Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Silicon Valley: Lembah Teknologi Acuan Bukit Algoritma Sukabumi

Baca di App
Lihat Foto
Image by lauramba from Pixabay
Gedung kantor milik perusahaan teknologi Oracle di Silicon Valley
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Indonesia akan membangun kawasan ekonomi khusus (KEK) di Sukabumi, Jawa Barat. Kawasan itu akan dijadikan pusat industri teknologi di Tanah Air.

Proyek yang diberi nama Bukit Algoritma itu disebut bakal menyerupai kawasan tempat berkumpulnya perusahaan teknologi di Amerika Serikat, Silicon Valley.

Diberitakan Kompas.com, Kamis (8/4/2021) pembangunan proyek Bukit Algoritma akan dikerjakan oleh PT Amarta Karya (Persero) atau AMKA.

Baca juga: Google Indonesia Buka Lowongan Kerja untuk 20 Posisi, Ini Rinciannya...

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Direktur Utama AMKA Nikolas Agung mengatakan, untuk tahap awal pembangunan, selama tiga tahun ke depan, nilai total proyek diperkirakan bakal menghabiskan 1 miliar euro atau setara Rp 18 triliun.

Lahan seluas 888 hektar di Cikidang dan Cibadak, Sukabumi dipilih sebagai lokasi Bukit Algoritma, karena letaknya yang strategis.

Kawasan tersebut memiliki infrastruktur pendukung, seperti akses Tol Bocimi, Pelabuhan Laut pengumpan Regional (PLPR) Wisata dan Perdagangan Pelabuhan Ratu, Bandara Sukabumi Cikembar yang akan dibangun, dan Double Track KA Sukabumi.

Sementara itu, Ketua Pelaksana Kiniku Bintang Raya KSO Budiman Sudjatmiko menyebut, Bukit Algoritma diharapkan dapat menjadi pusat penelitan dan pengembangan teknologi, serta pusat pengembangan sumber daya manusia di masa depan.

"Kawasan ini akan menjadi salah satu pusat untuk pengembangan inovasi dan teknologi tahap lanjut, seperti misal kecerdasan buatan, robotik, drone (pesawat nirawak), hingga panel surya untuk energi yang bersih dan ramah lingkungan," kata Budiman.

Baca juga: Saat Google Maps Akan Mulai Arahkan Pengemudi ke Rute Ramah Lingkungan

Apa itu Silicon Valley?

Konsep pembangunan kawasan Bukit Algoritma mengacu pada Silicon Valley, yang merupakan rumah bagi perusahaan-perusahaan teknologi terbesar di dunia.

Melansir Investopedia, Silicon Valley berada di sisi selatan Teluk San Francisco, negara bagian California. 

Meskipun perbatasan wilayahnya tidak terlalu jelas, namun Silicon Valley umumnya mencakup semua wilayah Santa Clara dan San Mateo, tepi barat Alameda County, dan Lembah Scotts di Santa Cruz County.

Baca juga: Inggris Kembangkan Robot untuk Temani Lansia di Panti Jompo

Silicon Valley menjadi terkenal karena banyak perusahaan teknologi yang memulai bisnis dan bermarkas di sana, termasuk Apple, Google, Facebook, Oracle, Intel, Nvidia, dan Netflix.

Karena ada banyak perusahaan besar yang lahir di Silicon Valley, kawasan ini menjadi target yang menarik bagi perusahaan pemodal ventura dan juga investor.

Tidak hanya itu, separuh dari miliarder teknologi dunia tinggal di Silicon Valley, dan kawasan tersebut saat ini menjadi salah satu daerah terkaya di dunia.

Pada Mei 2012, The New York Times melaporkan bahwa 14 persen rumah tangga di Santa Clara County dan San Mateo County berpenghasilan lebih dari 200.000 dollar AS per tahun.

Baca juga: BPPT Pakai Teknologi Penyemaian Awan untuk Atasi Kebakaran Hutan, Apa Itu?

Dari mana asal nama Silicon Valley?

Melansir Business Insider, pada awal 1900-an, kawasan tempat Silicon Valley sekarang berada disebut sebagai "Valley of Heart's Delight".

Nama itu disematkan karena kawasan tersebut dipenuhi dengan berhektar-hektar kebun buah-buahan, yang saat musim panen menghasilkan pemandangan menakjubkan.

Akan tetapi pada 1950-an, industri baru mulai tumbuh di kawasan tersebut, yakni produsen dan inovator chip silikon.

Baca juga: 6 Cara Membuat Format Tulisan Unik di WhatsApp

Chip silikon merupakan komponen integral dari industri semikonduktor. Hingga hari ini, komponen tersebut digunakan di hampir semua perangkat digital, termasuk telepon seluler, komputer, printer, konsol video game, dan bahkan kalkulator.

Chip silikon memegang peran fundamental dalam industri digital, sehingga kawasan yang dipenuhi oleh produsen dan inovator chip silikon itu akhirnya menjadi magnet alami bagi siapa pun yang bekerja di bidang teknologi.

Kendati demikian, kawasan tersebut belum mendapat julukan Silicon Valley, hingga setidaknya 20 tahun kemudian. 

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Facebook Diluncurkan, Bagaimana Kisah Awalnya?

Don Hoefler, reporter berita teknologi untuk tabloid Electronic News, dianggap sebagai orang pertama yang mempopulerkan nama Silicon Valley, dalam kolom yang dia tulis tentang industri semikonduktor di sebuah lembah Santa Clara pada tahun 1971.

Namun, tidak ada yang tahu siapa persisnya yang pertama kali memunculkan istilah tersebut. 

Hoefler pertama kali mendengar istilah Silicon Valley digunakan, saat jamuan makan siang dengan seorang agen pemasaran, yang menyebut Lembah Santa Clara sebagai Silicon Valley atau Lembah Silikon.

Beberapa orang mengatakan, julukan Silicon Valley telah ada selama bertahun-tahun, sebelum Hoefler menulis tentang itu. 

Diduga, julukan itu sudah beredar di antara kontraktor pertahanan East Coast yang melakukan perjalanan bisnis ke Teluk San Francisco.

Baca juga: Tutorial Beli Pelatihan Prakerja 2021 di 7 Platform Digital

Mengapa Silicon Valley bisa sukses?

Melansir The Balance, ada beberapa hal yang mendorong kesuksesan Silicon Valley, dan hal-hal tersebut belum tentu berhasil ditiru oleh tempat lain.

Misalnya, banyak pendiri perusahaan teknologi terkenal merupakan teman sekolah. Seperti duo pendiri Google, Sergey Brin dan Larry Page, yang sama-sama kuliah di Universitas Stanford. 

Kedekatan personal membuat orang-orang yang berada di Silicon Valley, lebih mungkin mempromosikan satu sama lain, terlepas dari afiliasi perusahaan. Loyalitas pribadi mereka mengalahkan loyalitas perusahaan.

Baca juga: Kisah di Balik Google Doodle Hari Perempuan Internasional 2021

Kemudian, jaringan profesional yang dibangun dengan baik juga menghasilkan pertukaran informasi yang mudah. Perusahaan-perusahaan di Silicon Valley menemukan bahwa kolaborasi di antara mereka membuat mereka semua lebih sukses

Alasan lain adalah, Negara Bagian California melarang klausul non-kompetisi.

Klausul non-kompetisi adalah sebuah klausul yang mengatur bahwa pekerja setuju untuk tidak akan bekerja sebagai karyawan atau agen perusahaan, yang dianggap sebagai pesaing atau bergerak pada bidang usaha yang sama.

California melarang klausul itu. Artinya, pekerja dapat meninggalkan perusahaan untuk bergabung dengan perusahaan lain yang sejenis, atau memulai perusahaan mereka sendiri guna menguji ide-ide baru.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Apple Inc Didirikan, Bagaimana Awal Mulanya?

Kemajuan di bidang teknologi

Kesukesan Silicon Valley juga didukung oleh banyak universitas terkemuka di sekitar kawasan tersebut. Banyak pendiri perusahaan merupakan lulusan Universitas Stanford.

Universitas lain seperti, Universitas California di Berkeley, San Jose State, dan Community College, juga menyumbang lulusan yang bekerja sebagai staf serta tenaga teknis terlatih. 

Lalu, alasan yang sering diabaikan adalah keragaman budaya yang ada di Silicon Valley. Antara tahun 1995 hingga 2005, lebih dari separuh perusahaan baru di kawasan tersebut didirikan oleh para imigran.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Raksasa Produsen Pesawat Boeing Didirikan, Bagaimana Awal Mulanya?

Kawasan tersebut menjadi magnet bagi para insinyur top dari seluruh dunia, terutama India dan China.

Keberagaman budaya mengarah pada inovasi selama semua orang berfokus pada tujuan bersama mereka. 

Pada intinya, Silicon Valley bukan hanya tempat perusahaan-perusahaan teknologi besar berkantor, melainkan sebuah ekosistem yang saling mendukung untuk mendorong terciptanya kemajuan di bidang teknologi.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: YouTube Diluncurkan, Bagaimana Awal Mulanya?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi