Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gempa Malang Termasuk Gempa Menengah di Zona Benioff, Apa Itu?

Baca di App
Lihat Foto
ANTARA FOTO/Zabur Karuru
Warga melihat kondisi rumahnya yang rubuh akibat gempa di Desa Kali Uling, Lumajang, Jawa Timur, Minggu (11/4/2021). Sekitar ratusan rumah warga di wilayah itu rusak akibat gempa bermagnitudo 6,1 SR yang terjadi di Kabupaten Malang pada Sabtu (10/4). ANTARA FOTO/Zabur Karuru/rwa.
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Gempa bumi berkekuatan magnitudo 6,7 (kemudian dimutakhirkan magnitudo 6,1 mengguncang wilayah Kabupaten Malang dan sekitarnya pada Sabtu (10/4/2021) siang.

Diketahui, pusat gempa berada di 8,95 LS dan 112,48 BT atau 90 km barat daya Kabupaten Malang, Jawa Timur, dengan kedalaman 25 km.

Meskipun gempa memiliki magnitudo yang besar, namun gempa yang terjadi di Malang bukan termasuk jenis gempa megathrust.

Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono mengatakan, gempa yang terjadi di Malang bukan termasuk gempa megathrust.

"Gempa selatan Malang ini bukan termasuk Gempa Megathrust, tetapi gempa menengah di zona Benioff," ujar Daryono saat dihubungi Kompas.com, Minggu, (11/4/2021).

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Gempa Malang, BMKG Catat Beberapa Gempa Susulan dengan Magnitudo Bervariasi

Ia menjelaskan, hal ini karena adanya deformasi atau patahan batuan yang terjadi berada pada slab kempeng Indo-Australia.

Selain itu, patahan batuan juga tersubduksi menukik ke bawah Lempeng Eurasia di bawah lepas pantai selatan Malang.

Daryono mengungkapkan, mekanisme sumber gempa ini berupa pergerakan sesar naik (thrust fault).

Mekanisme sumber sesar naik ini sebenarnya sensitif terhadap potensi tsunami, tetapi gempa ini berada di kedalaman menengah dan dengan magnitudo 6,1 tidak cukup kuat untuk mengganggu kolom air laut.

Hal ini pula yang membuat gempa Malang tidak berpotensi tsunami.

Perbedaan gempa megathrust dengan gempa benioff

Daryono menjelaskan , suatu gempa disebut megathrust jika berpusat di bidang kontak antar lempeng dengan kedalaman kurang dari 45-50 km.

Selain itu, gempa megathrust juga memiliki subduksi yang masih landai, belum menukik.

"Sementara, untuk sumber gempa yang sudah di bawah kontak maka slab menukik, di sini disebut zona benioff," ujar Daryono.

"Gempa di Jawa Timur di bawah kontak kuncian utama yakni di kedalaman 80 km," lanjut dia.

Baca juga: Gempa Malang dan Jawaban Mengapa Indonesia Sering Dilanda Gempa Bumi

Gempa yang terjadi di Malang memiliki spektrum guncangan yang luas dan dirasakan hingga daerah Banjarnegara di barat dan Bali di timur.

Daryono mengatakan, adanya spektrum guncangan yang luas ini berkaitan dengan hiposenter gempanya yang cukup dalam.

Meski di Jawa banyak gunung berapi, Daryono menyebutkan, gempa ini mempunyai kemungkinan sangat kecil untuk dapat memicu aktifnya gunung api, kecuali gunung api tersebut memang sedang aktif.

"Jika gunung api sedang tidak aktif maka gempa tektonik akan sulit mempengaruhi aktivitas vulkanisme," ujar Daryono.

Selain itu, Daryono juga mengunggah grafik rentang perbedaan kedalaman antara gempa megathrust dengan gempa zona benioff melalui akun Twitternya, @DaryonoBMKG.

"Ini adalah diagram slab lempeng di zona subduksi untuk memberikan batas di mana gempa Megathrust dan di mana gempa Benioff, untuk dipahami," tulis Daryono dalam twit.

Arti dari grafik tersebut adalah fokus dari sumber gempa. Gempa megathrust itu kedalamannya dangkal karena terletak di bidang kontak antar lempeng.

Sementara, untuk zona benioff merupakan zona gempa lebih dalam di bawah zona megathrust di bawah 50 km.

Baca juga: 5 Fakta Gempa di Malang dan Selatan Jawa Timur Menurut Catatan BMKG

Gempa susulan

Pada Minggu (11/4/2021), terjadi gempa susulan di Malang sebanyak 9 kali.

Daryono mengatakan, gempa susulan ini memiliki magnitudo update 5,3 dengan episenter terletak di laut pada jarak 71 km arah selatan Kota Kepanjen, Malang dengan kedalaman 102 km.

Gempa susulan ini merupakan jenis gempa menengah akibat adanya deformasi atau patahan pada bagian Lempeng Indo-Australia yang tersubduksi atau menunjam ke bawah Pulau Jawa. Mekanisme sumber gempa menunjukkan terjadinya pergerakan naik (thrust fault).

Menurut laporan BMKG, gempa susulan ini juga teasa di Pacitan, Wonogiri, Trenggalek, Nganjuk, Ponorogo, Blitar, Gunungkidul, Bantul, dan Kulonprogo.

Gempa susulan ini tidak berpotensi tsunami karena kekuatannya relatif kecil untuk dapat menjadi gempa pembangkit tsunami disamping memang hiposenternya yang cukup dalam, yaitu 102 km.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi