Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Video Viral Awan Berbentuk Gumpalan, Namanya Mammatus

Baca di App
Lihat Foto
FACEBOOK.com/WUKIR TENGAHING SEGORO
Penampakan awan berbentuk gumpalan, BMKG menyebut awan ini adalah awan mammatus.
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Sebuah foto dan video yang menampilkan awan dengan bentuk gumpalan, viral di media sosial.

Salah satunya dibagikan dalam bentuk foto oleh akun Facebook Wukir Tengahing Segoro, Jumat (2/4/2021).

"Bentuk awan kok aneh," tulisnya dalam sebuah unggahan di grup Facebook Kabar Berita dan Info Wonogiri.

Unggahannya itu telah disukai lebih dari 400 kali dan mendapat 49 komentar dari sejumlah warganet.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Viral Foto Awan Mirip Ombak di Langit Yogyakarta, Ini Penjelasan BMKG

Kemunculan awan tersebut juga diabadikan oleh akun Facebook Bram Real melalui sebuah video singkat.

Dia menyebutkan, awan gumpalan tersebut terjadi di Sinjai, Sulawesi Selatan, Jumat (2/4/2021).

"Penampakan awan di langit Sinjai, Sulawesi Selatan. Jumat, 2 April 2021. Sumber : Sosmed," tulis Bram Real di grup Facebook Teropong Kota Makassar.

Baca juga: Video Viral Awan Mirip Ombak Tsunami di Makassar, Ini Penjelasannya

Tak hanya beredar di Facebook, dokumentasi visual awan ini juga ramai dibicarakan di media sosial Instagram, salah satunya seperti video yang diunggah oleh akun @makassar_iinfo. 

Baca juga: Foto Viral Awan Melingkar Mirip Cincin di Kediri, Awan Apa Itu?

Baca juga: Viral Foto Awan di Merapi, BMKG Sebut Awan Stratiform

Awan apa ini?

Awan mammatus

Prakirawan cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Tomi Ilham menjelaskan, penampakan awan berbentuk gumpalan tersebut adalah awan mammatus.

Awan tersebut berbentuk seperti kantong atau tonjolan dengan jumlah yang cukup banyak.

"Awan mammatus terjadi ketika udara dari lapisan awan turun ke udara jernih di bawah dan menguapnya tetesan awan," ujar Tomi saat dikonfirmasi Kompas.com, Sabtu (3/4/2021) siang.

Hal ini, lanjut Tomi, mendinginkan udara dan membuatnya turun lebih cepat. Beberapa awan ikut terseret ke bawah sehingga membentuk sebuah kantong.

"Awan ini terbentuk dari dasar awan cumulonimbus. Jenis awan ini muncul saat terjadi perkembangan awan cumulonimbus," kata Tomi.

Awan cumulonimbus merupakan jenis awan yang sering dihubungkan dengan hujan lebat dan kejadian ekstrem.

Adapun bentuk awan mammatus dapat bervariasi, bisa lonjong, bulat bahkan bentuknya acak bergantung pada friksi angin atau bisa juga disebut pola turbulensi kecil yang terjadi di bawah awan cumulonimbus.

Baca juga: Viral Foto Awan Unik di Daerah Tawangmangu, Namanya Awan Lentikular

Berasal dari bahasa latin

Penjelasan yang sama juga disampaikan Kabid Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG Hary T. Djatmiko.

Hary mengungkap, mammatus berasal dari bahasa latin mamma yang diterjemahkan menjadi "puting" atau "payudara".

"Penampakan awan tersebut yang mencolok paling terlihat saat matahari terbenam di langit dan kantong mereka dibingkai oleh sinar matahari," kata Hary saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (3/4/2021).

Menurut dia, awan mammatus biasanya terbentuk di dasar landasan cumulonimbus, terlihat juga terbentuk di tipe awan lain, seperti stratocumulus, altostratus dan altocumulus.

Pembentukan awan mammatus

Hary menjelaskan, awan mammatus biasanya terbentuk berasosiasi dengan awan cumulonimbus yang besar.

Biasanya, turbulensi dalam awan cumulonimbus akan menyebabkan pembentukan awan mammatus.

"Terutama di bagian bawah landasan yang memproyeksikan karena ia dengan cepat turun ke tingkat yang lebih rendah," jelas Hary.

Hal ini membalikkan proses pembentukan awan yang biasa seperti pertumbuhan ke atas, membuat dasar awan tidak rata.

Baca juga: Viral Gambar Awan Mirip Lafal Allah Saat Supermoon, Berikut Penjelasannya... 

Awan mammatus, kata Hary, sering membentuk asosiasi dengan awan Cumulonimbus, yang kemudian membawa petir karena massa udara yang tidak stabil yang sangat besar.

"Awan mammatus umumnya terbentuk di cumulonimbus yang paling tidak stabil, artinya ada kemungkinan hujan es, hujan lebat, dan kilat di sekitarnya," papar Hary.

Bahkan, jika udara cukup dingin selama musim dingin, awan mammatus dapat menghasilkan salju.

Terkadang, awan mammatus dapat terbentuk di jenis awan lain yang tidak menghasilkan hujan, meskipun hal ini jarang terjadi.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi