Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: Ledakan Bom di Oklahoma, 168 Orang Tewas

Baca di App
Lihat Foto
AFP/PAUL BUCK
The Alfred P. Murrah Building collapses into itself after being imploded on May 23, 1995 in Oklahoma City. Some 100 pounds of dynamite brought the building down in about 5 seconds. The April 19 explosion of a car bomb in front of the Federal building left 168 dead and 680 injured. Timothy McVeigh, convicted on first-degree murder charges for the 19 April bombing, the worst terror attack on US soil, was sentenced to death in 1997. (Photo by PAUL BUCK / AFP)
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Hari ini 26 tahun lalu, tepatnya 19 April 1961, terjadi ledakan sebuah truk besar di Oklahoma, Amerika Serikat (AS).

Ledakan terjadi di luar Gedung Federal Alfred P. Murrah di Oklahoma City.

Kejadian ini menewaskan 168 orang, termasuk 19 anak-anak yang berada di pusat penitipan anak di gedung tersebut.

Tim investigasi AS menemukan bukti bahwa ledakan terjadi akibat bom yang dipasang oleh Timothy McVeigh.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Tenggelamnya Kapal Titanic

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siapakah McVeigh dan mengapa ia melekukan aksi teror bom tersebut?

Kronologi kejadian

Melansir laman resmi Biro Investigasi Federal AS (FBI), pada pagi hari, 19 April 1995, seorang mantan tentara angkatan darat dan penjaga keamanan bernama Timothy McVeigh memarkir truk Ryder sewaan di depan Gedung Federal Alfred P. Murrah yang berada di pusat kota Oklahoma City.

Di dalam truk itu ada bom yang terbuat dari campuran pupuk pertanian, bahan bakar diesel, dan bahan kimia mematikan lainnya.

McVeigh keluar, mengunci pintu, dan menuju mobil pelariannya. Dia menyalakan sekering satu waktu.

Tepat pukul 09.02, bom meledak. Dia akan melakukan pembunuhan massal.

Seketika, daerah itu tampak seperti zona perang.

Sepertiga dari gedung federal telah menjadi puing-puing. Lusinan mobil terbakar. Lebih dari 300 bangunan di dekatnya rusak dan hancur.

Upaya penyelamatan berlangsung selama dua minggu. Kejadian ini menelan banyak korban jiwa.

Sebanyak 168 orang meninggal, termasuk 19 anak-anak, dengan beberapa ratus lainnya terluka.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Letusan Gunung Tambora, Tewaskan 71.000 Jiwa dan Eropa Tanpa Musim Panas

Penangkapan pelaku

Melansir History.com, pada 21 April 1995, otoritas AS melakukan perburuan besar-besaran terhadap pelaku serangan teroris ini.

Timothy McVeigh, seorang mantan tentara Angkatan Darat AS yang kala itu berusia 27 tahun, cocok dengan deskripsi saksi mata seorang pria yang terlihat di tempat kejadian perkara.

Pada hari yang sama, rekan pelaku Terry Nichols, menyerahkan diri di Herington, Kansas, setelah mengetahui bahwa polisi sedang mencarinya.

Kedua pria itu merupakan anggota kelompok penyintas sayap kanan radikal yang berbasis di Michigan. Keduanya didakwa atas tudukan pembunuhan dan konspirasi.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Sirkuit Sentul Gelar MotoGP, Diikuti Valentino Rossi di Kelas 125cc

Konspirasi hingga eksekusi

Saat masih remaja, McVeigh tertarik dengan senjata dan mengasah keterampilan bertahan hidup yang dia yakini akan diperlukan jika terjadi bentrokan Perang Dingin dengan Uni Soviet.

Setelah sekolah menengah, dia mendaftar di Angkatan Darat AS dan terbukti sebagai tentara yang disiplin dan teliti.

Selama waktu inilah dia berteman dengan Terry Nichols, yang usianya 13 tahun lebih tua darinya.

Pada awal 1991, McVeigh bertugas di medan perang Teluk Persia dan dianugerahi beberapa medali untuk misi tempur singkat.

Namun, dia diberhentikan dari angkatan darat pada akhir tahun karena perampingan militer AS yang terjadi setelah runtuhnya Uni Soviet.

Dampak dari perang dingin, McVeigh pun mengubah ideologinya dari kebencian terhadap pemerintah komunis asing menjadi kecurigaan terhadap pemerintah federal AS.

Pada 2 Juni 1997, McVeigh didakwa atas 15 tuduhan pembunuhan dan konspirasi.

Pada 14 Agustus, di bawah rekomendasi juri dengan suara bulat, ia dijatuhi hukuman mati dengan suntikan mematikan.

Sedangkan rekannya, Nichols dinyatakan bersalah atas satu tuduhan konspirasi dan 8 tuduhan pembunuhan yang tidak disengaja. Ia dijatuhi hukuman penjara seumur hidup.

Pada Desember 2000, McVeigh meminta hakim federal untuk menghentikan semua banding atas hukumannya dan menetapkan tanggal eksekusi. Hakim Federal Richard Matsch mengabulkan permintaan tersebut.

Pada 11 Juni 2001, saat usia McVeigh 33 tahun, ia meninggal karena suntik mati di penjara AS Terre Haute, Indiana.

Dia adalah tahanan federal pertama yang dihukum mati sejak 1963.

Teror domestik

Melansir AP News, 17 April 2020, teror bom ini meyisakan kesedihan bagi warga Oklahoma.

Biasanya, para penyintas dan keluarga korban akan berkumpul pada hari Minggu di tugu peringatan, lokasi Gedung Alfred P. Murrah pernah berdiri.

Mereka memberi penghormatan setiap tahun kepada para korban bom.

Pemboman Oklahoma City sering disebut sebagai tindakan terorisme domestik terburuk dalam sejarah AS.

Politisi dan penegak hukum sering menggunakan frasa "terorisme domestik" untuk menyebut kasus teror yang dilakukan warga AS.

Akan tetapi, hukum AS mendefinisikan teroris sebagai sesuatu yang memiliki hubungan dengan entitas asing.

Kelompok ekstremis yang tumbuh di dalam negeri tidak diberi label seperti itu, bahkan jika mereka menggunakan kekerasan dan intimidasi untuk mencoba mencapai beberapa tujuan ideologis.

Dalam suatu kesempatan, Wali Kota Oklahoma City, David Holt menekankan pentingnya mendidik generasi baru tentang serangan itu dan bahaya kekerasan dan kebencian yang menginspirasinya.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Yuri Gagarin Jadi Manusia Pertama Meluncur ke Luar Angkasa

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi