Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penjelasan Komnas KIPI soal Bukti, Penyebab, dan Reaksi Vaksin Covid-19

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/Nixx Photography
Ilustrasi vaksin Moderna, vaksin virus corona, vaksin mRNA Moderna.. Moderna mulai uji coba vaksin mRNA generasi baru.
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas KIPI) menyarankan agar tetap melanjutkan vaksinasi Covid-19.

Ketua Komnas KIPI, Hindra Irawan Safari, mengatakan, KIPI adalah hal yang wajar terjadi ketika vaksinasi.

"Kejadian ikutan pasca imunisasi itu adalah sesuatu yang wajar. Karena itu cermin dari respons kekebalan dari seseorang," kata Hindra melalui siaran virtual di YouTube Kementerian Kesehatan RI, Minggu (4/2/2021).

Baca juga: Bolehkah Penderita Diabetes yang Juga Penyintas Covid-19 Menerima Vaksin?

KIPI sempat jadi perbincangan setelah pada Sabtu (3/4/2021) malam, Komandan Kompi Batalion A Brimob Polda Maluku Iptu LT meninggal setelah mendapatkan vaksin Covid-19.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pada Senin (5/4/2021), Komnas KIPI menyatakan, dugaan sementara Komandan Brimob Polda Maluku Iptu LT meninggal dunia bukan karena efek dari vaksinasi Covid-19. 

Bagaimana kajian Komnas KIPI terkait kejadian ikutan pasca imunisasi?

Harus ada bukti

Hindra menjelaskan, tidak semua KIPI berkaitan dengan imunisasi.

Yang menjadi fokus kajian Komnas KIPI hanya kejadian medik setelah imunisasi dan yang diduga berhubungan dengan imunisasi.

Sejak didirikan sejak 1998, Komnas KIPI membantu pemerintah, terutama Kementerian Kesehatan, untuk mengkaji keterkaitan KIPI dan vaksinasi yang diberikan. Demikian pula dengan vaksin Covid-19.

"Harus ada 2 bukti kalau menyatakan vaksin ini memberikan reaksi KIPI," ujar Hindra.

Baca juga: Apa Saja yang Bisa Meyakinkan Orang untuk Suntik Vaksin Covid-19?

Kedua bukti tersebut, adalah:

  1. On set atau waktu pemberian dan terjadinya kejadian. Harus ada detail mengenaik jam penyuntikan, tanggal, dan detail waktu kejadian reaksi setelah imunisasi
  2. Tidak ada bukti lain selain dari imunisasi

Jika dua bukti itu tidak ada atau tidak jelas, maka harus dilakukan investigasi lebih mendalam.

"Jika masih ada kemungkinan dari penyakit lain, kita enggak bisa sebutkan ini terkait atau disebabkan oleh imunisasi. Untuk itu, diperlukan investigasi," kata Hindra.

Oleh karena itu, tidak bisa serta-merta langsung menyatakan bahwa vaksin menyebabkan kematian atau mengambil kesimpulan dini.

"Kita harus lakukan kajian berbasis bukti. Enggak bisa langsung buat kesimpulan dengan data yang minimal, pasti kesimpulannya juga tidak kuat," kata Hindra.

Penyebab KIPI

Hindra mengatakan, ada dua penyebab seseorang bisa mengalami KIPI saat vaksinasi, yaitu:

  • Bisa disebabkan karena kandungan dalam vaksin
  • Bisa karena suasana, seperti tegang, khawatir dan cemas

"Divaksinasi itu harus dalam keadaan tenang, khidmat, imun sistem pun harus dalam keadaan optimnum," ujar Hindra.

Jika terjadi reaksi karena kandungan vaksin, selama ini petugas kesehatan dapat menanganinya dengan baik. Termasuk jika ada yang mengalami reaksi serius.

"Reaksi serius bisa menangani dan sigap dan semua sembuh dengan tata laksana sesuai prosedur," kata Hindra.

Reaksi tubuh adalah hal wajar dalam vaksinasi, dan menjadi bukti vaksin berkhasiat dan tubuh merespons.

Ini adalah proses pengenalan kekebalan tubuh terhadap vaksin. Pengenalan perlu dilakukan dua tahap dengan jangka waktu tertentu.

Baca juga: Vaksin Pfizer dan Moderna Diklaim Aman untuk Ibu Hamil dan Menyusui

Tetap lakukan protokol kesehatan

Lebih lanjut, Hindra menegaskan, vaksin bukan satu-satunya jalan keluar dari pandemi.

Vaksinasi hanya salah satu upaya tambahan.

"Yang diharapkan si virus itu ketika kita lupa, kita lengah. Sudah divaksinasi merasa sudah sehat kemudian enggak memakai masker, enggak menjauhi kerumunan, ya sama saja," kata Hindra.

Tubuh membutuhkan waktu untuk membentuk kekebalan, dan butuh waktu bagi masyarakat untuk membentuk kekebalan kelompok.

Hal ini menjadi alasan mengapa seseorang masih dapat tertular virus corona meski telah melakukan vaksinasi dosis pertama, bahkan kedua.

Hindra mengatakan, jika kekebalan sudah terbentuk dengan lengkap, maka tidak mengakibatkan apa-apa. Ia mencontohkan, penurunan kasus di Inggris, Israel, dan Amerika Serikat.

"Bahwa penurunan bermakna dari angka kejadian penyakit itu cermin dari keberhasilan vaksinasi," kata Hindra.

Akan tetapi, penurunan bermakna tidak akan tercapai jika tidak diiringi dengan menjalankan protokol kesehatan.

Baca juga: Stok Vaksin Covid-19 untuk April 2021 Menipis, Berapa yang Sudah Menerima Vaksin?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi