Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Hemofilia Sedunia, Menilik Lagi Sejarah Penyakit Pembekuan Darah

Baca di App
Lihat Foto
Unsplash/Testalize
Ilustrasi plasma darah
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Hari Hemofilia Sedunia jatuh pada hari ini, Sabtu (17/04/2021). Tema peringatan Hari Hemofilia Sedunia kali ini adalah beradaptasi dengan perubahan, memelihara kepedulian di dunia baru.

Hal ini seperti dilansir dari laman wfh.org, dikatakan bahwa pandemi Covid-19 berdampak sangat besar pada penderita gangguan perdarahan dan komponen-komponen pendukungnya yang terdiri dari keluarga, dokter, juga perawat.

Dalam peringatan kali ini, diharapkan semua komponen yang tergabung dalam berbagai komunitas ini makin bersatu memberikan dorongan semangat kepada penderita juga menyebarkan edukasi ke masyarakat tentang hemofilia.

Peringatan Hari Hemofilia Sedunia yang digagas oleh Federasi Hemofilia Dunia atau World Federation of Hemophilia (WFH) ini dicanangkan demi meningkatkan kesadaran masyarakat akan penyakit ini. 

Baca juga: Apa Perbedaan Hemofilia dan Thalassemia?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal hemofilia

Hemofilia sendiri merupakan kelainan genetik berupa gangguan pembekuan darah akibat tubuh kekurangan faktor VII dan IX.

Hemofilia disebabkan oleh mutasi genetik yang menyebabkan darah kekurangan protein pembentuk faktor pembekuan.

Sejak kapan gangguan ini mulai dikenali secara pasti?

Dalam The Hemophilia von Willebrand Disease & Platelet Disorders Handbook dikatakan bahwa orang zaman purba sudah mengenali kelainan darah. Bahwa ada beberapa orang yang berdarah dengan cara yang berbeda.

Hemofilia pernah disebut sebagai royal disease atau penyakit kerajaan. Hal ini lantaran kasus pertama hemofilia yang ditemukan secara resmi ada di Ratu Victoria, yang menguasai Britania Raya tahun 1837, yang kemudian menurunkan mutasi gennya ke anak dan cucu-cucunya. 

Penelitian akan penanganan dan penyebab penyakit darah ini berlangsung dari waktu ke waktu. Dimulai dengan penelitian soal pemisahan golongan darah, pemisahan plasma dan sel, hingga penemuan Cryoprecipitate oleh dr. Judith Graham Poll di tahun 1960, yaitu salah satu metode menghentikan perdarahan hemofilia.

Baca juga: 10 Gejala Hemofilia yang Perlu Diwaspadai

Bagaimana hidup dengan hemofilia?

Meski tak bisa sembuh, namun orang dengan hemofilia bisa hidup normal asal mematuhi protokol medis yang disarankan dokter, mencegah dengan maksimal terjadinya luka, dan rutin melakukan kontrol kesehatan.

Dalam laman Hemophilia News Today disebutkan bahwa menjaga asupan makanan penting dilakukan oleh orang dengan hemofilia.

Tak peduli tipe hemofilia apa yang dimiliki, menjaga pola makan ini bertujuan untuk menguatkan persendian dan menjaga tubuh tidak obesitas sehingga meminimalisir kemungkinan cedera otot dan perdarahan di persendian yang lemah.

Berikut ini adalah yang sebaiknya dilakukan orang dengan hemofilia:

1. Meningkatkan asupan buah dan sayur.

Banyaklah mengosumsi sayuran hijau tua dan jeruk yang kaya vitamin dan mineral, yang baik untuk persendian.

Selain itu, kandungan serat yang ada juga bisa menyehatkan saluran cerna.

2. Banyak mengonsumsi gandum utuh.

Gandum utuh bisa menstabilkan keinginan makan yang berlebihan, mengurangi kolesterol dan menjaga kadar gula dalam darah.

3. Hindari gorengan dan pilih sajian rebus atau kukus.

Sajian gorengan tinggi kolesterol, tentu saja hal ini bisa memicu obesitas. Jadi pilih saja sajian yang jauh lebih aman dalam proses pengolahannya.

4. Mengurangi porsi makan dan hindari junk food.

Kurangi porsi makan untuk menghindari diabetes dan obesitas. Juga hindari junk food yang selalu sarat dengan lemak jahat.

Biasakan pula membaca label makanan, untuk mengetahui kadar dari gula juga lemak yang ada di dalamnya.  

Baca juga: Aplikasi Hemofilia Diluncurkan, Registrasi Penderita Jadi Lebih Mudah

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi