukkan bahwa praktik yang terkait dengan Ramadhan tidak memiliki efek merugikan pada kematian akibat Covid-19. Ada banyak komentar yang menunjukkan bahwa perilaku dan praktik budaya komunitas minoritas menjelaskan peningkatan keterpaparan mereka terhadap pandemi. Klaim ini tidak berdasarkan bukti," tulis peneliti di bagian kesimpulan.

Baca juga: Daftar 50 Tokoh Muslim Paling Berpengaruh Dunia 2021

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi