KOMPAS.com - Hari ini 11 tahun lalu tepatnya 14 April 2010, terjadi gempa bumi dahsyat di Prefektur Otonomi Tibet Yushu di provinsi Qinghai, Cina.
Melansir Encyclopedia Britannica, korban jiwa dari gempa Yushu hampir 3.000 orang, tepatnya 2.698 orang.
Lebih dari 200 orang yang meninggal adalah guru dan siswa. Lebih dari 12.000 orang luka-luka.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Sirkuit Sentul Gelar MotoGP, Diikuti Valentino Rossi di Kelas 125cc
Magnitudo dan pusat gempa
Gempa tersebut bermagnitudo 6,9 dengan pusat gempa berada di dekat desa kecil Rima, sekitar 50 kilometer di sebelah barat kota Gyêgu, ibu kota prefektur Yushu.
Melansir The Guardian, 14 April 2010, menurut Pusat Jaringan Gempa China guncangan itu berkekuatan M 7,1.
Dilaporkan gempa terjadi pada pukul 07.49 waktu setempat.
Gempa terjadi di zona tektonik kompleks yang didominasi oleh pertemuan dari lempeng India dan Eurasia.
Gempa tersebut diduga disebabkan oleh gerakan di tenggara dataran tinggi Tibet di sepanjang patahan geser Yushu, bagian dari sistem Xianshuihe.
Dampak gempa
Meskipun daerah yang berada tepat di sekitar pusat gempa berpenduduk sedikit, sebagian besar tempat tinggal di Gyêgu hancur oleh gempa dan gempa susulan yang mengikutinya.
Secara total, 15.000 rumah hancur di prefektur Yushu. Banyak bangunan yang runtuh terbuat dari batu bata lumpur.
Hal itu menyebabkan 100.000 orang tanpa tempat berlindung di musim ketika suhu turun secara teratur di bawah titik beku di wilayah dataran tinggi setinggi hampir 13.000 kaki (4.000 meter) itu.
Pemerintah China memulai upaya bantuan dalam beberapa jam, menerbangkan pasokan dan personel militer.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Penaklukan Pertama Puncak Everest
Evakuasi korban
Lokasi gempa yang terpencil mempersulit pengiriman alat berat, karena banyak jalan yang terhalang oleh tanah longsor.
Disebutkan, warga, di antaranya ratusan biksu Buddha, mulai menggali reruntuhan bangunan dengan tangan dalam pencarian korban.
Daerah itu adalah rumah bagi sebagian besar etnis Tibet, yang mengharuskan kedatangan penerjemah.
Pemakaman langit tradisional Tibet di mana mayat dibiarkan dimakan oleh burung nasar dianggap tidak praktis karena jumlah korbannya.
Oleh karena itu para biksu melakukan pembakaran massal terhadap korban yang meninggal
Pengiriman mantel dan selimut adalah salah satu prioritas tertinggi, mengingat suhu yang sangat dingin.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Gunung Agung Meletus 17 Maret 1963, Ribuan Orang Tewas
Pembangkit listrik rusak
Kesulitan lebih lanjut adalah fakta bahwa listrik telah terputus di sebagian besar wilayah setelah tiga pembangkit listrik tenaga air rusak. Dua minggu kemudian satu stasiun melanjutkan produksi
Sempat terjadi ketegangan antara pemerintah China dan penduduk Tibet, karena secara historis hubungan keduanya kurang baik.
Para biksu marah ketika diminta meninggalkan zona gempa seminggu setelah bencana.
Beberapa orang menyimpulkan bahwa pemerintah berusaha untuk mengklaim penghargaan atas upaya para biksu yang sebagian besar bertanggungjawab untuk mengoordinasikan bantuan sebelum bantuan pemerintah datang.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Gempa 8,2 SR Guncang Nias, 1.000 Orang Tewas
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.